Cibinong, Berita Geospasial – Perkembangan informasi dan teknologi turut membuat teknologi kartografi (penggambaran peta) menjadi lebih maju, tak terkecuali atlas yang dibuat oleh Badan Informasi Geospasial (BIG).
Untuk menunjang hal tersebut Bidang Atlas Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas (PTRA) BIG mengadakan pertemuan dengar pendapat (sarasehan) dengan para “sesepuh” di Bidang Atlas.
Hadir dalam sarasehan bidang atlas kali ini, Sekretaris Utama BIG 2014 – 2018 dra Titiek Suparwati, Mantan Kepala Pusat Penelitian Promosi Kerjasama Dra. Diah Kirana, M.Sc dan para mantan eselon I dan II dilingkungan Badan Informasi Geospasial.
Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas (PTRA) Dr Mulyanto Darmawan dalam kesematan yang sama sangat mengapresiasi atas terselenggaranya sarasehan bidang atlas BIG tahun 2018, menurutnya acara sarasehan ini menjadi jembatan silaturahmi sekaligus saling berbagi pengalaman dan pengetahuan antara para “senior” di bidang atlas dan generasi saat ini
“Alhamdullilah acara ini akhirnya bisa terlaksana, ini merupakan suatu kesempatan yang jarang bisa terjadi setiap waktu, semoga dengan adanya sarasehan ini kita bisa saling bertukar pemikiran dan pengalaman” ungkap Darmawan di sela sela pembukaan acara.
Sementara itu titiek suparwati yang juga merupakan mantan kepala pusat PTRA menyampaikan bahwa regenerasi di sebuah organisasi menjadi hal yang harus berjalan dengan baik agar tidak terhambatnya laju perkembangan organisasi tersebut.
“ini merupakan suatu bentuk regenerasi yang baik dan perlu kita pertahankan” ucapnya singkat.
Rangkaian kegiatan sarasehan bidang atlas ini beragam, mulai dari diskusi hingga penjelasan pencapaian bidang atlas periode 2017 hingga tahun 2018, salah satu pencapaian bidang atlas adalah pengembangan atlas taktual indonesia.
Atlas Taktual merupakan atlas khusus bagi penyandang disabilitas netra yang mencakup wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pengembangan atlas taktual saat ini sudah mencakup kepada atlas taktual budaya, kedepannya atlas taktual akan kita kembangkan menjadi atlas taktual berbasis audio sehingga para disabilitas netra mampu lebih mengetahui beragam wilayah dan budaya di Indonesia.
Selain Atlas Taktual atlas budaya, potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan atlas pendidikan menjadi pencapaian Bidang Atlas sepanjang kurun waktu 2017 dan 2018. (/AR)