Rabu, 27 November 2024   |   WIB
id | en
Rabu, 27 November 2024   |   WIB
Membangun Profesionalisme Sebagai Karakter Pribadi

Cibinong, Berita Geospasial BIG - Momentum ulang tahun ke-47 Badan Informasi Geospasial (BIG) dimanfaatkan lembaga yang semula bernama Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) ini untuk berubah dan tumbuh menjadi lebih besar. Salah satunya dengan terus berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia atau tenaga profesional para pegawai BIG. Termasuk kepala, sekretaris utama, petinggi dan para staf yang ada di BIG melalui penyelenggaraan Seminar Penguatan Budaya Organisasi dengan tema "Building Proffessionalism as a Personal Character" di Lapangan BIG, Cibinong, Jawa Barat pada Jumat, 14 Oktober 2016.

Seminar yang menghadirkan pembicara J.P. Soebandono (Mantan Direktur Utama  International Business Machine/IBM Indonesia; Mantan Dirut RCTI; Dosen Phisikologi Pascasajana Universitas Indonesia), ini merupakan rangkaian kegiatan Hari Informasi Geospasial Tahun 2016 yang mengangkat tema 'BIG Bangkit dan Terbarukan'.

Menurut Kepala BIG Priyadi Kardono, setiap orang mempunyai profesional. tetapi bisa jadi belum muncul, sehingga perlu diasah. Sehingga yang sudah masuk kategori profeisonal bisa lebih profesional, sementara bagi yang belum, masih ada kesempatan untuk mempelajarinya. Di sisi lain pemahaman dan pengetahuan profesionalisme yang ada diri pada individu-individu selama ini harus lebih dimatangkan. Tidak lagi hanya sebatas dapat mengucapkan kata profesional, tetapi harus bisa lebih memahami esensi dan maknanya secara utuh.

"Kita mengundang Pak Soebandono untuk dapat lebih memahami tentang apa itu profesonalisme. Apakah prifesionalisme itu dapat dipelajari atau muncul sendiri dalam setiap pribadi setiap orang sehingga harus dipelajari dan diasah," kata Priyadi Kardono, dalam sambutannya sekaligus membuka acara seminar tersebut. "Profesionalime itu seperti apa? Silakan nanti Pak Soebandono menyampaikan pengalamannya agar kita bisa bekerja lebih profesional dan tidak lepas dari nilai budaya lembaga," tambah Priyadi.

Selanjutnya Kepala Pusat Pengelolaan dan Penyebarluasan Informasi Geospasial (PPIG) BIG, Khafid yang bertindak sebagai moderator seminar mengungkapkan, BIG memiliki nilai budaya Adaptif, Intergritas, Kolaborasi, Profesional, dan Work Smart. Adaptif memiliki arti kemampuan untuk mudah beradaptasi/menyesuaikan diri terhadap perubahan dan perkembangan lingkungan strategis. Integritas, menjunjung tinggi nilai kejujuran dan etika dalam segala aktivitas. Kemudian Kolaborasi berarti mampu bekerja sama dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Profesional mampu mengerjakan seluruh pekerjaan sesuai profesi yang dimiliki dengan kompetensi yang tinggi. Work Smart, berarti bekerja dengan mengutamakan prioritas secara efektif dan efisien. "Budaya BIG ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi setiap karyawan BIG untuk dapat bekerja sesuai prosedur dan standar operasional yang sudah ditetapkan," tutur Khafid.

J. P. Soebandono menuturkan, organisasi merupakan entitas  atas apa yang mau dikerjakan, sementara entitas adalah suatu status sosial masyarakat. "Yang kita inginkan di dalam budaya organisasi itu orang berperilaku sesuai organisasi," terangnya. Jadi bagaimana organisasi menciptakan lingkungan agar orang berperilaku sebagaimana diinginkan organisasi yang dasarnya adalah pribadi orang-orang yang ada di organisasi. Menurutnya, perilaku adalah fungsi dari keperibadian dan lingkungan. "Kita tidak bisa merubah personalityseseorang, yang bisa merubah keperibadian orang itu adalah orang itu sendiri," tegasnya. Namun kata J. P. Soebandono, kepribadian seseorang bisa dirubah dengan cara menciptakan hal-hal yang dipersepsikan dengan baik, karena akan ada stimulus setiap hari.

J. P. Soebandono menegaskan, mendorong profesionalisme dari sisi pribadi dan lingkungan yang nantinya bisa dijadikan menjadi karakteristik pribadi. Hal ini tidak lepas dari rasa percaya, etika pribadi dan organisasi, serta integritas. Rasa percaya, etika pribadi dan organisasi serta integritas merupakan dari dalam pribadi seseorang, sedangkan profesionalisme sikap dalam bekerja. Yakni sikap melayani orang lain, profesionalisme harus dari dalam hati mendedikasikan diri pada orang lain. Kemudian memiliki kompetensi yang sesuai dengan organisasi serta keputusan (decision), yakni membuat pilihan diantara beberapa kemungkinan sampai keputusan itu tercapai.

Kemudian aspek lingkungan organisasi adalah budaya, suatu pengertian yang sama-sama dimengerti, atau bagimana setiap anggota dalam organisasi mempersepsikan lingkungannya dalam norma-norma hukum dan perannya. Peran ini dipunyai setiap orang, di dalam diri setiap orang itu ada nilai, di dalam nilai ada konsep yang berbeda antar setiap orang. Sehingga bagaimana cara setiap individu bisa memiliki konsep yang sama dengan organisasi agar bisa masuk dalam organisasi.  "Kalau tidak sama, pasti akan muncul masalah," tuturnya.

Ia mencontohkan adaptif, intergritas, kolaborasi, profesional, dan work smart merupakan nilai BIG yang harus benar-benar dipahami semua individu di BIG secara seragam. Sebab nilai budaya ini, jelas J. P. Soebandono, merupakan falsafah organisasi yang diinginkan BIG. "Kepribadian Anda sesuai tidak dengan nilai itu. Kalau ada gesekan atau benturan pasti individu bersangkutan akan menghadapi masalah," jelasnya. Sehingga menurut J. P. Soebandono, perlu ada penyelarasan antara nilai individu dan organisisasi. Sedangkan yang harus menyelaraskan diri adalah individu kepada organisasi, bukan organisasi yang menyelarakan diri kepada setiap individu-individu. Melalui acara ini diharapkan karakter individu yang ada di BIG dapat semakin terbangun, sehingga proses bekerja di BIG pun juga semakin kondusif dalam rangka menuju Indonesia yang lebih baik. (KA/LR)