Bogor, Berita Geospasial – Riset laut berskala internasional bertajuk ‘Ekspedisi OceanX 2025’ resmi diselenggarakan pada 2-21 Desember 2025, bertempat di perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) utara Sulawesi. Badan Informasi Geospasial (BIG) melalui tim teknis Direktorat Pemetaan Rupabumi Wilayah Laut dan Pantai (PRWLP) mengirimkan dua personil untuk ikut serta sebagai tim hidrografi pada ekspedisi tersebut.
Ekspedisi yang merupakan kerja sama antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan OceanX ini menargetkan penyelidikan komprehensif terhadap rangkaian gunung bawah laut di utara Sulawesi—sebuah kawasan laut dalam yang selama ini minim terpetakan, namun memiliki signifikansi geologi, ekologi, dan geopolitik yang tinggi. Berbagai dataset ilmiah yang dikumpulkan akan menjadi masukan penting bagi perencanaan tata ruang laut, penilaian risiko geologi, pengelolaan kawasan konservasi, serta penyusunan baseline biodiversitas untuk wilayah Sulawesi Utara.
Direktur PRWLP BIG, Astrit Rimayanti menjelaskan, “Sebagai koordinator teknis bidang pengintegrasian dan penyebarluasan informasi dalam tim nasional penyelenggaraan Data Batimetri Indonesia, BIG memastikan seluruh proses pengukuran batimetri memenuhi standar kualitas internasional”.
Astrit menambahkan bahwa tim hidrografi BIG bekerja sama dengan tim hidrografi OceanX untuk menjamin akurasi, ketelitian, dan konsistensi data pemetaan dasar laut. Selanjutnya, hasil batimetri yang diperoleh akan diintegrasikan ke dalam Data Batimetri Indonesia, serta memperkuat akurasi model Batimetri Nasional (Batnas), khususnya pada kawasan laut dalam utara Sulawesi yang merupakan wilayah strategis di koridor Samudra Pasifik–Indonesia.
Selain itu, BIG menjalankan mandat sebagai National Naming Authority (NNA) dengan memfokuskan perhatian pada identifikasi dan karakterisasi morfologi dasar laut hasil pemetaan. Informasi morfologi ini akan digunakan untuk mengidentifikasi unsur rupabumi bawah laut yang berpotensi dibakukan namanya, baik dalam Gazeter Republik Indonesia maupun Gazeter Internasional-The General Bathymetric Chart of the Oceans (GEBCO).
“Pembakuan nama tidak hanya bernilai teknis, tetapi juga penting bagi navigasi, pengelolaan sumber daya alam, pengawasan wilayah, hingga diplomasi maritim,” ujar Astrit.
Fitur-fitur dasar laut seperti gunung bawah laut, punggungan, dan unsur bawah laut lainnya memiliki nilai ilmiah serta strategis yang tinggi, sehingga penyeragaman nomenklatur pada tingkat nasional dan internasional menjadi sangat krusial. Konsistensi nama memungkinkan integrasi data lintas sektor, mendukung analisis spasial yang lebih cepat dan akurat, serta memperkuat posisi Indonesia sebagai poros maritim global sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia.
Astrit menegaskan komitmen Indonesia untuk terus mengusulkan penamaan fitur bawah laut melalui mekanisme nasional maupun forum internasional seperti IHO–GEBCO merupakan bagian dari strategi jangka panjang dalam meningkatkan keselamatan pelayaran, memperkuat kapasitas ilmu pengetahuan, mendukung mitigasi bencana, serta mewujudkan tata kelola ruang laut yang berkelanjutan.
“Langkah ini sekaligus menjadi kontribusi aktif Indonesia terhadap inisiatif global seperti Seabed 2030 dan upaya pemetaan laut dalam dunia,” tutup Astrit.
Melalui keterlibatan dalam Ekspedisi OceanX 2025, BIG menegaskan perannya dalam membangun fondasi data geospasial kelautan yang unggul, memperkuat kapasitas nasional di bidang pemetaan laut dalam, serta memperluas kontribusi Indonesia dalam kolaborasi riset dan eksplorasi kelautan berskala global.
Penulis: Dyah Pangastuti
Editor: Luciana Retno Prastiwi