Pembangunan nasional Indonesia terus digalakkan dari tahun ke tahun, terutama dalam rangka untuk mencapai peningkatan kesejahteraan sosial yang berdasarkan asas pemerataan dan berkeadilan untuk membina dan menjaga stabilitas nasional. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (IG), semakin menegaskan pentingnya IG dalam perencanaan pembangunan nasional. Salah satu bidang terkait IG yang dilaksanakan Badan Informasi Geospasial (BIG) sebagai penyelenggara utama IG di Indonesia adalah bidang IG Tematik yang antara lain meliputi pemanfaatan IGT strategis, penyusunan IGT strategis tata ruang, serta kebijakan teknis dan pembinaan terkait pemetaan tata ruang, dinamika sumberdaya, atlas, dan pemetaan sosial. Dalam rangka untuk mensosialisasikan dan menyebarkan produk-produk pemetaan tata ruang dan atlas baik kepada pemerintah daerah maupun masyarakat umum, maka diselenggarakan kolokium pada hari Kamis, tanggal 15 Desember 2016.
Acara yang berlangsung di Aula Utama BIG, Gedung S Lantai 2 ini dimulai pukul 09.00 WIB. Pada sambutannya, Ketua Panitia, Randhi Atiqi, menyampaikan bahwa jumlah undangan secara keseluruhan adalah sebanyak 113 orang, terdiri dari 46 undangan untuk Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas, 33 undangan untuk setiap perwakilan pusat di Badan Informasi Geospasial, 17 undangan untuk guru-guru geografi, 8 undangan untuk perwakilan Pemerintah Kota Bogor dan Pemerintah Kabupaten Bogor, 5 undangan untuk penanggap, serta 3 undangan untuk pimpinan tinggi dan pimpinan tinggi utama BIG. Disampaikan juga bahwa acara ini bertujuan untuk menyosialisasikan produk kegiatan pemetaan tata ruang, dinamika sumberdaya, dan atlas yang selama ini telah dilaksanakan. “Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk mencari masukan atas program pemetaan tata ruang, dinamika sumberdaya, dan atlas”, tandasnya.
Hadir untuk membuka acara adalah Sekretaris Utama BIG, Titiek Suparwati. Acara kolokium ini akan menghadirkan beberapa narasumber dengan mendengarkan presentasi dari 9 orang presenter yang dibagi dalam 3 kelompok tema, yaitu: 1) Pemanfaatan IGT Strategis Tata Ruang dan Atlas, 2) Kebijakan dan Pembinaan IGT Tata Ruang dan Atlas, dan 3) Pemetaan IGT Strategis Tata Ruang, Sumberdaya Alam dan Atlas. Masing-masing kelompok tema akan terdiri dari 3 sub tema, yang masing-masing sub tema tersebut akan dipresentasikan oleh seorang presenter. Di setiap kelompok tema akan ada sesi diskusi dan akan dipandu oleh seorang moderator.
Pada sesi pertama terdapat 3 presenter yang memberikan materi, yaitu : Marhensa Aditya Hadi, yang menjelaskan tentang Pemanfaatan Informasi Geospasial untuk Mendukung Sinergi Pengembangan Sistem Konektivitas Transportasi Laut (Tol Laut) dengan Skenario Pengembangan Wilayah; dijelaskan bahwa sesuai RPJMN 2015-2019, pembangunan sistem transportasi laut menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional, yaitu pembangunan “Tol Laut” dari wilayah barat hingga ke wilayah timur Indonesia. BIG menggunakan Aplikasi Spasial Dinamis yang telah diuji-cobakan kepada pemda yang dalam kajian ini terkena dampak dari skenario pengembangan tol laut. Diharapkan pemda dapat mensimulasikan dampak dan skenario tertentu yang terjadi di wilayahnya secara spasial, terkait kebijakan tol laut, penambahan investasi pada sektor tertentu, dan penerapan atau revisi rencana tata ruang.
Berikutnya materi dari Fakhruddin Mustofa terkait Atlas untuk Pendidikan; dalam paparannya dijelaskan terkait sasaran atlas untuk pendidikan BIG, Atlas untuk anak sejak dini, dan Atlas untuk disabilitas. Kemudian adalah Sri Eka Wati dengan paparannya tentang Pemetaan Dinamika Sumberdaya Kawasan Perkotaan MAMMINASATA (Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar). “Penggunaan lahan yang dinamis di kawasan pekotaan, perlu terus diperhatikan perkembangannya, karena seringkali pemanfaatan lahan tidak sesuai dengan peruntukannya dan tidak memenuhi syarat daya dukung lahannya”, ungkap Eka. Dijelaskan bahwa Kawasan Perkotaan MAMMINASATA "Makassar, Maros, Sungguminasa dan Takalar" berdasarkan Peraturan Presiden No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan MAMMINASATA merupakan KSN (Kawasan Strategis Nasional) atau kawasan metropolitan baru yang dipersiapkan menjadi kawasan percontohan pengembangan tata ruang terpadu di wilayah timur.
Untuk sesi kedua kembali menghadirkan 3 presenter, sebagai berikut : Danang Setiaji, dengan materi tentang Asistensi dan Supervisi dalam Penyusunan Peta Rencana Tata Ruang. Danang memaparkan bagaimana runtutan penyusunan peta rencana tata ruang, yang terdiri dari : sumber data ïƒ peta dasar ïƒ peta tematik ïƒ peta rencana ïƒ album peta. Asistensi dan supervisi penting dilakukan untuk mengurangi kesalahan-kesalahan yang sering terjadi di peta, seperti : deliniasi Pola Ruang, dan penggambaran rencana jaringan dalam Struktur Ruang tidak berdasarkan data-data yang akurat; terdapat Poligon yang saling tumpang tindih pada Pola Ruang, dalam satu area bisa terdapat dua atau lebih fungsi kawasan; tidak menggunakan Peta Dasar yang bersumber / sesuai spek teknis BIG, jika diplot pada peta lain, akan terlihat kesalahan geometris pada peta tersebut.
Ryan Pribadi kemudian membawakan materi tentang Integrasi Informasi Geospasial RTRW Untuk Implementasi Program Nawacita. Yang dilakukan pada tahap ini adalah mengintegrasikan peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi seluruh Indonesia terkait implementasi Nawacita dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN). Sasaran yang ingin dicapai sebagai berikut : tersedianya integrasi spasial RTRW Provinsi baik pola dan struktur ruang pada sistem referensi geospasial nasional; tersedianya data plotting Program Nawacita pada setiap provinsi pada sistem refensi geospasial nasional; tersedianya kajian sinkronisasi RTRW antara provinsi dari aspek spasial; dan tersedianya kajian rencana operasionalisasi program nawacita terhadap kesesuaian RTRW di setiap provinsi dari aspek spasial.
Terakhir adalah materi dari Ellen Suryanegara tentang Pemanfaatan IGT Strategis Melalui E-Atlas Nasional. “Terbangunnya aplikasi e-Atlas Nasional sebagai sebuah produk kartografi berbasis web yang mampu mengorganisasi, menyusun, dan menyajikan data geospasial, maupun grafik dan multimedia dilengkapi narasi untuk mendukung kebutuhan pengguna data atlas baik bagi para pemangku kepentingan maupun masyarakat secara umum”, ungkap Ellen menjelaskan tujuan dibangunnya E-Atlas Nasional. Pada kesempatan itu dijelaskan pula terkait macam-macam atlas yang telah dikerjakan BIG.
Menyusul kemudian adalah sesi ketiga yang juga mempunyai 3 presenter, yaitu : Randhi Atiqi dengan materinya, Atlas Kemaritiman Regional Indonesia-Dunia, dijelaskan bagaimana profil NKRI, sumber daya manusia, keanekaragaman hayati, energi dan sumber daya mineral, serta perbandingan Indonesia dengan negara-negara maritim. Disebutkan pula pilar-pilar poros maritim dunia, yaitu : identitas dan budaya maritim, tata kelola kelautan, ekonomi kelautan dan infrastruktur maritim, diplomasi maritim, pertahanan dan keamanan maritim, tata ruang kelautan dan lingkungan kelautan, serta pendidikan kemaritiman dan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan.
Materi kedua tentang Integrasi Neraca Spasial Sumber Daya Alam Pulau Kalimantan & Sulawesi oleh Roswidyatmoko Dwihatmojo. Secara garis besar dijelaskan terkait inventarisasi data neraca spasial 4 (empat) komponen sumberdaya alam Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi yaitu neraca spasial sumberdaya lahan, neraca spasial sumberdaya air, neraca spasial sumberdaya hutan dan neraca spasial sumberdaya dan cadangan mineral dan batubara. Disampaikan pula beberapa catatan, yaitu : Integrasi Neraca Sumberdaya akan terus dikembangkan, tahun ini masih pada tahap membuat model integrasi dan draft NSPK Integrasi Neraca Sumberdaya; perlunya expert judgement untuk penentuan bobot tiap sumberdaya yang melibatkan K/L, akademisi, NGO dan peneliti terkait; beberapa pendekatan yang bisa digunakan antara lain rule based system (RBS) maupun Analytic Hierarchy Process (AHP), pendekatan tersebut akan dicoba pada penyusunan model berikutnya; dan perlu adanya validasi hasil integrasi neraca.
Sementara materi ketiga tentang Pemetaan Dinamika Sumberdaya Alam Terpadu Empat Wilayah Sungai dibawakan oleh Gunawan. Gunawan menjelaskan kegiatan ini bertujuan untuk : melakukan pemetaan sumberdaya alam terpadu yang direpresentasikan oleh kondisi penutupan lahan seluruh kawasan hulu-hilir termasuk kawasan pesisir Wilayah Sungai dalam kurun waktu 5 tahun terakhir mulai tahun 2009 - 2014 atau sesuai dengan ketersediaan data; melakukan pemetaan kondisi sumberdaya air berdasarkan data cadangan dan pemanfaatan sumberdaya air di seluruh wilayah sungai maupun DAS; melakukan pemetaan kondisi sumberdaya mineral dan batubara berdasarkan data cadangan dan exploitasi sumberdaya mineral di seluruh Wilayah Sungai; dan melakukan evaluasi neraca sumberdaya alam terpadu dalam kurun waktu 5 tahun, khusus untuk evaluasi sumberdaya air evaluasi dilakukan dalam durasi 10 tahunan, hal ini mengingat ketersediaan pencatatan sumberdaya air di lapangan dan signifikansi perubahannya.
Masing-masing sesi berlangsung selama kurang lebih 1 jam, dengan diselingi sesi tanya-jawab di setiap tema. Diharapkan melalui kegiatan kolokium ini produk unggulan dari kegiatan pemetaan tata ruang, yaitu terselesaikannya peta tematik rencana tata ruang level provinsi dan integrasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), serta program Nawacita. Sehingga ke depannya diharapkan produk dan program pemetaan tata ruang dan atlas dapat bermanfaat untuk pembangunan nasional sekaligus melayani kebutuhan pengguna pada berbagai aspek kehidupan. (LR)