Jakarta, Berita Geospasial – Salah satu hasil survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) bersama Badan Informasi Geospasial (BIG), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), serta Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) menunjukkan bahwa luas baku lahan sawah pada 2017 mencapai 7,75 juta hektare. Namun, jumlah tersebut terkoreksi menjadi 7,1 juta hektare pada 2018.
Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Ari Nugraha menyebut, penurunan luas lahan tersebut dipicu gencarnya alih fungsi. “Harus disadari, bahwa saat ini ada kompetisi penggunaan lahan untuk pertanian dan untuk kepentingan industri, perumahan, dan lain-lain,” kata dia saat Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) Badan Informasi Geospasial (BIG) Bidang Informasi Geospasial dengan tema `Arah Kebijakan dan Kebutuhan Informasi Geospasial untuk Mendukung Pembangunan Nasional` di Hotel Gran Melia, Jakarta, Rabu, 13 Maret 2019.
Ari mengatakan perlu segera dilakukan tindakan untuk mengatasi alih fungsi lahan tersebut. Jika tidak, dikahwatirkan akan berdampak pada penurunan produksi beras dalam negeri.
Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan BPS Hermanto menambahkan, berkurangnya luas baku lahan pertanian sejatinya telah terkonfirmasi dari data yang sudah dirilis pemerintah. Data dari citra satelit juga menyimpulkan berkurangnya areal persawahan.
Menurut Hermanto, ada dua hal penting dalam data pangan, yaitu potensi luasan dan bagaimana mengukur produktivitas. Di sinilah perang BIG snagat dibutuhkan.
“Perbaikan data panganstrategis demi kedaulatanpangan Indonesia yang lebihobyektif dan terkinimemerlukan dukunganpenyediaan Informasi Geospasial (IG) BIG,” tutupnya.
Sebagai informasi, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution sebelumnya menyatakan bahwa pemerintah tengah menyusun beleid agar lahan sawah tak mudah dikonversi untuk aktivitas lain. Selama ini, banyak pemilik sawah yang menjual lahannya untuk kegunaan lain seperti industri, jalan tol, hingga properti. Lahan yang dijual itu dihargai lebih tinggi dibandingkan penghasilan dari kegiatan bertani, sehingga banyak pemilik lebih memilih melepaskan lahannya.
Saat ini, BIG tengah menggelar Rakortas sebagai persiapan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) IG 2019. Hasil Rakortas hari ini akan dijadikan dasar diskusi pada kegiatan berikutnya, yaitu Rapat Pokja. Terdapat dua Pokja. Pokja satu membahas pemenuhan kebutuhan IG wilayah laut. Sementara Pokja dua membahas pemenuhan kebutuhan IG wilayah darat. (NIN)