Majalengka, Berita Geospasial – Manfaat Informasi Geospasial Tematik (IGT) dalam penanggulangan bencana semakin strategis. Ketersediaan berbagai IGT kebencanaan perlu disosialisasikan kepada masyarakat di daerah dengan frekuensi bencana yang tinggi.
Badan Informasi Geospasial (BIG) berkolaborasi dengan Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPDB) Kabupaten Majelengka mensosialisasikan pemetaan potensi kerawanan kebencanaan di Majalengka, Jawa Barat. “Sosialisasi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait fungsi IGT kebencanaan sebagai mitigasi bencana di Majalengka,” kata Kepala Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik (PPIT) BIG Lien Rosalina pada Sabtu, 16 September 2023.
Lien juga menyampaikan, saat ini Majalengka telah tersedia beberapa IGT kerawanan bencana, antara lain IGT Rawan/Potensi Bencana Letusan Gunung Api; IGT Rawan/Potensi Bencana Gerakan Tanah; IGT Rawan/Potensi Bencana Gempa Bumi, serta IGT Rawan/Potensi Bencana Banjir. Setiap IGT tersebut dijelaskan dengan detil fungsinya dan bagaimana pemanfaatannya pada setiap entitas Masyarakat.
“Seluruh IGT kerawanan bencana alam yang ada, dapat diakses masyarakat sebagai upaya penanggulangan bencana,” ujar Lien.
Sosialisasi yang diikuti 150 warga Majelengka ini dibuka oleh Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Majalengka H. Iskandar Hadi Priyanto. Saat sambutan, ia mengatakan sering terjadi bencana alam di Majalengka.
“Pada periode Januari hingga Desember 2022, telah terjadi 250 bencana di Majalengka. Bencana yang terjadi didominasi oleh tanah longsor,” tuturnya.
Saat ini, lanjut Hadi, Majalengka Tengah siaga menghadapi bencana kekeringan dan kebakaran hutan. Bahkan, baru saja terjadi kebakaran lahan dan hutan di Majalengka pada Minggu, 24 September 2023.
Masyarakat Majalengka pun disarankan untuk mewaspadai munculnya kebakaran hutan dan bencana kekeringan. Pasalnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Majalengka mencatat hingga kini jumlah warga terdampak kekeringan mencapai 14.279 jiwa atau 4.714 Kepala Keluarga (KK).
Sedangkan, anggota Komisi VII DPR Nurhasan Zaidi yang hadir sebagai narasumber menyampaikan beberapa catatan terkait kebancanaan di Majelengka. Salah satunya adalah bahwa tanah di Majalengka mudah luntur, sehingga sering terjadi longsor.
“Saya sangat mengapresiasi sosialisasi kebencanaan ini, sehingga warga di Kabupaten Majalengka menjadi lebih peduli terhadap lingkungannya dan paham bagaimana harus bertindak sebelum, saat, ataupun setelah terjadi bencana,” ucap Nurhasan.
Masyarakat Majelengka dengan semangat mengikuti acara sosialisasi, ditandai dengan banyaknya pertanyaan dan respon atas materi yang disampaikan narasumber. (JO/YW/TR/NIN)