Cibinong, Berita Geospasial – Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik (IGT) Badan Informasi Geospasial (BIG) menggelar sosialisasi produk IGT. Acara yang sudah diinisiasi sejak beberapa tahun lalu ini bagian dari upaya memberikan akses terbuka bagi siapa pun yang membutuhkan Informasi Geospasial (IG).
“BIG itu seperti bangunan rumah, fondasi dan bentuknya harus terlihat bagus agar menarik. Informasi Geospasial Dasar (IGD) diibaratkan fondasi di BIG, jadi harus kokoh untuk memopong bangunan di atasnya. Sedangkan, IGT diibaratakan bangunannya yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat. Sementara Infrastruktur Informasi Geospasial (IIG), memberikan aksesoris di bangunannya. Tiga deputi harus saling mendukung dan tidak boleh ada saling tumpang tindih,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang IGT Mulyanto Darmawan dalam sambutannya di Aula Utama BIG, Cibinong, Bogor, Selasa, 30 April 2019.
Sosialisasi ini sejalan dengan UU Nomor 4 Tahun 2011 tentang IG yang meyebutkan bahwa salah satu tugas BIG adalah melakukan pembinaan kepada seluruh pemangku kepentingan terkait penyelenggaraan IG. Bahkan, BIG sudah diminta Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) untuk mengisi setiap program yang berkaitan dengan IG pada 2020-2024.
“BIG sudah berhasil menggoncang Indonesia. Setiap kementerian mulai ragu apabila tidak melibatkan BIG di dalam pembangunan IG. Namun, sosialisasi produk harus tetap berjalan. Jangan sampai produk kita tidak diketahui masyarakat,” ungkap Darmawan.
Pada kesempatan ini juga dilanjutkan penyerahan katalog IGT kepada perwakilan pusat yang hadir. Produk dari Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik BIG berupa sistem lahan; penutup lahan; morfometri bentang lahan; lahan sawah; karakteristik peraian dangkal; rawan kebakaran hutan dan lahan; rawan banjir; serta multirawan bencana.
Sedangkan, produk dari Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas (PTRA) BIG yaitu pemetaan bidang dinamika sumber daya; integrasi neraca spasial daerah airan sungai (DAS); dataset dinamika sumber daya alam; pemodelan dinamika spasial kab-kota Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN); Kawasan Ekonomi Khusus (KEK); tol laut dan kawasan prioritas; pemetaan dinamika wilayah urban; pemetaan bidang atlas dan pemetaan sosial (atlas bentang lahan, atlas pariwisata, atlas sosial ekonomi, atlas taktual, dan e-atlas); serta pemetaan bidang tata ruang (2016: integrasi IG RTRW untuk implementasi program nawacita, 2016: kajian pedoman integrasi basis data spasial peta RTRW dan RDTR (NSPK), 2017: integrasi pemetaan RTRW provinsi dengan RZWP3K, 2017-2018: penyusunan peta LDTR lokpri PKSN wilayah perbatasan, peta sebaran capaian peta RTRW kab/kota dan provinsi, dan peta sebaran rekomendasi peta RTRW kab/kota dan provinsi).
Selain sosialisasi produk IGT, kegiatan ini sekaligus untuk memberikan farewell party kepada Deputi Bidang IGT Nurwadjedi. Acara ini adalah bentuk apresiasi kepada karyawan yang telah berdedikasi untuk BIG.
“Nurwadjedi adalah salah satu orang berjasa menjadikan program Kebijakan Satu Peta (KSP) dan BIG dikenal khalayak. Berkat KSP, BIG dipanggil Presiden untuk melakukan pembangunan,” terang Darmawan.
Darmawan menegaskan, BIG harus bangga karena punya KSP. “Penyelenggaraan geospasial, khususnya tematik, mendapatkan tempat yang signifikan di luar. Sekarang tinggal tergantung kepada BIG, apakah akan memposisikan diri dengan adanya peluang itu atau hanya akan berkutat dengan masalah internal?” tutupnya. (GU/LR/NIN).