Solo, Berita Geospasial BIG - Kedudukan Badan Informasi Geospasial (BIG) sebagai penyelenggara Informasi Geospasial (IG) di Indonesia menjadikan BIG sedikit banyak terkait dengan dunia penelitian (riset). Apalagi, sebelumnya BIG berada di bawah koordinasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti). Riset, terutama yang terkait dengan IG banyak dikembangkan oleh para aktor intelektual di banyak kementerian lembaga, perguruan tinggi serta swasta. Itulah pentingnya Kepala BIG Priyadi Kardono hadir dalam Sidang Paripurna Dewan Riset Nasional (DRN) dan Seminar dengan tema “Sinergi Pendidikan Tinggi, Riset dan Bisnis Melalui Inovasi untuk Daya Saing Bangsa” yang diselenggarakan di Hotel Royal Surakarta Heritage Solo, Jawa Tengah pada Selasa, 9 Agustus 2016.
BIG masih mendukung Hakteknas ke-21 tahun 2016 di Solo, mengingat sebelumnya BIG dikoordinasikan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang riset dan teknologi berdasar Perpres No. 94 Tahun 2011 tentang BIG, yaitu di bawah koordinasi Menristek dan Dikti. Adapun di tahun 2015 terjadi perubahan, dimana BIG kemudian dikoordinasikan oleh Menteri yang bertanggungjawab di bidang perencanaan pembangunan nasional atau Men-PPN/Bappenas sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Perpres No. 127 tahun 2015.
Melalui acara ini Kepala BIG Priyadi Kardono menyampaikan bahwa BIG siap untuk menjadi pendukung riset nasional, melalui data dan informasi geospasial-nya, apalagi BIG memang merupakan lembaga penunjang riset. “Memang tidak semua riset terkait dengan program BIG atau masalah informasi geospasial (IG), namun ada beberapa hal yang bisa didukung oleh BIG. Bila memang terkait, tentu BIG akan membantu”, demikian disampaikan oleh Priyadi Kardono Kepala BIG, terkait kontribusi BIG dalam riset nasional. Sebagai contoh terkait pengembangan sapi, dengan data dan IG yang akurat, BIG bisa menyediakan data dukung berupa peta tutupan lahan untuk daerah-daerah yang memang cocok untuk pengembangan sapi. Pihak terkait bisa bekerja sama dengan BIG terutama dalam mencari daerah yang cocok berdasar tutupan lahan, kontur, atau sebagainya. Sementara untuk sistem dan pengelolaannya bisa diserahkan kepada pihak penyelenggara. Melalui kegiatan nasional seperti ini, BIG ingin menyampaikan dukungannya kepada riset nasional dan peneliti-peneliti yang ada di Indonesia, demikian lanjut Priyadi.
Pada momen yang baik itu, Menteri Ristek Dikti, Mohamad Nasir memberikan keynote speech sekaligus membuka acara. Acara DRN ini merupakan upaya untuk mensinergikan program-program terkait upaya mendorong hilirisasi dan komersialisasi hasil riset. Peserta yang hadir sekitar 250 orang yang merupakan anggota DRN serta perwakilan seluruh Dewan Riset Daerah (DRD). Nasir menambahkan bahwa rumusan hasil seminar DRN ini diharapkan dapat membantu Kemenristek Dikti dalam melaksanakan program-program besar inovasi untuk meningkatkan daya saing nasional. Garis besar pembangunan nasional sesuai nawacita memberikan tekanan khusus kepada penguatan daya saing. Misi itu diterjemahkan berupa penyatuan komponen ristek dan dikti untuk melahirkan riset yang menjadi awal bergeraknya inovasi. “Saya berharap DRN terus meningkatkan peran dengan menyusun program-program pilihan serta menjalin kerja sama dengan industri. Kerja sama dengan industri ini penting karena diharapkan terjadi proses besar, yaitu pembangkitan SDM lokal”, pesan Nasir.
Setelah itu acara dilanjutkan dengan keynote speech oleh Presiden RI ke-3 Prof. B.J. Habibie, yang merupakan pendiri DRN. Disampaikan bahwa dunia riset mutlak diperlukan untuk meningkatkan daya saing bangsa. Itu semua harus didukung dengan undang-undang dan atau peraturan-peraturan lain sebagai dasar hukum dan payung hukum hasil riset.
Lebih lanjut, B. J Habibie berpesan “Saya dulu belajar dengan bermodalkan pensil dan kertas. Generasi sekarang harusnya bisa lebih baik lagi dengan fasilitas yang jauh lebih baik dibanding jaman saya dulu. Satu hal yang harus menjadi pedoman adalah karya anda bukan untuk satu generasi”. (ATM/LR/TR)