Aceh, Berita Geospasial BIG - Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia telah mengalami berbagai perubahan dan perkembangan dari waktu ke waktu. Dimulai dari awal terbentuknya NKRI hingga sekarang ini, sudah banyak hal yang terjadi dan mempengaruhi wilayah RI. Pada awal masa kemerdekaan lebar laut wilayah perairan Indonesia meliputi jalur laut yang mengelilingi setiap pulau, atau lebarnya 3 mil laut diukur dari garis air rendah dari pulau-pulau wilayah daratan Indonesia. Peraturan itu menyebabkan wilayah laut di luarnya menjadi laut bebas, sehingga kapal asing bebas berlalu-lalang. Maka dari itu, dalam upaya mengintegrasikan seluruh wilayah kepulauan dan laut menjadi wilayah teritorial Indonesia, pada tanggal 13 Desember 1957 Pemerintah mengeluarkan pengumuman mengenai Wilayah Perairan Negara Republik Indonesia yang ditandatangani oleh H. Djuanda Kartawidjaja, Perdana Menteri Indonesia saat itu, yang selanjutnya dikenal dengan Deklarasi Djuanda.
Bisa dikatakan Deklarasi Djuanda ini merupakan Deklarasi Kemerdekaan Indonesia yang ke-2. Melalui deklarasi ini Indonesia dapat merekatkan kembali wilayahnya dari Pulau Weh di Ujung Barat hingga Merauke di Ujung Timur, dari Mianggas di Utara hingga Pulau Rote di Selatan Indonesia. Sebagai pengingat Deklarasi Djuanda tersebut, maka setiap tahunnya pada tanggal 13 Desember diselenggarakan Peringatan Hari Nusantara. Tahun 2015 ini kegiatan kembali diselenggarakan untuk ke-15 kalinya, dimana kali ini kegiatan diadakan di Pantai Lampulo, Banda Aceh, Provinsi Aceh, Indonesia. Salah satu rangkaian acara Hari Nusantara 2015 adalah Pameran Nusantara Expo 2015 dilaksanakan selama empat (4) hari, yaitu dari tanggal 9-13 Desember 2015.
Pada tahun 2015 ini bertindak sebagai penyelenggara adalah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI. Dengan tajuk "Kekayaan Energi dan Sumber Daya Mineral Kelautan Mendukung Poros Maritim Guna Mewujudkan Kekayaan dan Kemakmuran Bangsa", kegiatan Pameran Nusantara Expo 2015 diikuti oleh berbagai Kementerian/Lembaga (K/L), SKPD seluruh Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Perusahaan Swasta, Perusahaan Asing, Developer/Pengembang, serta Pelaku Industri Kreatif. Contohnya adalah dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Pariwisata, Kementerian Pertanian, PT. Perusahaan Gas Negara, Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), termasuk Badan Informasi Geospasial (BIG) juga turut berpartisipasi pada acara tersebut.
BIG sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (UU IG), memiliki 3 peran utama, yaitu : penyelenggara survei dan pemetaan (surta) dan pembangunan Informasi Geospasial Dasar (IGD); pembina bidang surta dan pembangunan Informasi Geospasial Tematik (IGT); serta penyelenggara Infrastruktur dan Jaringan Informasi Geospasial. Termasuk di dalamnya adalah melaksanakan pengelolaan dan penyebarluasan IG kepada masyarakat luas dan pengguna. Penyebarluasan IG tidak hanya dilaksanakan dalam bentuk IG yang berupa format digital, tapi juga berupa peta analog.
Dalam rangka menyebarkan dan mensosialisasikan manfaat IG kepada masyarakat itulah yang mendorong BIG untuk mengikuti Pameran Nusantara Expo 2015. Dalam pameran tersebut, booth stand BIG menampilkan berbagai macam informasi terkait IG. Dimulai dari produk utama BIG, yaitu peta RupaBumi Indonesia (RBI), BIG menampilkan berbagai macam peta RBI untuk daerah NAD dan sekitarnya dengan berbagai skala sesuai ketersediaan data. Kemudian ditampilkan pula peta NKRI Edisi tahun 2015 skala 1: 5.000.000 dalam ukuran besar, yang banyak dimanfaatkan pengunjung untuk mengambil foto. Tak lupa ditampilkan salah satu kebanggaan BIG, Ina-Geoportal, yang merupakan portal BIG untuk berbagi pakai data dan IG dengan masyarakat luas. Disana pengguna bisa melihat serta mengunduh data, dilengkapi pula dengan petunjuk dan tata cara yang jelas terkait prosesnya.
Selain itu, ditampilkan pula peran BIG yang lain terutama dalam bidang tematik, seperti pembuatan atlas, terkait pemetaan tata ruang nasional, serta rencana pembuatan tol laut Indonesia, yang juga terkandung dalam program Nawacita pemerintahan saat ini. Pada pameran BIG tersebut, masyarakat yang mengunjungi stand BIG akan bisa berkeliling melihat berbagai informasi yang tertulis dalam stand BIG, dimana informasi yang ada disajikan mulai dari IGD, IGT, hingga IIG. Pada kesempatan itu BIG juga menampilkan display berupa berbagai macam buku-buku geospasial yang dapat menambah pengetahuan para pengunjung stand BIG terkait IG. Contohnya seperti buku : Company Profile BIG, Majalah Geospasial Indonesia, Annual Report BIG, Majalah Sains Indonesia, Pemetaan Lahan Garam BIG, Atlas Pulau-pulau Kecil Terluar, Peraturan Pemerintah No 64 Tahun 2014 tentang jenis dan tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada BIG, Undang-Undang No 4 Tahun 2011 tentang IG, IG Terumbu Karang Indonesia, Membumikan Informasi Geospasial, NKRI Dari Masa Ke Masa, Pulau Morotai Sumberdaya Strategis di Kawasan Timur Indonesia, Ekspedisi Geografi Indonesia Karst Gunungsewu, Atlas Bandara Indonesia, Atlas Nasional Indonesia, Survei dan Pemetaan Nusantara, Indeks Peta Prov Nanggroe Aceh Darussalam, Peta RBI Tahun 2014 Prov Nanggroe Aceh Darussalam Skala 1:25.000, serta Peta NKRI Skala 1 : 5.000.000 Tahun 2015.
Buku BIG terutama terkait perkembangan NKRI Dari Masa ke Masa sangat diminati masyarakat, apalagi di dalamnya juga dijelaskan terkait dengan Deklarasi Djuanda yang menjadi dasar diselenggarakannya Pameran Nusantara Expo 2015 dari tahun ke tahun. Melalui IG, masyarakat juga dapat belajar sejarah, yaitu sejarah perkembangan wilayah NKRI yang telah mengalami beberapa perubahan sesuai perkembangan jaman. Pada pameran turut disajikan pula berbagai jenis souvenir dan cinderamata yang dibuat BIG, seperti : topi, bolpoint, kipas, dan tas BIG yang cukup menarik para warga yang berkunjung. Selama 5 hari pameran stand BIG terbilang cukup ramai, terutama karena berbagai macam produk yang ditampilkan dan dibagikan kepada para pengunjung. Diharapkan melalui kegiatan pameran ini banyak masyarakat yang semakin memahami sejarah perkembangan wilayah Indonesia melalui sudut pandang geospasial. Sehingga tidak ada masyarakat yang buta peta atau IG, tapi mampu memanfaatkan peta atau IG secara efektif dalam mendukung setiap kegiatan dan pekerjaannya. (LR/TR)