Indonesia dengan Jepang telah berhubungan secara diplomatik telah sejak lama. Banyak kerja sama telah terjalin antara Jepang dan Indonesia, baik dengan swasta maupun pemerintahan. Badan Informasi Geospasial (BIG) turut menjalin kerja sama dengan pemerintahan Jepang dalam bidang Informasi Geospasial (IG). Pada hari Selasa, 21 Februari 2017 yang lalu, BIG menerima kunjungan dari Geospatial Information Authority (GIA) of Japan yang datang berkunjung untuk berkomunikasi dan berbagi ilmu dengan BIG tentang IG di kedua negara.
Jepang sebagai saudara tua dari Asia Timur memang telah banyak berinteraksi dengan Indonesia. Terlebih, banyak produk hasil inovasi teknologi produksi Jepang yang dimanfaatkan di Indonesia. Ini menunjukkan bahwa kerja sama kedua negara terutama bidang ekonomi telah erat terjalin. BIG sebagai penyelenggara IG di Indonesia, dalam praktik kerjanya banyak berhubungan dengan peralatan yang berteknologi tinggi. Maka dari itu kerja sama yang saling menguntungkan antara kedua pihak mutlak harus terus dijaga.
Schoichi Oci, adalah General Director of The Geography Department, Geospatial Information Authority (GIA) of Japan yang datang berkunjung untuk berkomunikasi dan berbagi ilmu dengan BIG tentang IG di kedua negara. GIA of Japan sendiri adalah organisasi nasional yang melakukan survei dasar dan pemetaan dan menginstruksikan organisasi terkait untuk mengklarifikasi kondisi tanah di Jepang, dan yang menyediakan hasil survei untuk berbagai keperluan.
Kunjungan Schoichi Oci ini diterima oleh Kepala BIG, Hasanuddin Zaenal Abidin, beserta Deputi Informasi Geospasial Dasar (IGD), Dodi Sukmayadi dan para kepala pusat di kedeputian IGD BIG serta Wiwin Ambarwulan, Kepala Pusat Penelitian Promosi dan Kerja Sama (PPPKS) BIG di Ruang Rapat Utama BIG di Cibinong. Di awal pertemuan, Hasanuddin menceritakan secara sekilas tentang profil BIG sebagai penyelenggara IG di Indonesia.
BIG merupakan single provider dalam penyelenggaraan IGD. Adapun IGD merupakan referensi utama dalam penyelenggaraan IGT. Selain itu, BIG juga sebagai koordinator dalam pengintegrasian IGT pada berbagai instansi penyelenggara IGT berdasar pada Norma, Standar dan Prosedur (NSPK) yang telah ditetapkan. Berdasarkan mandat dari UU IG, untuk menghasilkan data spasial yang mudah diakses dan dimanfaatkan, maka BIG membangun Infrastruktur IG. Hasanuddin menambahkan bahwa Indonesia perlu bekerjasama dengan Jepang dalam pengembangan teknologi informasi, serta pengembangan Sumberdaya manusia di bidang IG. Adapun kerjasama dengan Jepang sebelumnya sudah banyak dilakukan dan perlu ditingkatkan.
Selanjutnya, Kepala Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika (PJKGG) Antonius Bambang Wijanarto menjelaskan tentang “One Georeference, One Map Policy”. Disampaikan bahwa Indonesia adalah negara dengan negara besar dan luas dengan keanekaragaman tradisi, banyak pulau yang berada di dalamnya yang kesemua itu harus diatur. “PJKGG BIG beserta BPN mengambil salah satu peran itu dengan dengan bersama-sama siap untuk merelokasi stasiun/titik kontrol yang berdekatan untuk lebih mengoptimalkan distribusi jaringan CORS di Indonesia”, ungkap Anton. Saat ini, sebaran CORS banyak di Jawa, sementara daerah lain terutama Kalimantan, Sulawesi dan Papua, masih sedikit. “Idealnya , CORS yang terpasang di Indonesia lebih banayak lagi, ini karena kerapatan CORS mempengaruhi kualitas peta yang dihasilkan”, demikian dijabarkan Anton.
Sementara itu, Schoichi Oci dalam presentasinya menyampaikan bahwa IG dapat mengatasi berbagai masalah diantaranya mengenai Perencanaan Wilayah, Kepadatan Kendaraan (Traffic), mitigasi bencana dan lain-lain. Untuk itu Jepang mengajak kerja sama dalam bidang pembangunan data dan Informasi Geospasial dengan teknologi yang dikembangkan Jepang. Jepang mempunyai teknologi untuk meningkatkan produktivitas, efektif dan efisien serta dapat mengatasi masalah lingkungan serta hal penting lainnya adalah meningkatkan teknologi SDM. Semoga melalui kegiatan dengan level internasonal seperti ini dapat digunakan sebagai kesempatan untuk berbagi ilmu pengetahuan dan meningkatkan kerja sama antar berbagai pihak yang berkepentingan.
Lebih lanjut, Schoichi Oci memperlihatkan pemanfaatan IG untuk mitigasi beserta penanggulangan bencana di Jepang. Jepang adalah negara yang secara geografis terletak di wilayah yang mirip dengan Indoneia, rawan bencana. Mulai dari longsor, banjir, gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami dan lain sebagainya. Dengan memanfaatkan IG yang didukung dengan teknologi yang mumpuni, tentu dampak buruknya bisa diminimalisir. Semoga kerja sama ini bias terjalin dengan baik dan pemanfaatannya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. (ATM/LR)