Gili Trawangan, Berita Geospasial – Badan Informasi Geospasial (BIG) akanmendukung Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam penilaian sumber daya alam (SDA) kemaritiman di Kawasan Konservasi Perairan Nasional menuju ekowisata melalui inventarisasi data spasial SDA Laut.
Hal tersebut menjadi satu bahasan dalam diskusi Kepala BIG Muh Aris Marfai dengan Direktur Konservasi Dan Keanekaragaman Hayati Laut KKP Andi Rusandi saat meninjau langsung survei pemetaan Neraca Sumber Daya Alam Laut (NSDAL) di Gili Trawangan, Nusa Tenggara Barat pada Rabu, 16 Juni 2021.
“Jadi ini adalah tahap awal, yaitu inventarisasi data spasial kemudian tahap berikutnya adalah berapa nilai sumber daya yang sekarang ini ada di kawasan-kawasan konservasi yang dikelompokkan jadi tiga; terumbu karang, lamun, dan mangrove," ujar Andi.
Andi mengungkapkan bahwa ketika sudah diketahui data mangrove, terumbu karang, dan lamun secara spasial, bisa diketahui berapa value dari sumber daya alam pada setiap daerah berbeda-beda. Dengan begitu bisa diketahui peluang pendapatan negara dari perikanan dan ekowisata.
“Untuk Gili Matra ini lebih ke terumbu karang dan biota asosiasinya dan ini menjadi konsen wisata. Wisata di sini tidak mass tourism tapi di dorong untuk ekowisata dan terbatas. Pemetaan NSDAL bersama BIG sangat membantu program ini, salah satu contohnya adalah bisa diketahui titik menyelam yang bagus," imbuh Andi.
Aris mengungkapkan bahwa akan mendukung program KKP tersebut dengan menyediakan informasi geospasial termasuk pembinaan sektor seperti wisata sesuai dengan Perpres No.23 Tahun 2021 tentang Kebijakan Satu Peta. Dimana saat ini peta tematik menuju 135 tema dengan beberapa topik baru mengenai kemaritiman, hal ini sesuai dengan program inventarisasi di KKP.
“Tugas kami termasuk diantaranya adalah untuk melaksanakan penyediaan informasi geospasial termasuk pembinaan di sektor, nah ini nanti ketemu, kita bisa bekerja sama. Kami akan mem-back up kaitannya dengan inventarisasi sumber daya alam secara spasial, untuk kita gunakan data ini mendukung eco tourism tadi" pungkas Aris. (RKI/MN)