Rabu, 06 November 2024   |   WIB
id | en
Rabu, 06 November 2024   |   WIB
Geospasial untuk Pertahanan dan Kemanan Negara

Jakarta, Berita Geospasial - Pada hari Selasa, 7 Februari 2016 yang lalu, telah dilaksanakan National Security Leaders’ Forum dimana Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), Hasanuddin Z. Abidin menjadi Keynote Speaker dengan menyampaikan materi tentang ‘Peranan BIG dalam Pengembangan Geospasial Intelijen di Indonesia’. Acara ini diharapkan menjadi sarana untuk sharing pengetahuan dan pengalaman para pengambil kebijakan dari lembaga yang terlibat dalam menjaga keamanan dan ketahanan nasional di Indonesia. Terutama dengan kemajuan teknologi saat ini, sangat penting untuk memaksimalkan peran Data dan Informasi Geospasial (IG), untuk pertahanan dan keamanan Indonesia.

Acara dibuka dengan sambutan dari Achmad Istamar, Chief Executive Officer ESRI Indonesia. Istamar mengungkapkan harapannya agar pemerintahan, komunitas dan organisasi di Indonesia dapat memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatannya masing-masing. Kemudian diteruskan dengan paparan dari John Day, Direktur Global National Security ESRI dengan tema ‘Building Safe and Resilient Communities’. Disampaikan bahwa SIG berbasis web akan menciptakan koneksi yang baru antar organisasi, dengan cara meningkatkan integrasi dan eksploitasi investasi yang ada di bidang data dan infrastruktur.

Pada kesempatan itu dilaksanakan pula demonstrasi dari operator terkait pemanfaatan aplikasi peta untuk keamanan negara, slah satunya untuk mengatasi permasalahan riot atau kerusuhan yang terjadi di suatu daerah. Dengan memanfaatkan SIG berbasis web, bisa dilihat area terkena dan terdampak kerusuhan, terutama di daerah pemukiman. Melalui aplikasi bisa terlihat dimana saja tempat keamanan terdekat atau pos polisi terdekat, sekaligus bisa didapatkan pula gambar atau foto kejadian dari kameran kemanan di lokasi sekitar area. Lalu bisa dilaksanakan pula simulasi bila terdapat bom pada area demonstrasi, untuk mengetahui macam-macam radius ledakan, serta sejauh mana rute evakuasi yang harus ditempuh. Selain sistem kemanan SIG berbasis web untuk di darat, dijelaskan pula sistem kemanan untuk di daerah perairan dan laut.

Selanjutnya adalah paparan dari berbagai lembaga yang ada di Indonesia terkait pertahanan dan keamanan berbasis SIG. Sebagai narasumber pertama adalah Kepala BIG, Hasanuddin Z. Abidin. “Indonesia adalah negara maritim yang luas terbentang dari Sabang sampai Merauke, oleh karena itu dibutuhkan IG untuk mengelola NKRI”, ungkapnya. Aspek spasial sangat penting untuk diintegrasikan dalam perencanaan pembangunan nasional, dalam rangka untuk meningkatkan ketahanan dan keamanan nasional demi kesejahteraan masyarakat.

Peran BIG dalam intelejen nasional terutama terkait penyediaan IG, baik IG Dasar maupun IG Tematik, serta Infrastruktur IG untuk mendukung Geoint (GEOspatial INTelligence). BIG menyediakan berbagai macam data jaring kontrol geodesi dan geodinamika yang tersebar di seluruh Indonesia. Terdapat juga berbagai macam Peta Rupabumi Indonesia, Peta Lingkungan Laut Nasional, dan Peta Lingkungan Pantai Indonesia. Dijelaskan juga bagaimana kondisi IGT saat ini, dimana masih banyak permasalahan yang terjadi seperti : duplikasi kegiatan terkait pemetaan antara Kementerian/Lembaga (K/L), perbedaan klasifikasi untuk judul peta yang sama, atau perbedaan informasi pada judul peta yang sama. Hal itu semakin mendorong urgensi koordinasi dan sinergi K/L untuk mewujudkan Program One Map Policy (OMP) atau Kebijakan Satu Peta (KSP).

KSP ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk perbaikan data spasial, akurasi perencanaan tata ruang, dan akurasi dalam penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan. Ada 3 kegiatan yang dilakukan dalam KSP, yaitu kompilasi, integrasi, dan sinkronisasi. Penyelesaian KSP ini dibagi dalam beberapa tahap dimana pada tahun 2016 diselesaikan untuk daerah Kalimantan, sementara di tahun 2017 targetnya adalah Pulau Sulawesi dan Sumatera, untuk tahun 2018 adalah wilayah Maluku dan Papua, lalu tahun 2019 adalah Pulau Jawa, Bali, Lombok, dan Nusa Tenggara. “Total ada 85 tema IGT yang menjadi target rencana aksi KSP, disitu ada berbagai macam tema, dengan berbagai K/L yang menjadi walidatanya”, tegas Hasanuddin kepada para peserta.

Untuk KSP Tahun 2016 di Pulau Kalimantan sendiri telah diselesaikan 78 peta tematik dari target 85 peta tematik berdasarkan Perpres No 9 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta Pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1: 50.000. Dari 78 peta tematik itu telah terintegrasi 63 peta, sementara 15 belum terintegrasi. Dalam melaksanakan proses berbagi pakai data, BIG memiliki portal yang bernama Ina-Geoportal. Portal ini bisa diakses melalui http://tanahair.indonesia.go.id atau http://maps.ina-sdi.or.id. “Dalam rangka meningkatkan kapasitas infrastruktur IG di BIG pada khususnya dan IG di Indonesia pada umumnya, BIG akan membangun super data center”, demikian disampaikan Hasanuddin. Dengan infrastruktur yang mumpuni, diharapakan implementasi IG untuk perencanaan pembangunan di Indonesia, terutama terkait pertahanan dan keamanan dapat berjalan dengan baik.

Berikutnya adalah paparan dari Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) yang diwakili oleh Wakil Kepala Pushidrosal, Laksamana Pertama, Trismadi. Dipresentasikan bagaimana peran pushidrosal dalam pembangunan Marine Spatial Data Infrastructure (MSDI) guna mendukung kepentingan pertahanan dan pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan indonesia sebagai poros maritim dunia. Materi berikutnya adalah tentang WebGIS : The new pattern for managing natural disaster, yang disampaikan oleh Faris Sofi, Senior GIS Specialist dari ESRI Indonesia. Menyusun kemudian adalah paparan dari Dadan Umar Daihani, Taprof Bidang Sumber Kekayaan Alam, Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas). Materi yang dibawakan terkait Pengembangan Sistem Pengukuran Ketahanan Nasional dan Simulasi Kebijakan Publik Berbasis SIG. Menutup acara pada hari itu adalah sesi diskusi tanya jawab antara seluruh peserta yang hadir. Melalui acara ini diharapkan didapatkan pengetahuan baru terutama dalam pemanfaatan SIG untuk mendukung pertahanan dan keamanan di Indonesia. (LR)