Rabu, 06 November 2024   |   WIB
id | en
Rabu, 06 November 2024   |   WIB
WGM ke 14 Bahas Perubahan Muka Air Laut

 photo DSC_6744_zpslbcrem4z.jpg

Manado, Berita Geospasial –  Sabtu, 8 September 2018, Badan Informasi Geospasial (BIG) bersama Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia mengadakan Working Group Meeting on The Study of Tides and Sea Level Change and Their Impacts on Coastal Environment in The South China Sea di Gedung CTI-CFF di Manado Sulawesi Utara. Acara ini dihadiri sekitar 42 peneliti yang berasal dari Indonesia, Kamboja, China, China Taipei, Brunei Darussalam, Vietnam, Filipina, Singapura, Laos, Kamboja, Malaysia, dan Myanmar.

Working Group Meeting (WGM) ini merupakan kegiatan yang ke-14 setelah sebelumnya diadakan kegiatan serupa di Jakarta pada 15 November 2017 lalu. Secara umum WGM kali ini membahas kenaikan dan perubahan ketinggian permukaan air laut serta dampaknya pada kawasan pantai di negara negara sekitar Laut China Selatan.

Deputi Informasi Geospasial Dasar (IGD) BIG M. Arief Syafi’i mengatakan bahwa acara ini diselenggarakan sebagai salah satu bentuk kegiatan dengan suasana penuh kedamaian di antara negara-negara yang berbatasan. BIG berkomitmen untuk mendukung WGM ini dengan melibatkan lebih banyak peneliti untuk secara aktif berkontribusi di acara ini guna meraih hasil yang lebih bermanfaat di masa depan.

“Acara ini ditujukan untuk mempersiapkan dan menyusun sejumlah aktifitas penellitian yang fokus pada dampat kenaikan dan perubahan permukaan air laut pada masyarakat kita. Melalui pertemuan ini, saya mengharapkan lebih banyak proposal dari para peneliti dan mengundang lebih banyak penelliti di kawasan Laut China Selatan untuk bekerja sama dan berbagi pengetahuan tentang bagaimana setiap negara di kawasan Laut China Selatan mengadaptasi perubahan permukaan air laut,” tambahnya.

Lebih lanjut Arief berharap agar WGM bisa meningkatkan kerja sama penelitian dan memperkuat komitmen untuk membangun sinergi yang positif. Hal ini diharapkan akan mendukung dan membawa kedamaian, stabilitas, kerja sama, dan kerpercayaan diri negara-negara di kawasan Laut China Selatan. “Ilmu pengetahuan, bencana dan laut semuanya tidak berbatas, namun itu semua bisa menyatukan setiap orang atas nama kemanusiaan,” tutur Arief.

Kepala Bidang Penelitian BIG Nursugi dalam presentasi berjudul “Working Group: Tides and Sea Level Change and their Impacts on Coastal Environmet in The South China Sea affected by Potensial Climate Change” memperkirakan bahwa di tahun 2029, kenaikan ketinggian permukaan air laut di kawasan Laut China Selatan sekitar 1.2-6 mm/tahun. Lebih lanjut, Nursugi mengajukan metode untuk menghitung dampak ekonomi akibat kenaikan ketinggian permukaan air laut di kawasan Laut China Selatan akibat pemanasan global.

Sementara itu, Peneliti BIG Prof. Dewayany yang juga hadir memaparkan identifikasi beberapa wilayah yang mungkin cocok untuk kerja sama. Kerja sama yang dapat terjalin di antaranya tentang metode penelitian dan pengumpulan data, adaptasi dan mitigasi, studi dampak kenaikan ketinggian permukaan air laut, pengembangan regulasi, studi tentang energi kelautan, studi tentang  keuntungan-keuntungan untuk lingkungan dan masyarakat dan lingkungan serta berbagi data dan informasi.

Pertemuan yang diadakan dalam suasana terbuka ini mencerminkan semangat kerja sama dan saling pengertian. Kepalat Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika (PJKGG) BIG Antonius Bambang W yang bertindak sebagai moderator berharap agar acara ini akan dilanjutkan pada tahun-tahun mendatang. (ATM/NUR)