Jumat, 08 November 2024   |   WIB
id | en
Jumat, 08 November 2024   |   WIB
Perubahan Iklim dan Kenaikan Muka Laut Cina Selatan Harus Dihadapi Bersama

Bogor, Berita Geospasial – Pemanasan global, selain berdampak pada perubahan iklim, juga berdampak pada perubahan muka laut. Jika hal ini dibiarkan, bukan tidak mungkin sejumlah wilayah di Indonesia yang memiliki laut lebih luas daripada daratan akan tenggelam akibat kenaikan muka laut global dan terbentuknya koneksi Laut Cina Selatan (LCS) dengan Laut Jawa.

Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Muh Aris Marfai mengatakan, pentingnya menyinergikan kekuatan dan komitmen antarnegara di kawasan LCS untuk mengatasi perubahan iklim. Isu kenaikan permukaan air karena peningkatan suhu global perlu dihadapi bersama.

“Kita perlu berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang isu perubahan iklim dan mitigasinya, khususnya terkait kenaikan permukaan air laut di kawasan Laut Cina Selatan,” tegas Aris saat membuka `The 30th Workshop on Managing Potential Conflict in The South China Sea` pada Rabu, 13 Oktober 2021.

Selain itu, perlu juga mengembangkan kebiasaan dialog dan komunikasi untuk mencari solusi terkait dampak perubahan iklim di LCS. Terlebih mengingat potensi ekonomi yang besar di LCS.

"Melalui acara ini, semoga dapat terus dijaga agar kawasan LCS tetap damai, stabil, dan sejahtera," tambah Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah.

Sebagai informasi, workshop untuk mengelola potensi konflik di LCS ini rutin diselenggarakan setiap tahunnya sejak 30 tahun lalu. Kegiatan ini mulanya diinisiasi Hasyim Djalal, diplomat Indonesia dan ahli hukum laut internasional, untuk merangkul negara-negara di kawasan LCS dalam sebuah dialog yang konstruktif untuk menjalin kerja sama di berbagai bidang.

Sejak workshop pertama digelar pada 1990 di Bali, terbentuk satu visi di antara peserta untuk berkolaborasi menjaga perdamaian, stabilitas, kemakmuran, dan persahabatan di wilayah LCS. Tahun ini, workshop LCS diselenggarakan oleh BIG; Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri; serta Pusat Studi Kawasan Asia Tenggara. Sebanyak 67 orang dari 11 negara di kawasan LCS tercatat sebagai peserta.

Acara yang dilaksanakan secara hybrid ini berlangsung selama dua hari, pada 13-14 Oktober 2021. Seluruh peserta berkesempatan saling berbagi pengalaman dan membahas berbagai isu di wilayah LCS yang menjadi kepentingan bersama. (NIN)