Shanghai, Berita Geospasial BIG -Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan panjang garis pantai terpanjang kedua setelah Canada. Dengan wilayah pesisir yang luas dan perairan laut yang mencapai hampir dua pertiga wilayah, maka pengembangan dan pengelolaan wilayah laut di Indonesia sudah selayaknya digarap dengan lebih serius. Pengelolaan wilayah pesisir penting karena sebagian besar wilayah ini telah berkembang menjadi kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, Makassar, Manado dan lainnya. Wilayah pesisir merupakan wilayah yang banyak mengalami tekanan baik di darat maupun di perairannya karena eksploitasi sumberdaya yang berlebihan. Agar dapat mengelola wilayah ini dengan baik diperlukan dukungan data dan pemahaman akan dinamika wilayah pesisir dan laut yang baik pula. Kerja sama penelitian dengan berbagai lembaga penelitian terkemuka di dunia perlu dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan pengetahuan yang komprehensif mengenai kondisi wilayah sekaligus meningkatkan kapasitas peneliti di Badan Informasi Geospasial (BIG). Kerja sama tersebut diantaranya dengan State Key Laboratory of Estuarine and Coastal Research (SKLEC), East China Normal University di Shanghai.
Kerja sama penelitian ini dijajaki dengan kunjungan yang dilakukan oleh Kepala Pusat Penelitian, Promosi dan Kerja Sama, Dr. Wiwin Ambarwulan,bersama Dr. Sri Hartini salah satu peneliti BIG, pada 5 - 9 Desember di Shanghai. Tujuan dari kerja sama penelitian ini adalah agar hasil-hasil penelitian di BIG dapat berkontribusi untuk menyediakan data geospasial wilayah pesisir dan laut dengan baik untuk pembangunan nasional sesuai dengan tugas BIG sebagai penyelenggara informasi geospasial. Sebagaimana diketahui,BIG mempunyai tugas penyelenggaraan informasi geospasial dasar (IGD), pembinaan Informasi Geospasial Tematik (IGT) dan penyedia Infrastruktur Informasi Geospasial (IIG) nasional. Dalam penyelenggaran tugas BIG tersebut perlu didukung dengan hasil-hasil penelitian, sehingga produk dan layanan yang dihasilkan dan dilakukan mempunyai dasar ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan.
State Key Laboratory of Estuarine and Coastal Research (SKLEC), East China Normal University, Shanghai merupakan laboratorium penelitian wilayah pesisir dan estuari yang didirikan oleh Lembaga Perencanaan Nasional (State Planning Commission) Cina pada tahun 1989 dan mulai beroperasi pada 1985. SKLEC merupakan pusat dari Institut of Estuarine and Coastal Research (IECR) yang didirikan pada tahun 1957 oleh Prof. Jiyu Chen dan para koleganya. Misi dari institusi ini adalah untuk melakukan penelitian ilmiah pada wilayah estuari dan pesisir serta memberikan dukungan ilmiah untuk pembangunan wilayah estuari dan pesisir yang berkelanjutan. Fokus penelitian di SKLEC adalah pada dinamika sedimentasi dan morfodinamik wilayah pesisir dan estuari.
Selama lebih dari 30 tahun, laboratorium ini telah membangun struktur tim penelitian yang multi-disipliner. Para peneliti terdiri dari peneliti senior dan junior yang difasilitasi dengan peralatan yang canggih, baik untuk kerja lapangan maupun pekerjaan laboratorium. Para peneliti di laboratorium ini membangun dan mengaplikasikan teori melalui berbagai proyek penelitian untuk memenuhi kebutuhan nasional, membangun kehidupan sosial yang berkelanjutan (social sustainability) dan sains terdepan. Laboratorium ini menjadi pusat penelitian tingkat nasional untuk penelitian tingkat tinggi dalam bidang estuari dan pesisir, serta tempat untuk pelaksanaan berbagai training di Cina. Motto dari laboratorium ini adalah "Open, Exchange, Unity and Competition"; telah membentuk laboratorium ini menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan untuk pembangunan wilayah pesisir dan estuari untuk memberikan kemanfaatan bagi kehidupan manusia. Laboratorium ini telah menjalin kerjasama penelitian dengan banyak negara di dunia. Penelitian di laboratorium ini didukung oleh 90 peneliti dan 120 mahasiswa program master dan doktoral. Penelitian utama yang dijalankan adalah evolusi estuari dan dinamika sedimen estuari, dinamika pesisir, proses geomorfologi dan sedimentasi; dan ekologi dan lingkungan estuari dan pesisir.
Kunjungan ke SKLEC telah diterima oleh Prof. Dr. Li Xiuzhen, Vice President dari SKLEC bersama dengan Prof.Dr. Shen Fang dan Prof. Dr. Leonid Sokoletsky bersama sejumlah mahasiswa program master dan doktoral. Pada pertemuan ini Dr. Wiwin Ambarwulan memaparkan tentang BIG dan maksud untuk menjalin kerjasama penelitian pada bidang kemaritiman. Penelitian ini sangat penting mengingat wilayah Indonesia sebagai negara kepulauan yang sebagian besar merupakan wilayah perairan, dengan panjang garis pantai yang lebih panjang dari garis pantai Cina.Hasil kunjungan ini juga dapat dikembangkan di Parangtritis Geomaritime Science Park di Yogyakarta, yang dikelola oleh Pusat Penelitian, Promosi dan Kerja Sama, pimpinan Wiwin Ambarwulan.
Pada kesempatan ini Vice Presiden SKLEC, Prof. Dr. Li Xiuzhen juga memaparkan tentan SKLEC dan berbagai penelitian yang telah dilakukan di laboratorium ini, serta kerja sama yang telah dijalin dengan berbagai negara. Namun demikian, sejauh ini belum ada kerjasama yang dilakukan dengan institusi di Indonesia, sehingga BIG merupakan yang pertama menjajaki kerjasamaini. Prof. Li menyambut gembira atas inisiasi kerjasama penelitian ini, mengingat geografi wilayah yang sangat berbeda, diharapkan akan banyak temuan baru akan bisa diungkap dari penelitian yang akan dilakukan. Prof. Li juga menyinggung soal pendanaan untuk projek dan beliau mengatakan bahwa di Cina ada berbagai sumber pendanaan untuk riset baik dan pemerintah maupun perusahaan. Menanggapi hal ini, Wiwin mengatakan bahwa untuk 2016 pihak BIG sudah menyiapkan anggaran penelitian termasuk untuk survei lapangan. Namun tidak mencakup anggaran perjalanan dari dan ke Shanghai untuk para peneliti Cina. Biaya penelitian yang dianggarkan untuk para peneliti dari Cina hanya untuk perjalanan dalam negeri di Indonesia. Terkait dengan wilayah penelitian, direncanakan wilayah penelitian akan dipilih pada satu wilayah dimana terdapat berbagai jenis sumberdaya seperti mangrove, terumbu karang, lamun dan lainnya dan tentunya kualitas air pada wilayah perairan ini.
Pada pertemuan ini Prof. Shen Fang juga mempresentasikan beberapa hasil penelitian yang dilakukan di berbagai wilayah pesisir dan estuari di Cina. Pada pertemuan ini juga didiskusikan mengenai data satelit yang bisa digunakan untuk penelitian kualitas air dan sumberdaya pesisir dan estuari. Peralatan yang digunakan untuk survei lapangan belum tentu ada di Indonesia, demikian juga dengan peralatan laboratoriumnya. Untuk itu, pada tahap awal disarankan untuk menggunakan peralatan yang sederhanadengan tetap mempertahankan perolehan data yang diinginkan. Selanjutnya, Prof. Shen Fang menyarankan agar ada mahasiswa Indonesia yang dapat ikut dalam penelitian ini, untuk memastikan bahwa penelitian ini ada yang menangani secara serius dan berkelanjutan. Pemerintah Cina mengalokasikan beasiswa untuk program master dan doktor untuk mahasiswa dari luar negeri, termasuk Indonesia.
Kunjungan ke Shanghai juga dilakukan ke Konsulat Jenderal Indonesia di Shanghai yang berkantor di Shanghai Mart Building (Office Tower) 16/F Rooms 1607-1608, Yan'an Road West No. 2299, Changning District 200336 Shanghai, Cina.Tujuan kunjungan ini adalah untuk melaporkan maksud kedatangan di Shanghai. Kunjungan di Konjen Indonesia di Shanghai diterima oleh Ibu Nidya Kartikasari dan Ibu Desi. Pada kesempatan ini juga diserahkan Peta NKRI, plakat BIG, profil BIG dan beberapa souvenir BIG. Konsulat Jenderal Indonesia di Shanghai berterima kasih atas Peta NKRI yang diberikan dan mereka mengatakan bahwa mereka sebelumnya belum memiliki peta NKRI yang baku. (SH/TR)