Senin, 25 November 2024   |   WIB
id | en
Senin, 25 November 2024   |   WIB
Selami Perairan Banda Neira, BIG Susun Neraca Sumber Daya Alam Laut

Banda Neira, Berita Geospasial - Kekayaan sumber daya alam Banda Neira, di Maluku Tengah terkenal sejak ratusan tahun yang lalu. Hingga kini, pulau yang terkenal dengan rempah pala ini merupakan tempat bagi berbagai jenis terumbu dan ikan karang. Potensi sumberdaya alam laut yang besar ini perlu dijaga kelestariannya sehingga dapat dinikmati oleh generasi berikutnya.

Hal ini diungkapkan oleh Peneliti Universitas Gadjah Mada Bachtiar Wahyu Mutaqin saat ikut serta dalam survei Neraca Sumber Daya Alam (SDA) Laut yang dilakukan oleh BIG pada 13 hingga 19 Mei 2022. Menurut Bachtiar, kekayaan sumber daya laut ini terbentuk dari proses vulkanis dari gunung api di wilayah Banda, juga dipengaruhi oleh letaknya yang dilalui oleh Arus Laut Lintas Indonesia (Arlindo).

“Arus ini datang dari Pasifik, masuk melalui Halmahera kemudian keluar di Selat Lombok dan di Selat Ombai. Hal ini mengakibatkan keanekaragaman hayatinya sangat tinggi karena nutriennya sangat banyak, terumbu karang melimpah, kepadatannya juga tinggi, akibatnya ikan karangnya juga sangat beragam, yang akhirnya masyarakat Banda tercukupi kebutuhannya,” imbuh Bachtiar.

Sejalan dengan upaya mengetahui potensi serta menjaga kelestarian SDA laut di Banda Neira tersebut, Badan Informasi Geospasial (BIG) turut menyusun Neraca Sumber Daya Alam Laut, sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dan kebijakan pengelolaan SDA Laut Nasional. Sebagai tahap awal penyusunannya, BIG melakukan survei validasi Neraca Sumber Daya Alam Laut melalui pengumpulan dan inventarisasi data.

Menurut surveyor pemetaan dari Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas (PTRA) BIG Imas Midita Putri, data yang dikumpulkan berupa peta dasar, peta tematik dari wali data, serta citra satelit resolusi tinggi. Citra satelit resolusi tinggi yang telah diolah sebelumnya kemudian divalidasi kebenarannya di lapangan. Ada beberapa kategori kelas hasil interpretasi citra, yaitu terumbu karang,lamun, dan mangrove.

“Hasil lapangan ini kemudian akan diolah kembali untuk menjadi peta pasiva sumber daya laut dan dibandingkan dengan peta aktiva hasil interpretasi citra satelit. Dengan interpretasi citra dalam rentang dua tahun yang berbeda ini selanjutnya akan didapatkan nilai perubahan luasan yang terjadi sehingga dapat diketahui nilai neraca sumber daya alam laut dan lokasi perubahan tersebut terjadi,” jelas Imas.

Di tempat yang sama, Kepala BIG Muh Aris Marfai menjelaskan bahwa Survei Neraca Sumber Daya Alam Laut ini sebagai partisipasi BIG dalam pilot project penyusunan neraca sumber daya laut. Kegiatan ini merupakan bagian dari Global Ocean Account Partnership (GOAP) yang pelaksanaannya di Indonesia dikerjakan bersama oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Keuangan, dan Badan Pusat Statistik dan BIG. Kegiatan ini telah dilaksanakan tahun lalu di Gili Matra, dan tahun ini akan dilaksanakan di Perairan Pulau Padaido, Raja Ampat, dan Waigeo.

“Terdapat tiga neraca yang diamanatkan dalam Ocean Account sebagai pengembangan untuk memulai perubahan aset sumberdaya alam yang berimplikasi terhadap kegiatan ekonomi, yaitu Aset Ekosistem, Aliran ke Ekonomi, dan Aliran ke Lingkungan. Hasil kegiatan ini akan menjadi dasar pengelolaan SDAL ke depannya sehingga kemudian dapat ditentukan langkah-langkah strategis pengelolaan yang efektif dan efisien,” pungkas Aris. (RKI/MN)