Berita Geospasial, Jakarta – Minimnya ketersediaan Peta Skala Besar di Indonesia menjadi perhatian khusus Badan Informasi Geospasial (BIG). BIG telah membentuk Tim Persiapan Percepatan Pemetaan Skala Besar yang bertugas untuk menyusun rencana aksi dalam menyelesaikan pemetaan skala besar 1:5.000 mencakup seluruh wilayah Indonesia.
Kepala Pusat Pemetaan Batas Wilayah Ade Komara ditunjuk sebagai ketua tim tersebut. Dalam kegiatan Focus Group Discussion Pembahasan Kebutuhan Pengguna Peta Dasar Skala Besar di Jakarta, 30 September 2019, Ade memaparkan skenario yang akan dilaksanakan.
“FGD ini berusaha menggali kebutuhan dari sisi user. Kita ingin dapat masukan. Jadi tolong sampaikan program yang ada di instansi Bapak dan Ibu,” ujar Ade kepada seluruh peserta FGD yang berasal dari kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah.
Dari hasil FGD, tim akan merumuskan standar dan spesifikasi peta skala besar yang dibutuhkan dalam lima tahun ke depan. Dari situ, dapat ditentukan teknologi mana yang dapat memenuhi kebutuhan spesifikasi tersebut.
“Dalam dua minggu ke depan kami akan menyelenggarakan FGD yang mengundang provider teknologi pemetaan berskala global. Kalau sudah terdefinisikan teknologinya, sistem produksinya seperti apa, kita akan butuh sumber daya manusia dan juga bentuk kelembagaan untuk melaksanakan teknologi tersebut,” jelas Ade.
Mengingat adanya perusahan global yang akan diikutsertakan dalam perumusan rencana ini, keamanan data menjadi hal yang penting. Oleh karena itu, akan diupayakan agar data-data geospasial Indonesia tidak keluar dari Indonesia. Artinya data-data tersebut harus diproses di BIG. Untuk itu, BIG berencana membangun fasilitas map production center di Cibinong.
“Banyak berita yang menunjukkan bangsa ini mulai sadar informasi geospasial. Bidang pariwisata, tata ruang, investasi, dan sebagainya memiliki kebutuhan yang tinggi terhadap peta dasar skala besar,” jelas Ade menyoroti urgensi kebutuhan yang tinggi atas peta skala besar. (MAD)