Bandung, Berita Geospasial – Perkembangan dunia digital dan teknologi menyebabkan adanya perubahan dalam praktik pendidikan, sehingga semua lapisannya mulai dari tenaga pendidik hingga infrastruktur harus menyesuaikan dengan implementasi teknologi dan digitalisasi. Hal itu melatar belakangi acara The 5th International Geography Seminar (IGEOS) 2021 yang berlangsung di Gedung Muhammad Nu’man Somantri, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, pada hari Senin, 29 November 2021.
Dengan mengusung tema “Geography Education in the Digital World (Connecting Theory and Practice)”, IGEOS menyoroti tantangan yang dihadapi para lulusan geografi dalam persaingan dunia kerja di masa kini dan masa mendatang. Mengawali acara adalah pembukaan dari ketua panitia IGEOS 2021 Nandi, yang menyambut hangat para narasumber dan peserta yang hadir dalam perhelatan ini.
“IGEOS merupakan forum dimana kita semua dapat berkontribusi secara aktif dalam merespon isu dan tantangan terkini di era digital”, ujar Nandi.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pembukaan secara daring oleh Rektor UPI, Solehuddin. Soleh menyampaikan bahwa digitalisasi terjadi secara masif di dunia yang berkembang pesat.
“Pandemi tidak menghalangi kita untuk produktif. Digitalisasi menciptakan dunia baru. Kita hanya memiliki 2 pilihan : beradaptasi atau tertinggal”, tuturnya.
Menyusul kemudian adalah sesi keynote speech dari Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Muh Aris Marfai. Pada acara yang digelar secara hybrid tersebut, Aris menyampaikan dukungan atas keterlibatan universitas dalam berbagai kegiatan Informasi Geospasial (IG), seperti melalui Program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka.
“Indonesia sangat luas. Terbentang sekitar lima ribu kilometer dari barat ke timur. Jika kita bandingkan seperti jarak antara London hingga Timur Tengah. Bahkan kita juga memiliki 3 zona waktu. BIG tidak dapat bekerja sendiri dalam menginventarisir data dan informasi geospasial seluruh Indonesia. Maka, kesempatan berkarir untuk surveyor maupun geograf masih terbuka lebar,” demikian tutur Aris kepada peserta IGEOS.
Aris juga menambahkan bahwa sertifikasi profesi dalam bidang IG itu penting. Perguruan tinggi diharapkan dapat bekerjasama dengan lembaga penyedia sertifikasi seperti Badan Standardisasi Nasional (BSN) atau Komite Akreditasi Nasional (KAN), agar para anak didik selain mendapatkan ijazah, juga tersertifikasi sehingga mampu bersaing di dunia kerja.
Pada kesempatan tersebut dilaksanakan pula kegiatan penandatanganan Nota Kesepahaman antara UPI dengan BIG tentang Kerja Sama Tridharma Perguruan Tinggi terkait Informasi Geospasial. Dengan ditandatanganinya Nota Kesepahaman ini, BIG dan UPI secara resmi bekerjasama memajukan pendidikan Indonesia, khususnya bidang keilmuan geografi selama 5 tahun ke depan. (RD/LR)