Jumat, 04 Oktober 2024   |   WIB
id | en
Jumat, 04 Oktober 2024   |   WIB
Inovasi Geospasial untuk Integrasi Administrasi Lahan dan Perencanaan Tata Ruang

Bandung, Berita Geospasial – Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), Muh Aris Marfai, hadir sebagai narasumber, sekaligus membuka Musyawarah Nasional (Munas) XVII Asosiasi Perusahaan Survei Pemetaan dan Informasi Geospasial (APSPIG) di Bandung pada Rabu, 2 Oktober 2024. Acara yang mengusung tema `Peran Industri Informasi Geospasial dalam Mendukung Pelaksanaan Integrated Land Administration and Spasial Planning Program (ILASP)` ini bertujuan memajukan industri Informasi Geospasial (IG) di tengah derasnya arus kemajuan teknologi.

“Saat ini, teknologi seperti kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), blockchain, dan Internet of Things (IoT) semakin mendominasi berbagai sektor. Perkembangan teknologi yang pesat ini membawa perubahan signifikan dalam industri IG,” ucap Aris.

Menurut Aris, strategi yang bisa dilakukan adalah melakukan integrasi teknologi baru dalam proses analisis data geospasial. Karena itulah, BIG terus memperkuat infrastruktur Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) yang memungkinkan akses data yang efisien dan terintegrasi bagi berbagai instansi.

“Kita tidak hanya harus mengikuti tren, tetapi juga mampu bertransformasi, berinovasi, dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar yang terus berubah,” tegas Aris.

Kebijakan strategis lainnya adalah percepatan penyelesaian Peta Rupabumi Indonesia skala besar, yang menjadi landasan penting bagi berbagai kebijakan tata ruang yang berkelanjutan.

“Peta ini diharapkan dapat menjadi pemicu kemajuan di berbagai sektor, yang secara akumulatif akan meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat,” jelas Aris.

Munas APSPIG 2024 juga menyoroti pentingnya regulasi yang fleksibel agar inovasi di bidang geospasial tidak terhambat. Terkait hal tersebut, Aris menyatakan bahwa BIG berkomitmen untuk terus mendukung adopsi teknologi baru, serta mendorong partisipasi publik dalam pengumpulan data geospasial melalui program crowdsourcing atau Volunteered Geographic Information (VGI).

Kemudian pada sesi paparan, Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar (IGD) BIG Mohamad Arief Syafii yang juga turut hadir sebagai narasumber menyampaikan tentang percepatan penyediaan peta dasar yang saat ini sedang dilakukan BIG.

"Peta dasar skala besar menjadi fondasi utama dalam perencanaan dan pelaksanaan berbagai proyek strategis nasional. Dengan adanya peta yang akurat dan up-to-date, proses pembangunan akan lebih efisien dan terukur," kata Arief.

Peta dasar skala besar, lanjut Arief, juga menjadi elemen penting yang mendukung proyek Integrated Land Administration and Spatial Planning (ILASP).

“Dengan peta dasar yang memiliki akurasi tinggi, kami dapat memastikan bahwa perencanaan tata ruang lebih efektif dan sesuai dengan kondisi lapangan. Ini akan mendukung pemerintah dalam menjalankan kebijakan pengelolaan lahan yang adil dan berkelanjutan,” ungkapnya.

Dalam konteks administrasi pertanahan, peta dasar skala besar memberikan gambaran yang jelas mengenai batas kepemilikan tanah, infrastruktur, serta penggunaan lahan. Ini sangat berguna dalam penyusunan rencana detil tata ruang (RDTR) yang menjadi salah satu fokus dari program ILASP, guna mendukung proses perizinan melalui Online Single Submission (OSS), serta memastikan sinkronisasi data antara pusat dan daerah.

“Industri 4.0 tidak hanya memperluas kemampuan industri IG, namun juga menciptakan tantangan dan peluang baru bagi inovasi dan pertumbuhan,” ucap Arief menutup paparannya. (NIN/LR)