Setiap tahunnya Ikatan Geograf Indonesia (IGI) mengadakan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) atau yang sering disebut PIT IGI, di tahun 2016 ini PIT IGI diselenggarakan untuk ke-19 kalinya, dengan mengambil lokasi di Hotel Atria, Malang, Jawa Timur. Acara yang berlangsung pada hari Sabtu, tanggal 29 Oktober 2016 ini dilaksanakan bebarengan dengan 1st International Conference on Geography and Education (ICGE) yang bekerja sama dengan Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Universitas Negeri Malang (UM). ICGE 2016 ini mengambil tema "Strengthening Synergy for Our Future World", dengan mengundang peserta dari berbagai kalangan, seperti : anggota Ikatan Geograf Indonesia (IGI), dosen berbagai perguruan tinggi dengan minat di bidang geogafi, seluruh mahasiswa baik dari dalam maupun luar negeri (S1, S2, dan S3), lembaga dan instansi pemerintah terkait, serta seluruh guru geografi di Indonesia. Materi ini penting untuk diangkat mengingat akhir-akhir ini dunia menghadapi banyak masalah menyangkut aspek ekonomi, politik, sosial, dan budaya yang berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan. Pertumbuhan ekonomi yang rendah diikuti eksploitasi berlebihan SDA mengancam keberlanjutan sumber daya lokal. Kompetisi diantara negara-negara untuk mengeksploitasi SDA juga menimbulkan konflik yang membahayakan ekosistem. Selain itu, pembangunan perkotaan yang kurang terkontrol dan ekspansi sering meminggirkan entitas pedesaan. Lalu juga ada masalah mendasar yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan lingkungan yang semakin merusak dunia kita.
Sejumlah organisasi dan kolaborasi telah dibentuk untuk memperkuat sinergi elemen kehidupan manusia dalam wilayah atau negara. Sayangnya upaya yang dilakukan dirasa kurang efektif karena beberapa kendala, seperti : kurangnya komitmen untuk melaksanakan perjanjian, sumber daya yang terbatas dari negara-negara berkembang untuk mengatasi degradasi lingkungan, dan lain-lain. Jika situasi ini diabaikan, kualitas lingkungan fisik dan sosial akan menurun. Oleh karena itu, kontribusi dari bidang ilmiah yang beragam diperlukan untuk memberikan solusi untuk mengatasi masalah.
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan gagasan dari peran geografis dalam meningkatkan keharmonisan lingkungan, sinergi wilayah yang lebih produktif, dan penggunaan teknologi dan perangkat untuk geografi dan pendidikan geografi; serta mengembangkan perspektif pendidikan geografis dalam meningkatkan kompetensi siswa dan guru secara global. Sementara target dari kegiatan ini adalah terbentuknya pemahaman/penyadaran peran geografi dalam penguatan sinergi untuk masa depan dunia dan menghasilkan kesepakatan tindak lanjut pertemuan ilmiah berikutnya. Dari seminar ini diharapakan para peserta seminar dapat memahami peran geografi dalam penguatan sinergi untuk masa depan dunia dan adanya kerja sama Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang dengan universitas dan instansi terkait.
Acara dibuka dengan sambutan dari Ketua Panitia Pelaksana, Budi Handoyo. Disampaikan bahwa konferensi ini sangat besar manfaatnya, oleh karena itu konferensi ini penting untuk dilanjutkan. Bila jumlah kampus di Indonesia ada 12, dan setiap kampus mengadakan konferensi maka setiap bulannya akan ada konferensi internasional untuk geografi. "Sehingga diharapkan akan berkelanjutan dan berkontribusi lebih baik untuk pembangunan di negeri kita yang tercinta ini. Kita sadar kita memiliki masalah ekonomi, sosial, bahkan politik yang mempengaruhi lingkungan", ungkapnya. Contohnya di Indonesia, banyak masyarakat yang tidak bertanggung jawab menguasai SDA dan mengeksploitasi, serta tidak mempedulikan keberlangsungan lingkungan. "Kehadiran anda sangat penting, sangat signifikan untuk berbagi ide yang besar dan strategis untuk masa depan yang lebih baik. Atas nama komite kami juga ingin mengucapkan terima kasih juga kepada BIG atas pamerannya dan kepada BKKBN Jawa Timur", tandas Budi kepada peserta yang hadir.
Hadir untuk membuka acara adalah I Wayan Dasna, Wakil Rektor IV UM. Wayan juga mengungkapkan apresiasinya, "Penelitian dan konferensi seperti ini dibutuhkan untuk memperbaiki lingkungan kita, bersama dengan ilmuwan di seluruh dunia. UN sangat mendukung perkembangan ilmu geografi, bekerja sama dengan IGI untuk mengadakan ICGE ini". Tema yang digunakan juga dirasa penting terutama untuk perkembangan ilmu geografi itu sendiri. Tak lupa wayan juga mengucapkan rasa terima kasihnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dan membantu dalam penyelenggaraan acara ICGE ini.
Setelah acara resmi dibuka, dilanjutkan dengan paparan dari keynote speaker Priyadi Kardono, Kepala BIG. Priyadi menyampaikan materi dengan tema "Strategic Issues In Accelerating The Implementation Of One Map Policy". Ada beberapa situasi yang tidak jelas seperti terkait : batas administrasi, perencanaan spasial/tata ruang, serta tumpang tindih ijin pemanfaatan lahan. Peraturan terkait untuk mengatasi hal tersebut sudah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang IG, yang diturunkan dalam Peraturan Presiden, hingga kemudian ke Peraturan Kepala BIG. Untuk mengatasi tumpang tindih tersebut maka disahkan Kebijakan Satu Peta (KSP) atau One Map Policy (OMP). KSP ini diharapkan akan menjadi solusi untuk mengatasi konflik sosial di Indonesia. KSP akan memperbaiki dan meningkatkan kualitas dari perencanaan spasial, dimana terutama digunakan untuk menentukan kebijakan dan program pemerintah yang berkelanjutan.
KSP sendiri berarti adanya 1 Geo-reference, 1 Geo-database, 1 Geo-standard, dan 1 Ina-Geoportal dalam penyelenggaraan IG di Indonesia, yang diharapkan dapat menjadi solusi utama dalam mengatasi permasalahan tumpang tindih dalam ijin pemanfaatan lahan. "Tujuan utama dari KSP adalah menjamin IG yang akurat, terpercaya, mudah diakses dan akuntabel; KSP juga merupakan strategi nasional untuk mencegah tumpang tindih dalam ijin pemanfaatan lahan yangmana terjadi di banyak pembangunan dan kegiatan ekonomi, terutama terkait investasi", papar Priyadi. Keseriusan pemerintah dalam menegakkan KSP juga terlihat dengan disahkannya Perpres No 9 Tahun 2016 tentang Percepatan Implementasi KSP pada peta dengan skala 1 : 50.000.
Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaannya bisa dibagi menjadi 4, yaitu terkait : produksi; distribusi dan pemanfaatan; sumber daya manusia; serta teknologi dan industri. Langkah berikutnya yang bisa diambil adalah percepatan dan peningkatan peta dasar sebagai referensi untuk pemetaan tematik; koordinasi diantara institusi nasional dan regional; infrastruktur data geospasial untuk mendukung penyebarluasan nasional; penetapan badan geospasial regional; kualitas sumber daya manusia dan penyebarannya di seluruh Indonesia. "Bisa disimpulkan bahwa KSP akan memperbaiki dan meningkatkan kualitas dari perencanaan spasial; KSP juga merupakan strategi untuk membangun IG yang akuntabel, terpercaya, akurat dan mudah diakses; BIG memegang peran penting dalam KSP untuk mendukung prioritas pembangunan ekonomi nasional", pungkas Priyadi menutup paparannya.
Adapun narasumber lain yang turut menjadi keynote speaker pada acara ICGE 2016 adalah : Ach Fatchan dari UM, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat; Deepak R. Mishra dari University of Georgia USA; Junun Sartohadi dari Universitas Gadjah Mada (UGM); Rajendra Prasad Shrestha dari Thailand; dan Simone Sandholz dari Jerman, dimana karena berhalangan maka untuk Simone presentasi dilakukan dengan tele-conference. Setelah presentasi utama, acara dilanjutkan dengan diskusi panel yang dibagi dalam 5 tema, yaitu : Physical Geography, Human Geography, Remote Sensing and Geographic Information System, Disaster Management, dan Geographical Education.
Pada acara ini BIG juga menampilkan pameran geospasial bekerja sama dengan Parangtritis Geospatial Science Park (PGSP) atau Lab Geospasial Parangtritis. BIG menampilkan produk-produknya berupa buku dan bahan-bahan yang dimiliki BIG, termasuk peta NKRI sebagai produk unggulan BIG yang dibagikan secara gratis. Sementara PGSP BIG menampilkan pesawat tanpa awak atau UAV sebagai display, dimana UAV ini dijelaskan pula kepada para peserta sebagai salah satu alat yang digunakan untuk pemotretan udara dalam proses pembuatan peta. Dengan mengikuti kegiatan yang bertaraf Internasional seperti ini diharapkan kedepannya BIG akan semakin berkembang dan dikenal masyarakat luas, sehingga semakin banyak orang yang mendapatkan manfaat darI BIG. (LR)