Cibinong, Berita Geospasial – Prof. dr. ir. R. F. Ramon Hanssen dari Technische Universiteit (TU) Delft berkunjung ke Badan Informasi Geospasial (BIG) pada Rabu, 2 November 2022. Kunjungan ini dalam rangka menginisiasi jejaring dan kolaborasi penelitian antara Indonesia dan Belanda.
Salah satu permasalahan yang menjadi sorotan dalam penelitian Hanssen adalah laju penurunan tanah (land subsidence). Ia menyampaikan, kondisi land subsidence di Indonesia serupa dengan yang terjadi di Belanda.
Hanssen mencontohkan kondisi land subsidence di Muara Baru, Jakarta. Foto Muara Baru disandingkan dengan foto lokasi penurunan tanah di Belanda. Land subsidence di dua lokasi tersebut berdampak signifikan pada infrastruktur dan fasilitas umum, dengan kerugian sekitar 250 juta Euro per tahun.
“Harapannya, penelitian ini tidak hanya fokus pada pembuatan peta. Namun lebih jauh, melihat potensi penyelesaian masalah di masa depan. Selain itu, kami juga melakukan pengembangan satelit Harmony dari ESA (European Space Agency), SkyGeo (https://maps.skygeo.com/), Integrated Geodetic Reference Station (IGRS) (meliputi GNSS, InSAR, leveling, airborne laser scanning, photogrammetry, tachymetry, dan relative gravimetry), penelitian terkait SAR-interferometry untuk gambut, termasuk penggunaan AI (Artificial Intelligence) untuk menganalisis kompleksitas dan ambiguitas data multitemporal,” jelas Hanssen dalam paparannya.
Menurut Hansen, Indonesia dan Belanda memiliki banyak kesamaan dan tantangan dalam hal penelitian. Hal ini dapat membuka banyak kesempatan untuk berkolaborasi dalam kerangka penelitian.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamikan BIG Gatot Haryo Pramono menyatakan terbuka dengan kesempatan penelitian dengan TU Delft. “Sumber daya manusia di BIG bisa melakukan perkerjaan teknis dan penelitian, namun memiliki keterbatasan dalam hal penulisan hasil penelitian. Hal ini bukan penghambat, sebab data-data terkait Sistem Referensi Geospasial Indonesia yang dikelola BIG sangat memadai untuk dikembangkan lebih lanjut dalam berbagai penelitian,” terangnya.
Sebagai informasi, Ramon Hanssen adalah profesor bidang geodesi dan satelit observasi, dengan keahlian khusus dalam teknologi Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR). Penelitian yang akan dilaksanakannya mengenai vertical land motion dan sea level rise, yang berkaitan erat dengan isu perubahan iklim.
Hanssen berupaya menjalin kerja sama dengan akademisi dan kementerian/lembaga, antara lain Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Pusat Penelitian Penginderaan Jauh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). BIG merupakan lembaga yang berperan menyediakan data dan model pasang surut, peta dasar, jaring kontrol geodesi, Ina-CORS (Continuously Operating Reference Station), InaGeoid, serta Real Time Global Navigation Satellite System (GNSS) Indonesia. Data-data inilah yang menjadi salah satu parameter utama dalam penelitian Hanssen.
Turut hadir dalam kunjungan, yaitu Kepala Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim (PPRT) Ade Komara Mulyana. Ade menyatakan pihaknya menyambut baik rencana kolaborasi penelitian. Hanssen, terutama dalam penyediaan peta dasar. (IP/APP/NIN)