Cibinong, Berita Geospasial – Hasil penelitian tidak akan bermanfaat jika tidak dipublikasikan. Pemahaman ini mengilhami Badan Informasi Geospasial (BIG) kembali menggelar Seminar Nasional Geomatika (SNG) untuk menyebarluaskan hasil penelitian dan kajian di bidang geospasial.
“Semenjak (masih bernama) Bakosurtanal, telah diselenggarakan 15 kali Seminar Nasional Geomatika. Sebanyak 10 kali seminar diselenggarakan dengan format berbeda, dan lima kali dengan nama Seminar Nasional Geomatika,” kata Kepala Pusat Penelitian, Promosi, dan Kerja Sama BIG Suprajaka saat menyampaikan laporan pelaksanaan SNG ke-6 pada Selasa, 5 Oktober 2021.
SNG ke-6 yang dilaksanakan selama dua hari pada 5-6 Oktober 2021 ini dilaksanakan secara daring dan terbuka bagi seluruh akademisi, peneliti, praktisi, serta pemangku kepentingan di bidang geospasial. Tema yang diangkat, yaitu `Inovasi Geospasial dalam Pengurangan Risiko Bencana`. Acara
“Negara kita merupakan wilayah rawan bencana, seperti gempa, tsunami, banjir, longsor, dan likuefaksi. Kondisi ini disebabkan wilayah geografis Indonesia yang terletak di ring of fire, sehingga sering mengalami aktivitas seismik. Hal tersebut membuat Indonesia tidak bisa terbebas dari bencana alam,” jelas Sekretaris Utama BIG Muhtadi Ganda Sutrisna terkait latar belakang pemilihan tema SNG ke-6.
Menurut Ganda, bencana alam erat kaitannya dengan kondisi cuaca dan iklim. Hal ini menjadikan data geospasial sangat penting untuk peringatan dini bencana.
“Pemodelan bencana umumnya memerlukan peta dasar maupun peta tematik yang akurat dan terkini. Misalnya, dalam pemodelan tsunami, diperlukan Peta Rupa Bumi dan Peta Bathimetri yang detail dan akurat,” tambah Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati yang didapuk menjadi keynote speech pada SNG ke-6.
Senada, Kepala BIG Muh Aris Marfai menyatakan bahwa data dan Informasi Geospasial (IG) memiliki peranan penting untuk kegiatan pengurangan risiko bencana. Selain itu, IG juga dapat menjadi dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan.
Sistem berbagi pakai dan interoperabilitas, lanjut Aris, diperlukan untuk mengatasi masalah berbagi data dalam berbagai situasi. Termasuk di dalamnya situasi tanggap darurat.
“Membangun Informasi Geospasial Tematik yang akurat dan andal dalam rangka mendukung manajemen pengurangan risiko bencana tidak hanya berbasis pengetahuan dan teknologi, tetapi juga memerlukan koordinasi, regulasi, serta infrastruktur yang kuat,” tegas Aris dalam paparannya berjudul `Tantangan Informasi Geospasial untuk Mitigasi Bencana`.
Sebagai informasi, SNG ke-6 menghadirkan sejumlah narasumber yang ahli di bidang kebencanaan, antara lain Asril Jarin dari Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang memaparkan peran kecerdasan buatan dalam mengurangi kerentanan bencana. Ada pula Rokhis Khomarudin dari Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN yang mengupas tuntas tentang peran penginderaan jauh dan SIG dalam penanggulangan bencana.
Narasumber lainnya, yaitu Nuraini Rahma Hanifa dari Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Kebumian BRIN. Ia menjabarkan cara membangun masyarakat tangguh bencana dengan dukungan Satu Informasi Geospasial. (RD/NIN)