Bandung, Berita Geospasial BIG - Bertempat di Bandung, Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB), pada Rabu, 28 Juli 2016 yang lalu, Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), Priyadi Kardono menjadi keynote speaker pada acara Regional Seminar & Industrial Exhibition 60th ASEAN FLAG (ASEAN Federation of Land Surveyor and Geomatics) Council Meeting. Acara yang diselenggarakan oleh Program Studi Teknik Geodesi dan Geodinamika, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB bersama Ikatan Surveyor Indonesia ini diharapkan menjadi prospek ke depan untuk para pemangku kepentingan nasional dan jaringan regional dalam mencapai kesempatan untuk membangun konstruksi kolaboratif. Even ini juga dapat menjadi forum untuk saling berbagai antar praktisi diantara para anggotanya.
Priyadi Kardono, Kepala BIG menyampaikan paparannya dengan tema ‘Inspirasi Kebijakan Satu Peta Indonesia untuk Kesatuan ASEAN’. Mengawali presentasinya Priyadi menyampaikan sekilas tentang BIG dan peranannya sesuai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (IG). Menyusul setelah itu adalah latar belakang munculnya Kebijakan Satu Peta (KSP) yang dipicu oleh ketiadaan standar dan referensi geospasial. “Ketiadaan standar dan referensi ini berakibat pada tumpang tindih penggunaan lahan,” tandasnya. Oleh karena itu pemerintah menetapkan diperlukannya KSP, yaitu satu referensi, satu data base, satu geoportal dan satu standar dalam pelaksanaan pemetaan di Indonesia, agar data yang dihasilkan akurat.
Kebijakan itu semakin kuat dengan adanya Perpres No. 9 Tahun 2016 tentang Percepatan KSP. Melalui Perpres ini diharapkan nantinya di tahun 2019 akan terwujud satu peta untuk pengambilan keputusan dan perencanaan tata guna lahan. Sementara di ruang lingkup ASEAN ini kolaborasi dan sinergi dari para anggotanya adalah prasyarat mutlak. “Ini sebaiknya dimanfaatkan oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat ASEAN untuk berperan dalam hubungan kerja sama swasta nasional,” pungkas Priyadi. Hampir 90% kegiatan pemerintah memiliki elemen geospasial, dan hampir 65% kegiatan pemerintah memiliki elemen geospasial sebagai pengenal utama. Untuk itu penting adanya satu referensi dan satu standar dalam penyelenggaraannya. Satu referensi untuk wilayah perbatasan negara ASEAN, serta satu standar untuk peta tematik bersama dan kompetensi kerja surveyor.
Standar ini diatur melalui suatu Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang IG yang diharapkan dapat menjamin kualitas data dan IG di Indonesia, pengembangan SDM, dan peningkatan kualifikasi industri IG. “Ada 6 sub-bidang unit kompetensi, yaitu: survey terestris, hidrografi, fotogrametri, penginderaan jauh, Sistem Informasi Geografis (SIG), dan kartografi”, jelas Priyadi. Adapun harmonisasi standar kompetensi kerja dilakukan dengan prinsip kesetaraan, dimana untuk tingkat nasional dilakukan secara lintas sector atau otoritas, sedangkan tingkat internasional dilakukan secara multi lateral di berbagai kerja sama dan bilateral antar negara, dimana nantinya akan didapatkan saling pengakuan atau Mutual Recognition Arrangement (MRA). Menutup paparannya tak lupa Priyadi menjelaskan terkait Ina-Geoportal sebagai one map, one gate, one solution dan contoh penerapannya untuk keperluan pembangunan nasional.
ASEAN FLAG Council Meeting yang dibuka oleh Rektor ITB Kadarsah Suryadi, mempunyai tujuanyang ingin dicapai kegiatan ini adalah membangun jaringan yang lebih kuat dan merencanakan kerja sama yang saling menguntungkan antara para peserta dengan berbagai latar belakang; publikasi pencapaian mutakhir dalam pembangunan profesional, dan/atau isu substansial, dan/atau progres di praktik industrial, dan korespondensi terkait permasalahan teknis dan non-teknis; menampilkan sistem pembangunan sumber daya manusia dan kualifikasi tenaga kerja daerah, dan juga perkembangan teknologi. Acara ini juga diharapkan dapat mengumpulkan peserta dengan berbagai latar belakang dan tujuan, seperti : bisnis, pemerintahan, akademisi, dan aktivis. Dari sisi regional, diharapkanpara profesional, pengguna langsung, akademisi, dan industrialisasi dapat menghadiri acara tersebut. Dari sisi domestik partisipasi aktif dari pemerintah nasional, asosiasi, industri, praktisi, universitas, dan pemerintah lokal dibutuhkan.
SementaraituPresiden Ikatan Surveyor Indonesia(ISI)Virgo Eresta Jaya, menyatakan bahwa sejak tahun 2004 ISI mempunyai misi untuk menjadi asosiasi yang mandiri dan profesional, sehingga profesi surveyor dapat lebih diakui di masyarakat. Mengingat kegiatan surveyor merupakan sektor pemantik dari sektor-sektor lain, seperti : peta desa, peta tematik, perencanaan wilayah, dan kegiatan infrastruktur strategis. ISI sendiri merupakan anggota ASEANFLAG yang mempunyai misi menjaga kompetensi melalui aktualisasi keprofesionalitasanuntuk mendukung kegiatan strategis negara. “Sementara tenaga profesi harus dibentuk dari pendidikan ke-sarjanaan, pendidikan profesi, dan pembangunan sumber daya manusia yang berkelanjutan,” ungkapnya.
Acara selanjutnya adalah penandatangan MoU antara FITB-SSG, yang dilanjutkan dengan pemukulan gong sebagai tanda dimulainya acara pada hari itu. Lalu keynote speaker kedua adalah Wahyu Utomo, Deputi Infrastruktur Kemenko Perekonomian, yang membahas terkait Kendala, Tantangan, dan Solusi Bidang Pertanahan dan Tata Ruang di Indonesia. Setelah itu adalah Sesi Teknis 1, dengan berbagai narasumbera ntara lain: Poerbandono yang membahas pendidikan profesi untuk surveyor di Indonesia; Irwan Meilano dengan tema ‘mitigasi bencana di Indonesia : kontribusi data geospasial untuk pemetaan rawan bencana gempa bumi di Bandung’. Kemudian disusul oleh pembicara dari PEJUTA Malaysia Shahabuddin Ibrahim, dengan tema ‘Achieving Land Tenure Security using Social Tenure Domain Model and Fit-For-Purpose Approach in Land Administration’; Andy Yin, dari Com Nav Technology Ltd., dengan materinya ‘The Benefits of BeiDou Brought Us in High Precision Applications’; materi terakhir pada sesi ini dibawakan oleh MySurv terkait ‘Hi-Target Solution for Nature Emergency Rescue’.
Setelah sesi makan siang acara berikutnya adalah laporan dari perwakilan para negara-negara anggota ASEAN, terkait perkembangan pemetaan dan tenaga surveyor di Negara masing-masing. Menjelang sore hari adalahSesi Teknis 2, dengan beberapa materi yang masih terkait acara ASEAN FLAG ini. Pada sore harinyapun acara ditutup oleh Irwan Gumilar, Direktur Eksekutif dari Komite Organisasi. Semoga acara ini dapat meningkatkan kerja sama dan pengetahuan antar negara-negara yang tergabung dengan ASEAN. Apalagi dengan ditetapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), penting bagi negara-negara yang ada untuk terus berkembang dan meningkatkan kemampuannya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bangsa. (LR/TR)