Surabaya, Berita Geospasial - Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), Hasanuddin Z. Abidin memberikan Kuliah Umum Pengantar dan Motivasi dalam Keilmuan Teknik Geodesi-Geomatika kepada para mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, pada Selasa, 22 Agustus 2017. Para peserta merupakan mahasiswa baru Departemen Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) ITS Angkatan 2017. Kuliah umum ini dilaksanakan dalam pekan Orientasi Keprofesian dan Kompetensi Berbasis Kurikulum (OK2BK) yang diselenggarakan sebelum proses belajar-mengajar dimulai pada pekan berikutnya.
Bertempat di Ruang Perpustakaan Lantai 2 ITS, Hasanuddin membawakan materi terkait ‘Status Pembangunan Informasi Geospasial di Indonesia’ kepada sebanyak kurang lebih 90 mahasiswa. Hasanuddin menjelaskan bagaimana Data dan Informasi Geospasial (IG) akan menghasilkan pengetahuan yang menjadi dasar kebijakan untuk pembangunan berkelanjutan, kesejahteraan masyarakat, pengayaan khasanah keilmuan, serta pertahanan dan keamanan negara.
“Geospasial sendiri merupakan ilmu yang berkembang dengan pesat seriring dengan perkembangan teknologinya, oleh karena itu kalian semua harus selalu melek teknologi, bisa beradaptasi terhadap semua perkembangan”, ungkapnya kepada para peserta. Beberapa jenis teknologi geospasial, terkait : Geographic Information System (GIS)/Spatial Analytics, Global Navigation Satellite System (GNSS) dan Positioning, Earth Observation, serta Scanning.
Indonesia sendiri adalah negara maritim dengan luas wilayah yang sangat luas. “Bila dibayangkan wilayah Indonesia dibentangkan di dataran Benua Eropa, apabila Aceh terletak di London, maka Papua terletak di Turki atau Eropa Timur. Untuk ujung Utara Indonesia terletak di Polandia, sementara ujung selatan terletak di Italia”, jelas Hasanuddin. Karena luasnya wilayah Indonesia, maka IG ini sangat penting terutama sebagai arah kebijakan untuk pembangunan regional maupun nasional. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) selalu melibatkan BIG, terkait data dan IG untuk pembangunan di Indonesia. Informasi geospasial untuk mendukung pembangunan desa, reforma agraria, mitigasi dan adaptasi bencana, percepatan pembangunan Papua, serta pembangunan kawasan perbatasan dan daerah tertinggal. IG diperlukan untuk implementasi kebijakan pembangunan secara efektif dan efisien.
IG juga memegang peran penting dalam proses pembangunan Tujuh Pilar Kebijakan Kelautan Indonesia, terutama dalam menyediakan data terkait kegiatan dan program maritim di Indonesia, atau dikenal sebagai geomaritim. Ketersediaan IG yang akurat dan dapat dipercaya ini dapat membantu meningkatkan pengambilan keputusan agar lebih efisien, efektif, dan komunikatif. Arah pembangunan jangka panjang Indonesia sendiri, sudah secara aktif melibatkan IG dan data statistik secara bersama-sama sebagai dasar perencanaan, sehingga bisa mengakomodir kebutuhan nasional dari segala aspek.
Untuk mendukung kebutuhkan nasional tersebut, BIG selalu berupaya untuk menyediakan data dan IG terbaik sebagaimana tertuang dalam UU No 4 Tahun 2011 tentang IG, baik data dan IG Dasar, IG Tematik, maupun Infrastruktur IG. Salah satu produk BIG yang memegang peranan mendasar dan penting dalam pembuatan peta adalah adanya Sistem Referensi Geospasial Indonesia (SRGI) 2013 yang membantu dalam menentukan sistem referensi vertikal terkait geoid. “Untuk jangkauan layanan stasiun CORS BIG tahun 2017 sebanyak 134 stasiun, dan stasiun CORS baru yang akan dibangun sebanyak 255 stasiun dengan distribusi tersebar di seluruh wilayah Indonesia”, jelas Hasanuddin.
Terkait Kebijakan Satu Peta (KSP) yang sedang digalakkan pula oleh pemerintahan Jokowi saat ini sangat penting terutama untuk mengatasi permasalahan tumpang tindih perijinan antar sektor. Tanpa KSP, maka tidak akan data satu data yang nantinya menjadi rujukan utama dalam perencanaan pembangunan. Di dalam KSP terdapat 85 peta tematik, yang walidatanya tersebar diantara seluruh Kementerian/Lembaga di seluruh Indonesia. Di tahun 2017 sendiri KSP dilaksanakan untuk wilayah Sumatera, Sulawesi, dan Bali, Nusa Tenggara. Setelah tahun sebelumnya dituntaskan untuk wilayah Kalimantan, sedangkan untuk tahun 2018 akan merambah wilayah Jawa, Maluku dan Papua.
Untuk bidang IIG, telah digalakkan Ina-Geoportal beserta Simpul Jaringan Informasi Geospasial Nasional (SJIGN) yang apabila telah terkoneksi semua, maka akan tercipta suatu sistem basisdata IG meliputi seluruh wilayah Indonesia dengan data dan IG yang akurat. Terkait SDM bidang IG, ditekankan pula oleh Hasanuddin bahwa bidang geodesi-geomatika yang ditekuni para mahasiswa sudah tepat. “Apalagi dengan kebutuhan 20.000 SDM bidang IG di Indonesia, tentu itu menjadi potensi lowongan pekerjaan yang besar dan harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh generasi muda Indonesia”, tandasnya. Terakhir, Hasanuddin juga memberikan bekal kepada para mahasiwa untuk bekerja secara 5As : kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, kerja mawas dan kerja ikhlas untuk apapun yang dikerjakan agar berhasil. Semoga kegiatan kuliah umum yang dilaksanakan bagi para mahasiswa baru ini dapat menumbuhkan motivasi dan semangat agar nantinya mereka menjadi generasi bidang IG yang melek teknologi, optimis, dan tangguh. (LR/TR)