Rabu, 13 November 2024   |   WIB
id | en
Rabu, 13 November 2024   |   WIB
Dukungan BIG dalam Penyusunan Ocean Accounts Nasional

Raja Ampat, Berita Geospasial – Badan Informasi Geospasial (BIG) bersinergi dengan Dirjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam kegiatan pemetaan neraca sumber daya pesisir dan laut pada 10 wilayah Kawasan Konservasi Perairan Nasional yang akan diselenggarakan sampai dengan tahun 2024. Kegiatan dilaksanakan dalam rangka penyusunan ocean accounts sumber daya alam pesisir dan laut nasional. Mendukung kegiatan ini, Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas (PPTRA) BIG melakukan survei penyusunan Informasi Geospasial (IG) Tematik Neraca Spasial Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut di Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Raja Ampat dan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat pada tanggal 10-21 Oktober 2022.

Ocean accounts merupakan kompilasi informasi yang terstruktur, konsisten, dan dapat dibandingkan terkait dengan lingkungan laut dan pesisir, mencakup keadaan sosial dan aktivitas ekonominya. Fungsi dari ocean accounts adalah untuk menyediakan struktur yang koheren untuk menstandarisasi data yang tersebar untuk menghasilkan indikator terintegrasi yang andal untuk kepentingan kebijakan. Kegiatan ocean accounts ini merupakan kegiatan bersama antara kementerian/lembaga yang dikoordinir oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan yang dimulai pada tahun 2021.

“Terdapat tujuh tahapan dalam kerangka kerja ocean accounts. BIG berperan dalam tahap pertama, yaitu kegiatan ocean assets. Tujuannya untuk mengetahui luasan sumber daya alam pesisir dan laut yang memiliki nilai yang dalam berbagai situasi dapat memberikan masukan dalam proses produksi. Dalam hal ini dilakukan penyusunan pemetaan neraca sumber daya laut dan pesisir dengan objek terumbu karang, lamun dan mangrove,” tandas Rahmatia Susanti. penanggung jawab kegiatan dari Tim Kerja IG Tematik Neraca Spasial Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut Tahun 2022 PPTRA BIG.

Spasial penting dalam ocean accounts dikarenakan terkait perhitungan ekosistem memerlukan pemahaman tentang luasan ekosistem dan kondisi. Ekosistem menyediakan barang dan jasa yang berkontribusi pada kegiatan ekonomi manusia. Jasa ekonomi bergantung pada lokasi, keterkaitan antara ekosistem dan pengguna layanan (misalnya perlindungan pantai, pariwisata). Kemudian untuk menghubungkan data lingkungan dengan ekonomi dan sosial dapat dicapai secara spasial. Maka dari itu informasi spasial menjadi unsur yang penting untuk penyusunan ocean accounts nasional.

Kegiatan survei penyusunan IG Tematik Neraca Spasial Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut di TWP Kepulauan Raja Ampat dan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahap awal adalah tahap persiapan data. Data utama diambil dari citra penginderaan jauh dengan dua tahun yang berbeda. BIG menggunakan data dari walidata terumbu karang yaitu Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan data mangrove dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Hasil interpretasi citra tahun terakhir akan menjadi peta pasiva tentatif yang dibawa ke lapangan untuk divalidasi.

“Kemudian saat di lapangan kita siapkan dari peta tadi titik-titik sampel yang akan dicek di lapangan. Dari hasil titik-titik sampel itu kita konsultasikan dulu ke teman-teman TWP atau daerah yang akan kita tuju karena kemungkinan titik-titik tersebut sudah menjadi titik monitoring mereka. Kalau sudah menjadi titik monitoring, maka titik sampling akan kita ganti ke titik lain. Semakin banyak titik sampling maka informasi geospasial yang dihasilkan akan lebih akurat,” tutur Rahmatia.

Untuk kegiatan survei penyusunan IG Tematik Neraca Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut di TWP Kepulauan Raja Ampat dan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat ini kurang lebih ada 300 titik yang divalidasi oleh tim BIG. Kegiatan survei kebanyakan dilakukan di perairan dangkal, maka dibutuhkan dokumentasi melalui kegiatan snorkeling dan diving di beberapa titik survei.

Peta pasiva tentatif hasil validasi akan dire-interpretasi dan diuji akurasinya, untuk kemudian menghasilkan peta pasiva. Peta pasiva ini akan digunakan sebagai dasar interpretasi citra tahun awal dan menghasilkan peta aktiva. Peta aktiva selanjutnya akan ditumpang tindihkan dengan peta pasiva untuk menghasilkan Peta Neraca Sumber Daya Alam Laut.

Informasi geospasial ini nantinya akan digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), KKP, dan Kementerian Keuangan untuk menghitung nilai valuasi ekonomi dari luasan sumber daya alam yang ada pada daerah tersebut. Selanjutnya, ocean accounts diharapkan dapat digunakan untuk menentukan zonasi kawasan perairan. (LR/MN)