Deqing, Berita Geospasial – Badan Informasi Geospasial (BIG) berpartisipasi aktif dalam `Workshop on Enhancing the Management of Geospatial Data Sharing for Disaster Risk Reduction and Sustainable Development` di Deqing, China pada 21–23 Oktober 2024. Acara yang diselenggarakan Sekretariat Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP) ini bersamaan dengan `United Nations Global Geospatial Knowledge and Innovation Week` (UN GEONOW) 2024.
Workshop tersebut menjadi platform strategis untuk memperkuat kerja sama global dalam pengelolaan data geospasial guna mendukung pengurangan risiko bencana dan pembangunan berkelanjutan.
“Workshop ini menjadi kesempatan bagi kita untuk belajar dari negara-negara lain dalam pemanfaatan data geospasial, terutama untuk mitigasi bencana, perencanaan wilayah, dan pengelolaan sumber daya alam. Hal ini akan mendukung Indonesia dalam memperkuat basis data dan Informasi Geospasial (IG) yang lebih akurat dan terintegrasi,” ujar Antonius Wijanarto, Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik BIG yang juga menjabat sebagai Presiden United Nations Global Geospatial Information Management for Asia and the Pacific (UN-GGIM-AP).
Anton, sapaan akrabnya, menekankan bahwa kolaborasi internasional dan berbagi pengetahuan adalah kunci untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan informasi geospasial nasional. Banyak manfaat yang dapat diperoleh Indonesia melalui workshop tersebut, terutama dalam memperkuat pengelolaan data geospasial.
Menurut Anton, salah satu topik penting yang dibahas adalah pemanfaatan citra satelit dan observasi bumi untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Pengelolaan data geospasial menjadi semakin krusial dalam menghadapi tantangan global, seperti kenaikan permukaan laut, bencana alam, dan pemetaan sumber daya alam.
"Kita dapat mempelajari teknologi dan pendekatan baru yang bisa diadaptasi sesuai konteks nasional. Pengembangan informasi geospasial yang kuat akan mendukung berbagai sektor, seperti perencanaan tata ruang, ketahanan pangan, dan infrastruktur," tambah Anton.
Workshop ini juga menyoroti peran Artificial Intelligence (AI) dan inovasi digital dalam meningkatkan akurasi pemetaan risiko bencana. Para peserta sepakat memperkuat platform geospasial untuk mendorong kolaborasi regional dan berbagi data lintas negara guna memitigasi dampak bencana alam.
Anton menyambut baik inisiatif para peserta dan berharap Indonesia dapat berkontribusi aktif. “Kolaborasi penting, terutama dalam pengembangan sistem data terintegrasi di kawasan Asia-Pasifik, agar bersama-sama mampu menghadapi tantangan regional seperti perubahan iklim dan bencana alam,” jelasnya.
Partisipasi Indonesia dalam `Workshop on Enhancing the Management of Geospatial Data Sharing for Disaster Risk Reduction and Sustainable Development` selaras dengan komitmen mendukung pencapaian SDGs, khususnya dalam pengelolaan lingkungan dan pengurangan ketimpangan. Anton menegaskan bahwa IG yang akurat dan mutakhir sangat penting untuk mendukung kebijakan yang tepat sasaran dan berbasis data.
Anton berharap hasil diskusi dan kerja sama dalam workshop tersebut dapat segera diimplementasikan BIG untuk memperkuat Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN). "Kami bertekad terus meningkatkan kualitas dan kapasitas pengelolaan IG nasional agar Indonesia lebih siap menghadapi tantangan global yang semakin kompleks," pungkasnya.
Sebagai informasi, `Workshop on Enhancing the Management of Geospatial Data Sharing for Disaster Risk Reduction and Sustainable Development` dihadiri pakar geospasial dari Asia-Pasifik, termasuk perwakilan negara, lembaga internasional, dan institusi akademis. Kegiatan ini diharapkan dapat membangun sinergi kuat dalam pengelolaan data geospasial untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dan pengurangan risiko bencana di Kawasan Asia-Pasifik. (MN/NIN)