Jakarta, Berita Geospasial – Berbagai bencana alam yang seolah akrab menyambangi Indonesia, harusnya membuat masyarakat sadar bahwa mereka hidup berdampingan dengan bencana. Maka dari itu, pemerintah dan masyarakat harus bersinergi membangun sistem peringatan dini bencana alam yang cepat, tepat, akurat, dan mudah dipahami.
Badan Informasi Geospasial (BIG) mendorong penggunaan Informasi Geospasial (IG) sebagai bagian dari mitigasi bencana. Salah satu IG yang dapat dimanfaatkan adalah Digital Elevation Model Nasional (DEMNas), yaitu gambaran model relief rupa bumi dalam bentuk tiga dimensi yang menyerupai keadaan sebenarnya di dunia nyata.
“DEMNas dapat dimanfaatkan untuk melihat titik rawan bencana,” kata Kepala Pusat Penelitian, Promosi, dan Kerja Sama BIG Wiwin Ambarwulan saat media gathering bertajuk `Peta Bencana, Risiko, dan Pencegahannya di D’Consulate Resto, Jakarta, 4 Mei 2019.
Menurut Wiwin, DEMNas memiliki perhitungan ilmiah untuk keperluan mitigasi bencana. Sehingga bisa direncanakan daerah mana saja yang layak dijadikan hunian ataupun tidak, untuk meminimalkan korban saat terjadinya bencana.
Tidak hanya mitigasi bencana, informasi yang tertuang dalan DEMNas juga dapat dimanfaatkan sebagai landasan penarikan garis pantai dan manajemen sumber daya alam. Wiwin pun mengakui banyak pihak mulai memanfaatkan IG yang dimiliki BIG.
"Sebagian besar memang pelat merah, tapi kami tidak menutup kesempatan bagi sektor swasta dan perguruan tinggi" ujar Wiwin.
Apalagi, lanjut Wiwin, hampir seluruh data atau peta yang dimiliki BIG bisa diakses secara gratis oleh siapa pun. Meskipun beberapa ada yang masih berbayar.
"Permintaan rata-rata peta rupa bumi sebagai peta dasar untuk pembuatan rencana tata ruang, ini bagian dari upaya mitigasi bencana," ucap Wiwin.
Hingga saat ini, BIG masih terus berusaha menyediakan peta skala besa untuk seluruh wilayah Indonesia. Pasalnya, peta yang tersedia baru skala 1:50.000.
“Padahal yang dibutuhkan hingga skala 1:5.000, termasuk untuk rencana tata ruang dan wilayah,” imbuh Wiwin.
Upaya yang dilakukan BIG ini sejalan dengan Kebijakan Satu Peta (KSP) yang diluncurkan Presiden Joko Widodo pada akhir tahun lalu. KSP berupa geoportal bertujuan menyediakan satu peta akurat dan akuntabel sebagai acuan dalam merumuskan pembangunan Indonesia.
Senada, Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Agus Budianto menjelaskan bahwa KSP dapat membantu mitigasi bencana. "Dengan peta risiko yang berlandaskan pada peta dasar, kita bisa memonitoring potensi bencana, pemanfaatan lahan, dan sebagainya. Peta dasar ini vital karena menjadi landasan kita berpijak," tutupnya. (NIN/LR)