Jakarta, Berita Geospasial - Badan informasi Geospasial (BIG) melakukan pemetaan batimetri di Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta, sejak 24 Mei 2021. Proses pemetaan area seluas 1.667 kilometer persegi ini ditargetkan selesai pada 24 September 2021.
Pemetaan batimetri ini dalam rangka pemenuhan tugas dan fungsi Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai (PKLP) BIG dalam penyediaan Informasi Geosapsial Dasar (IGD) berupa data batimetri atau kedalaman yang akan bisa menggambarkan topografi laut.
“Hasil pemetaan batimetri ini nantinya dapat digunakan untuk berbagai kegiatan, seperti penentuan alur pelayaran, perencanaan pembangunan dermaga, dan pemetaan terumbu karang. Kegiatan ini juga salah satu upaya pemenuhan tugas BIG dalam menyediakan peta dasar. Terlebih, Peta Rupabumi Indonesia (RBI) saat ini mengintegrasikan unsur darat, pantai, dan laut dalam satu peta,” kata Kepala BIG Muh Aris Marfai yang berkesempatan melakukan inspeksi.
Aris berharap, kegiatan pemetaan batimetri di Kepulauan Seribu ini dapat selesai pada triwulan ketiga 2021. Sehingga target BIG dalam penyediaan peta dasar skala besar dapat terpenuhi sesuai target.
“Data kita ini ditunggu. Kementerian atau lembaga lain baru akan bergerak jika data dari kita sudah tersedia,” imbuh Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar BIG Mohamad Arief Syafii yang turut dalam inspeksi.
Terlebih, butuh waktu untuk mengintegrasikan data geospasial dasar di darat, pantai, dan laut. Jadi, semua harus dikerjakan sesuai dengan target dengan tetap mengutamakan kualitas.
“Kita harus menyelesaikan peta dasar skala besar dalam lima tahu ke depan,” tegas Arief.
Gabungan Metode
Koordinator Pemetaan Kelautan Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai (PKLP) BIG Fajar Triady Mugiarto menjelaskan jika progres pekerjaan saat ini sudah mencapai 93 persen. Pemetaan batimetri di Kepulauan Seribu ini menggunakan gabungan beberapa metode, yaitu Unmanned Aerial Vehicle (UAV) LiDAR; Satellite Derived Bathymetry (SDB); Unmanned Surface Vessel (USV); Multibeam Echosounder System (MBES), serta Single Beam Echosounder (SBES).
“UAV LiDAR digunakan untuk mendapatkan model tiga dimensi permukaan bumi di darat. Sedangkan, USV atau kapal tanpa awak berfungsi memetakan perairan dangkal dengan kedalaman 0 hingga 15 meter. Dengan metode ini, kita bisa mendapatkan informasi kedalaman dan kontur laut,” terang Fajar.
Hampir sama dengan USV, SDB juga digunakan untuk mendapatkan data kedalaman di area perairan dangkal. Namun, metode ini memanfaatkan wahana citra satelit.
"Kemudian, metode SBES mampu memetakan perairan dangkal dan dalam karena menggunakan dual frekuensi. Dengan ini, kita dapat informasi bentuk permukaan dasar laut. Namun, data yang didapat tidak sedetail menggunakan MBES,” tambah Teguh Sulistian, surveyor pemetaan BIG.
Teguh menuturkan, MBES mampu membuat model tiga dimensi permukaan bawah laut. Metode ini menghasilkan gambaran permukaan laut yang lebih detail, karena juga bisa memberikan informasi tentang habitat terumbu karang, mengidentifikasi bangkai kapal, dan fitur bawah laut lainnya.
BIG Targetkan Petakan Tujuh Taman Nasional
Kepala Pusat PKLP BIG Yosef Dwi Sigit Purnomo menerangkan, ada 10 kawasan konservasi dan tujuh taman nasional yang menjadi target pemetaan BIG. Pada 2022, BIG berencana melakukan pemetaan batimetri di Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara.
"Target yang ditetapkan BIG tersebut sesuai dengan Perpres Nomor 56 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Pengelolaan Terpadu Taman Nasional dan Kawasan Konservasi Perairan Nasional Tahun 2018-2025,” kata Sigit.
Sebanyak tujuh taman nasional yang menjadi target pemetaan BIG selain Kepulauan Seribu, yaitu Taman Nasional Karimun Jawa, Bunaken, Wakatobi, Taka Bonerate, Teluk Cendrawasih, dan Taman Nasional Togean. Sedangakan, 10 kawasan konservasi yang dimaksud, yakni Anambas di Kepulauan Riau; Pulau Pieh di Sumatera Barat; Kepulauan Kapo Posang di Sulawesi Selatan; Gili Matra di Lombok; Laut Banda di tenggara Ambon; Kepulauan Padaido di Papua; Laut Sawu di Nusa Tenggara Timur; Kepulauan Waigeo di Papua Barat; Raja Empat di Papua; serta Kepulauan Aru di Maluku.
Upaya pemataan kelauatan yang dilakukan BIG, sejalan dengan amanat Presiden Joko Widodo agar Indonesia kembali sebagai negara maritim. Saatnya bagi Indonesia mengembalikan kejayaan di laut dan samudera.
"Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudera, selat, dan teluk," kata Jokowi usai dilantik menjadi Presiden ke-7 Indonesia. (NIN)