Yogyakarta, Berita Geospasial - Badan Informasi Geospasial (BIG) menggelar Lokakarya Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013 (SRGI2013) di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Selasa (05/10). Lokakarya ini bertujuan memperkuat pemahaman dan penerapan SRGI2013 sebagai standar koordinat data geospasial terintegrasi di seluruh Indonesia, mencakup data darat dan laut. Peserta juga membahas tantangan serta solusi dalam integrasi data geospasial, mendorong kolaborasi lintas sektor untuk pengelolaan data yang efektif dan berkelanjutan menggunakan teknologi terkini guna mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Kepala BIG, Muh Aris Marfai, menyoroti peran strategis SRGI2013 sebagai pedoman sistem referensi nasional yang konsisten, baik dalam sistem koordinat maupun referensi geospasial. “SRGI2013 menjadi kunci bagi lembaga negara, pemerintah daerah, dan sektor swasta dalam memanfaatkan data geospasial yang konsisten dan terintegrasi, yang mendukung operasional dan perencanaan strategis. Dengan ini, kita dapat mengintegrasikan data lebih efisien dan meminimalkan risiko ketidaksesuaian yang menghambat pengambilan keputusan di sektor krusial, seperti perencanaan tata ruang, mitigasi bencana, pengelolaan sumber daya alam, dan pembangunan infrastruktur,” ujar Aris.
Lokakarya ini mengupas tantangan integrasi data geospasial darat dan laut melalui kerangka referensi tunggal. Pendekatan ini memungkinkan data dari berbagai sumber digunakan secara seragam dan kompatibel, terutama untuk kebijakan publik dan pengelolaan sumber daya alam. Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar, Mohamad Arief Syafi’i, menekankan manfaat dari kerangka referensi tersebut. “Dengan kerangka referensi geospasial tunggal, kita dapat memadukan data lintas sektor lebih efisien, mendukung analisis mendalam, dan memperkuat pengambilan keputusan berbasis data,” jelasnya.
Arief juga menyoroti kontribusi SRGI2013 dalam mendukung SDGs yang ditetapkan PBB. “Pemanfaatan data geospasial yang akurat berperan penting dalam mencapai beberapa SDGs. Dengan sistem referensi yang standar dan terpadu, pengintegrasian data dapat dilakukan lebih efisien, meminimalkan ketidaksesuaian, serta mendukung keputusan di sektor perencanaan tata ruang, mitigasi bencana, pengelolaan sumber daya, dan pembangunan infrastruktur,” tambah Arief.
Bidang Geodesi dan Geomatika diharapkan berkontribusi dalam pengembangan sistem ini melalui teknologi pengukuran mutakhir. “Keahlian di bidang ini sangat penting untuk memitigasi perubahan iklim, mengelola risiko bencana, dan merancang infrastruktur yang tahan lama,” ungkapnya.
Lokakarya ini dihadiri oleh Sekretaris Utama BIG, Belinda Arunarwati Margono; Plt. Direktur Sistem Referensi Geospasial Indonesia, Bayu Triyogo Widyantoro; para ahli dan praktisi lintas sektor; perwakilan kementerian/lembaga; pemerintah daerah; program studi Teknik Geodesi/Geomatika dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia; serta pihak swasta dari perusahaan survei dan pemetaan. Acara ini juga memberikan apresiasi kepada pengguna SRGI2013 dan menghadirkan tiga sesi diskusi panel dengan tema berbeda.
Kolaborasi lintas sektor dalam acara ini diharapkan mendorong pengelolaan sumber daya alam yang lebih terintegrasi, berkelanjutan, serta memperkuat ketahanan nasional menghadapi tantangan lingkungan dan perubahan iklim. (RKI/AFN)