Pulau Serangan Bali-Berita Geospasial – Setelah dua hari melakukan kegiatan di dalam ruangan dengan berbagai aktivitas khas sebuah konferensi internasional seperti kegiatan seremonial, presentasi, sesi poster dan kegiatan-kegiatan diskusi keilmuan lainnya, saatnya peserta Konferensi Internasional Maritime Sciences and Advanced Technology (MSAT) melakukan kegiatan luar ruangan yang memiliki relevansi dengan bidang keilmuan kemaritiman yaitu dengan ekskursi Turtle Conservation and Education Center (TCEC).
Ekskursi yang diselenggarakan pada Sabtu 5 Agustus 2017 ini, sebagai acara penutup rangkaian kegiatan konferensi internasional MSAT yang kali pertama di Bali ini. Lebih dari seratus orang peserta MSAT dalam dan luar negeri mendaftar untuk mengikuti kegiatan ekskursi tersebut. TCEC terletak di Pulau Serangan, sebuah Pusat Konservasi dan Pendidikan Penyu yang dibuka oleh Gubernur Bali, Dewa Barata, pada 20 Januari 2006 di Pulau Serangan, Bali. Menurut informasi dalam situs WWF Indonesia, penetapan TCEC sendiri didukung oleh WWF, Gubernur Bali, Walikota Denpasar, serta BKSDA Provinsi Bali dan masyarakat lokal.
TCEC dibangun sebagai bagian dari strategi yang komprehensif untuk menghapus perdagangan penyu ilegal di Pulau Serangan. Berdiri di atas lahan seluas 2,4 ha ini, TCEC berupaya mendukung komunitas Serangan untuk menemukan mata pencaharian alternatif di luar perdagangan penyu. Pusat ini memanfaatkan potensinya untuk pendidikan, pariwisata, konservasi serta penelitian, dengan sentuhan bisnis, untuk memberikan kesempatan baru bagi penyu yang terancam punah di Pulau Serangan.
Selama berada di Pusat Konservasi Penyu ini, peserta MSAT mendapat panduan secara penuh dari mentor-mentor yang terdiri dari pegawai dan tenaga sukarela yang bekerja di lingkungan TCEC. Seorang diantara para mentor tersebut menyampaikan tentang perbedaan mendasar antara penyu dan kura-kura. Juga menerangkan siklus hidup dari penyu yang dikonservasi di lingkungan TCEC Pulau Serangan Bali, dan juga membawa para peserta ke lokasi penangkaran penyu yang berada dalam satu komplek terpadu di TCEC.
Di Pusat Konservasi Penyu Pulau Serangan Bali ini dapat ditemukan tempat penetasan telur penyu, di hatchery ini – begitu lokasi ini biasa disebutkan - telur-telur penyu disimpan dalam lobang pasir meniru kondisi alami induk penyu melakukan pengeraman terhadap telur-telur penyu di pantai alami. Telur-telur tersebut dikelompokkan berdasar tanggal mulai pengeramannya, sehingga diharapkan akan menetas di waktu yang relatif bersamaan juga. Selain hatchery, terdapat juga kolam-kolam pemeliharaan bayi penyu (tukik), kolam perawatan, dan kolam persiapan pelepasan.
Setelah acara kunjungan ke tempat penangkaran penyu selesai, seluruh peserta ekskursi MSAT dibawa ke tepi pantai untuk melakukan pelepasan tukik-tukik ke laut lepas. Pantai yang terletak di sisi yang lain dari tempat penangkaran penyu tersebut merupakan pantai sepi wisatawan, sehingga dimungkinkan seluruh peserta eksurksi untuk melakukan pelepasan tukik ke laut lepas dengan tidak terganggu oleh kegiatan wisata pantai lainnya. Para peserta eksursi memegang satu buah cup plastik bening kecil sebagai tempat untuk tukik sebelum dilepas ke laut. Setelah siap, tukik-tukik yang dipegangnya dilepas ke laut lepas, dan bayi-bayi penyu itu pun mulai bergerak menuju laut, menyongsong ombak yang datang dan kemudian berenang bebas menuju lautan lepas.
Pada kesempatan ekskursi ini, salah seorang peserta mengatakan bersyukur bahwa kegiatan konservasi penyu masih terus dilakukan bahkan diperluas di Indonesia saat ini, diharapkan walau memang secara hasil belum terlihat secara nyata dalam waktu yang dekat, namun semoga kegiatan ini bisa tetap didukung oleh seluruh lapisan masyarakat, karena hasil dari konservasi bisa jadi baru akan dirasakan oleh anak cucu kita kelat kemudian hari. (DA/TR)