(Jakarta, Berita Geospasial) – Toponimi merupakan bidang keilmuan dalam linguistik yang membahas tentang asal-usul penamaan nama tempat, wilayah, atau suatu bagian lain dari permukaan bumi, termasuk yang bersifat alam (sungai, lautan, dan pegunungan) dan buatan (kota, gedung, jalan, jembatan). Toponimi berkaitan dengan bidang etnologi dan kebudayaan.
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim (PPRT) BIG di tahun 2019 ini kembali mengadakan Sosialisasi dan Bimbingan Teknis (Bimtek) Penyelenggaraan Pembakuan Nama Rupabumi. Acara yang diselenggarakan 14-19 Juli 2019 di Hotel Grand Mercure Kemayoran Jakarta ini diikuti oleh sekitar 124 orang yang merupakan tim teknis pembakuan nama rupabumi daerah. Mereka berasal dari Provinsi Lampung, Sumatera Selatan, Aceh, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Kelautan (KKP) dan Perikanan dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Acara dibuka oleh Ida Herliningsih sebagai Kepala Pusat PRT BIG. Beliau menyampaikan agenda sosialisasi dan bimtek merupakan rangkaian dari program dari BIG selaku National Name Autority (NNA) untuk memberikan pemahaman kepada daerah, baik konsep maupun mekanisme tatacara pembakuan nama rupabumi, sesuai mandat peraturan kepala BIG nomor 6 tahun 2017, termasuk dalam agenda sosialisasi dan bimtek ini juga akan ada pengenalan aplikasi “Sakti”, yaitu aplikasi untuk akuisisi data toponim berbasis android.
“Apresiasi yang setinnggi-tingginya buat daerah yang secara antusias bersedia hadir dan mengikuti agenda kegiatan bimtek dan sosialisasi ini, harapannya semoga dapat mengikuti materi sosialisasi dan bimtek secara maksimal untuk diterapkan nantinya di daerah masing-masing. Acara bimtek Toponim ini merupakan yang kedua di tahun 2019 ini. Sebelumnya diadakan pada 23-28 Juni 2019 di Jakarta juga.
Pada sesi penyampaian materi, hadir sebagai para narasumber adalah: Kepala Bidang Toponim BIG Harry Ferdiansyah, Sejarawan JJ Rizal, Meity sebagai Ahli Tata Bahasa dari Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kemendikbud, Biro Tata Pemerintahan Provinsi DIY Andrian Muryanto serta Plt. Direktur Toponimi dan Batas Daerah Kementerian Dalam Negeri, Heru Santoso.
JJ Rijal dalam paparannya menjelaskan bahwa nama suatu wilayah sangat terkait erat dengan sejarah dan budaya disuatu wilayah tersebut. “Di Jakarta ini, nama tempat kebanyakan berkaitan dengan tumbuhan dan air. Contohnya adalah Rambutan dan Kalimalang dan lain-lain.
“Nama suatu wilayah atau toponimi itu berkaitan erat dengan budaya dan sejarah, bagaikan artefak sejarah yang harus terus dilestarikan, jangan sampai karena kemajuan teknologi dan pergeseran budaya nama tersebut dirubah tanpa evaluasi lebih dulu” ujarnya.
Selanjutnya, Heru Santoso menyatakan bahwa Kemendagri bersama BIG dan Pemda selalu mengupayakan evaluasi dan analisa bersama dalam menentukan nama rupabumi suatu wilayah atau objek.
Untuk menambahkan pemahaman peserta bimtek, selain dibekali dengan pemahaman secara teori, pada Rabu (17 Juli 2019), peserta bimbingan teknis toponim diajak melakukan praktik inventarisasi survei lapangan di Kota Tua Jakarta. Disana, mereka praktik melaksanakan kegiatan survei lapangan penggunaan aplikasi SAKTI (Sistem Akuisisi Data Toponim). Survei ini merupakan bagian dari materi bimbingan teknis toponim yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai tata cara pengambilan data untuk penamaan rupabumi. Data hasil survei ini akan diolah untuk selanjutnya dipresentasikan oleh masing-masing kelompok nantinya.
Di sesi penutupan, Harry Ferdiansyah mengungkapkan, “Bimtek Toponim 14-19 Juli 2019 ini merupakan yang terakhir diadakan oleh Bidang Toponim BIG. Nantinya akan diselenggarakan oleh yang bidangnya yakni Balai Diklat Geospasial BIG”, pungkasnya. (ATM)