Bandung, Berita Geospasial – Agenda hari kedua gelaran `South East Asian Survey Congress (SEASC)` ke-16 diisi dengan penampilan sejumlah pembicara dan sesi pemaparan tulisan ilmiah. Panitia SEASC mencatat ada 51 tulisan ilmiah yang diterima dengan beragam tema, yaitu Global Navigation Satellite System (GNSS) dan fotogrametri; hidrografi; penginderaan jauh; kemajuan teknologi; pemrosesan, analisis, dan pemodelan data; serta Sistem Informasi Geografis (SIG).
Seluruh tema tulisan ilmiah yang dipaparkan mengacu pada tema besar SEASC 2022, yaitu `The Role of Geospatial Information and Industry for Improving Regional Connectivity Towards ASEAN Sustainable Development Goals`. Tema tersebut dipilih dalam rangka membangun lebih banyak kesadaran akan pentingnya Informasi Geospasial (IG) dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) di tingkat global dan regional.
Salah satu tulisan ilmiah yang dipaparkan dalam SEASC 2022 berjudul `Embracing Participatory Geographical Names Collection and Standardization in Indonesia` yang ditulis Andreas Kelvin Pujianto, Tika Dwi Saputri, Faqih Rohmatulloh, dan Harry Ferdiansyah dari Badan Informasi Geospasial (BIG). Tulisan ini membahas tentang upaya pemerintah mendorong warga untuk mengumpulkan nama-nama geografis melalui partisipatif pemetaan dan crowdsourcing.
“Penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nama Rupabumi membuka kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam penamaan geografis atau participatory geographic name,” kata Andreas usai pemaparan tulisan ilmiahnya pada Rabu, 3 Agustus 2022.
Andreas berharap, suatu hari nanti seluruh nama rupabumi di Indonesia dapat dibakukan dalam gazeter. Namun, kondisi geografis Indonesia tidak memungkinkan pendataan hanya dilakukan oleh pemerintah.
“Kita sempat bikin kalkulasi, Indonesia dengan luas 8.300.000 km2 diperkirakan memiliki 8.335.3721 nama rupabumi,” ujar Andreas.
Saat ini, lanjut Andreas, BIG memiliki Sistem Informasi Nama Rupabumi (Sinar) sebagai platform utama standarisasi nama. Melalui Sinar, pemerintah memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat untuk berkontribusi dalam pengumpulan nama geografis.
“Dengan SInar, masyarakat bisa menggunakan peta dasar online atau offline, mengumpulkan data dalam tiga geometri yang berbeda (titik, polyline, atau poligon), menampilkan data di sekitarnya untuk menghindari duplikasi, serta menambahkan informasi tambahan berupa foto atau rekaman suara,” terang Andreas.
Perjalanan untuk mengumpulkan nama rupabumi diakui Andreas masih cukup panjang. Seluruh pihak harus berkolaborasi untuk dapat mendata dan membakukan seluruh nama rupabumi di Indonesia.
“Pengakuan dan kredit perlu diberikan kepada kontributor untuk meningkatkan kesediaan dari masyarakat berkontribusi lebih jauh dalam pengumpulan nama geografis. Selain itu, standar dan prosedur juga perlu dirinci lebih lanjut,” imbuh Andreas.
Sebagai informasi, SEASC 2022 berlangsung di Bandung, Jawa Barat pada 2-5 Agustus 2022. Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi BIG, Ikatan Surveyor Indonesia (ISI), Institut Teknologi Nasional Bandung (Itenas), serta Asosiasi Perusahaan Survei Pemetaan dan Informasi Geospasial (APSPIG). (NIN/MN)