New York, Berita Geospasial – Forum untuk koordinasi dan dialog antara negara-negara Internasional terkait Informasi Geospasial (IG) baru saja berlangsung pada tanggal 3-5 Agustus 2022. Forum ini merupakan sesi kedua belas dari United Nations Global Geospatial Information Management (UN-GGIM) yang berlangsung di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York. Delegasi dari Indonesia yang diwakili oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) turut hadir dalam kegiatan yang merupakan inisiatif global untuk mengatur mekanisme antar pemerintah yang diinisiasi oleh PBB, sebagai upaya untuk memandu pengambilan keputusan bersama dan menetapkan arah pada penggunaan IG dalam Kerangka Kebijakan Nasional dan Global.
BIG sebagai delegasi Indonesia diwakili oleh Kepala BIG, Muh Aris Marfai, sebagai Anggota Executive Board (EB) UN-GGIM - Asia PAsific (UN GGIM AP) dan Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik BIG Antonius Bambang Wijanarto, sebagai Chairman Working Group 3 Integrating Geospatial Information and Statistics-UNGGIM AP 2020-2022. Delegasi Indonesia turut menyampaikan beberapa pernyataan pada kesempatan tersebut. Ada beberapa agenda yang diikuti oleh delegasi dari Indonesia. Pada agenda 5 dan 7 terkait Integrated Geospatial Information Framework, Indonesia menyambut baik laporan kontribusi komite regional dalam agenda IG global dan mengucapkan selamat kepada lima komite regional GGIM PBB atas kerja keras dan pencapaiannya.
“Sebagai bagian dari High Level Group Integrated Geospatial Information Framework (IGIF), Indonesia mengundang komite regional untuk membantu High Level Group untuk membentuk tiga kelompok kerja strategis dalam komite regional. Indonesia menantikan kerjasama lebih lanjut dan pertukaran pengetahuan di antara negara-negara anggota dalam platform integrasi statistik dan informasi geospasial,” demikian disampaikan Aris kepada peserta pertemuan.
Diungkapkan pula bahwa saat ini Indonesia menerapkan kebijakan satu data, untuk menggabungkan data spasial dan statistik untuk perencanaan dan pembangunan yang lebih baik. Kemudian pada agenda 7, Indonesia juga menyambut baik laporan tentang Kerangka Informasi Geospasial Terpadu dan menghargai kerja keras yang dilakukan oleh sekretariat, kelompok sahabat dan kelompok tingkat tinggi IGIF.
“Karena Indonesia telah membangun infrastruktur data spasial pada tahun 2014, Indonesia berkomitmen untuk menerapkan IGIF untuk memodernisasi infrastruktur data spasial Indonesia dalam 5 tahun ke depan, yang sejalan dengan rencana pembangunan Jangka Menengah Indonesia 2024 – 2029,” tandas Aris.
Kemudian pada hari kedua Rapat Paripurna 12th UN-GGIM, terdiri atas beberapa agenda. Delegasi Indonesia menyampaikan pernyataannya pada agenda ke-delapan terkait Kerangka Acuan Geodesi Global.
“Indonesia menyambut baik dan menghargai Subkomite Geodesi yang telah mempersiapkan laporan yang sangat baik tentang Kerangka Acuan Geodesi Global,” ujar Aris pada pertemuan tersebut.
Indonesia menyadari kebutuhan mendesak dari Global Geodetic Reference Frame (GGRF) untuk mendukung pengumpulan, integrasi dan pemanfaatan semua data geospasial. Sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia menyadari pentingnya GGRF sebagai landasan pengumpulan dan integrasi data geospasial darat dan laut yang akurat dan andal untuk pengambilan keputusan yang lebih baik. Indonesia menyatakan bersedia terlibat aktif dalam pembentukan GGRF dan berkontribusi pada Global Geodetic Center of Excellence.
Aris juga menambahkan, “Sekadar informasi, saat ini Indonesia memelihara dan mengoperasikan infrastruktur geodetik lebih dari 400 Stasiun CORS, lebih dari 380 stasiun pasang surut dan akan ditingkatkan pada tahun-tahun berikutnya. Indonesia juga telah mencakup lebih dari 90% negara dengan data gravimetri yang dihasilkan dari survei gravitasi udara serta survei gravitasi absolut di titik kontrol geodesi utama”.
Maka dari itu Aris juga menekankan bahwa penting bagi Subkomite Geodesi untuk memiliki komunikasi yang lebih luas dan kuat dengan negara-negara anggota untuk mengundang keterlibatan dan kontribusi mereka untuk mendukung pembentukan GGRF serta operasi GGCE. Indonesia menyadari kebutuhan yang mendesak akan peningkatan kapasitas GGRF khususnya bagi negara-negara berkembang.
Lalu pada pernyataan agenda ke-sepuluh terkait Integrasi Gospasial Statistik dan data lainnya, Indonesia menyambut baik dan mengapresiasi kerja kelompok ahli Inter-Agency and Expert Group on Sustainable Development Goals : Working Group Geospatial Information (IAEG-SDGs-WGGI). Kelompok Kerja meninjau indikator-indikator global melalui sudut pandang lokasi geografis untuk memilih indikator-indikator mana yang secara signifikan dapat didukung oleh informasi geospasial, dan menganalisis masalah metodologis dan pengukuran dari indikator Sustainable Indicators Goals (SDGs). Indonesia menyadari pentingnya integrasi terutama di masa pandemi COVID-19 dan pemulihannya.
“Dengan kebijakan satu data satu peta yang sedang diterapkan di Indonesia, kami percaya bahwa integrasi data adalah kuncinya,” tutur Aris.
Indonesia juga mengapresiasi India karena telah menetapkan tema Kongres Informasi Geospasial Dunia Kedua PBB untuk menangani desa secara global yang selaras dengan program BIG untuk mengembangkan SDGs di tingkat desa, di mana integrasi geospasial statistik memainkan peran penting.
Berikutnya adalah terkait agenda ke-enam belas, yaitu kolaborasi dengan United Nations Group of Experts on Geographical Names (UNGEGN). Indonesia mendukung upaya dan aksi kemitraan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya nama geografis, berbagi metode dan praktik untuk standarisasi nama geografis.
Aris juga menyatakan bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah pelatihan internasional "Nama Geografis sebagai Warisan Budaya", yang diadakan di Bali - Indonesia pada Juli 2023. Pelatihan ini merupakan bagian dari rencana kerja Divisi UNGGEGN Asia Tenggara dan berkoordinasi dengan Sekretariat UNGEGN. Semua negara anggota diundang untuk mengikuti pelatihan. Demikian disampaikan para delegasi Indonesia pada Rapat Paripurna 12th UN-GGIM tersebut. (Diah Retno/LR)