Sabtu, 06 Juli 2024   |   WIB
id | en
Sabtu, 06 Juli 2024   |   WIB
34 Nama Rupabumi Unsur Bawah Laut Indonesia Mendapat Pengakuan Internasional

Jeju, Berita Geospasial - Badan Informasi Geospasial (BIG) hadir dalam 37th Meeting of Sub-Committee On Undersea Feature Names (SCUFN-37) yang diselenggarakan oleh General Bathymetric Chart of The Oceans (GEBCO) SCUFN. Bertempat di Jeju, Korea Selatan, pertemuan yang berlangsung pada 24-28 Juni 2024 ini, kedua kalinya diikuti oleh BIG bersama dengan Pusat Hidro-Oseanografi TNI-AL (Pushidrosal) sebagai perwakilan Indonesia.

“Teknologi akuisisi dan pengolahan data kelautan semakin berkembang di dunia, maka penemuan unsur bawah laut semakin pesat, sehingga berpengaruh pada pentingnya eksistensi SCUFN,” demikian disampaikan Vice President dari GEBCO SCUFN, Yasuhiko OHARA (JODC, Japan) dalam sambutan pembukaannya.

Yasuhiko mengatakan bahwa sebelumnya pada SCUFN-36 banyak sekali jumlah unsur yang diserahkan oleh berbagai negara, sehingga pada SCUFN-37 ini jumlah data yang diserahkan dibatasi maksimum mencapai 25 fitur untuk masing-masing negara. Ia juga mengungkapkan apresiasi kepada para seluruh negara yang telah menyerahkan proposal unsur bawah laut pada SCUFN-37 ini.

Pada SCUFN-37 ini telah terdata pada Gazetteer lebih dari 130 fitur bawah laut yang telah diterima dari berbagai negara seperti: Brazil, Canada, Chili, China, Kolombia, India, Indonesia, Japan, Palau, Filipina, Portugal, Rusia, dan Amerika Serikat.

Yorda Prita Utama, Koordinator Pemetaan Lingkungan Pantai, dari Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai (PKLP) BIG menuturkan bahwa tujuan dari pertemuan tersebut adalah untuk submisi nama unsur rupabumi bawah laut yang diusulkan oleh Indonesia sebanyak 34 nama rupabumi unsur bawah laut, meliputi data dari BIG sejumlah 13 unsur, dan Pushidrosal sejumlah 21. Dimana unsur-unsur ini telah melalui tahapan penelaahan nama rupabumi di tingkat nasional untuk dapat dibakukan pada GEBCO Gazetteer of Undersea Feature Names.

"Sidang SCUFN-37 ini merupakan upaya kami dalam penyelenggaraan nama rupabumi wilayah laut nasional dengan mengedepankan peran aktif dan dukungan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan masyarakat adat setempat guna dibakukan secara nasional di dalam Gazeter Republik Indonesia, maupun secara internasional di dalam GEBCO Gazetteer of Undersea Feature Names. Melalui sidang ini, kami mengharapkan agar unsur-unsur bawah laut, dengan identitas, dan nilai-nilai budaya Indonesia dikenal dan dipublikasikan secara internasional,” jelas Yorda.


Hasil keputusan pada sidang ini menerima seluruh usulan data nama rupabumi bawah laut dari Indonesia, termasuk empat gunung bawah laut (seamount) dari data hasil survei BIG. Pertama, Gunung Bawah Laut Siratmaya yang merupakan Hasil Survei Landas Kontinen Ekstensi di Wilayah Selatan Jawa-Bali-Nusa Tenggara Tahun 2022. Kemudian tiga gunung bawah laut lainnya yaitu: Gunung Bawah Laut Rara Moko, Gunung Bawah Laut Taung, Gunung Bawah Laut Belo dimana ketiganya merupakan Hasil Survei Landas Kontinen Ekstensi di Wilayah Utara Papua pada Tahun 2019.

Fitur bawah laut lainnya meliputi bukit bawah laut (hill), dataran tinggi bawah laut (plateau), cekungan bawah laut (basin), gawir bawah laut (escarpment), punggungan bawah laut (ridge). Selain itu, hasil sidang juga menetapkan Indonesia sebagai tuan rumah pada kegiatan SCUFN-38 pada tahun mendatang.

Sebagai informasi, SCUFN ini diselenggarakan setiap tahun dalam rangka penelaahan nama rupabumi unsur bawah laut, sebelum dibakukan ke dalam International Hydrographic Organization (IHO) - Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC) GEBCO Gazetteer of Undersea Feature Names, IHO publication B-8. SCUFN beroperasi di bawah naungan bersama IHO-IOC United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dan berafiliasi dengan UN Group of Experts on Geographical Names (UNGEGN), International and National Authorities. (AP/LR)