Bandung, Berita Geospasial BIG - Dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi, menjadi wadah untuk mencetak sumberdaya manusia yang kompeten dalam mendukung kemajuan suatu negara. Indonesia dengan berbagai jenis kekayaan alam yang melimpah dan terbentang dari Sabang sampai Merauke membutuhkan banyak SDM yang mmmpuni untuk mengolahnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung adalah salah satu diantaranya yang mendidik generasi supaya melek teknologi. Dengan sentuhan teknologi, manusia bisa hidup dengan lebih mudah.
Itenas, dalam rangka dis natalisnya yang ke-43, mengadakan Seminar Nasional Rekayasa dan Desain Itenas 2015 yang diselenggarakan pada Selasa, 1 Desember 2015 di Bale Dayang Sumbi, Itenas, Bandung. Tema yang diangkat adalah "Peranan Rekayasa dan Desain dalam Percepatan Pembangunan Nasional". Tema itu diangkat karena Itenas memiliki 3 fakultas yang berlatar belakang teknik dan desain. Teknik geodesi ada diantaranya. Harapannya, acara ini dapat memberikan semangat dalam membantu percepatan pembngunan nasional.
Badan Informasi Geospasial (BIG) sebagai penyelenggara IG dengan kepalanya, Priyadi Kardono, mendapat kehormatan untuk memberikan keynote speech. Disampaikan dalam paparannya bahwa "Kebijakan Satu Peta" atau yang lebih dikenal dengan "One Map Policy" akan mendukung kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien termasuk di dalamnya pengawasan dan pengelolaan lingkungan. Deforestasi yang tidak terkendali salah satunya adalah karena tidak tersedianya peta atau informasi geospasial yang terintegrasi pada setiap kementerian dan lembaga, sehingga terjadi tumpang tindih dalam pemberian ijin usaha. Permasalahan ini sangat terkait dengan pemetaan tata ruang daerah. Keterbatasan ketersediaan informasi geospasial dan sumberdaya manusia yang memahami informasi geospasial dan analisis keruangan menjadi salah satu penyebab utama dari rendahnya kualitas penataan ruang.
Untuk turut menyelesaikan permasalahan tersebut, BIG bertekad untuk dapat menyediakan informasi geospasial yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan dengan strategi pemetaan dimulai dari pemetaan skala besar. BIG merencanakan melakukan pengadaan data penginderaan jauh resolusi tinggi yang dapat digunakan untuk pemetaan tingkat desa. Ketersediaan peta skala besar tentunya akan sekaligus mendukung penyelesaian tata batas administrasi yang selama ini belum terselesaikan. Lulusan perguruan tinggi ilmu kebumian termasuk para geodet yang berkualitas sangat dinantikan agar penataan ruang wilayah menjadi semakin baik sehingga permasalahan lingkungan dapat ditekan. Penataan ruang Kota Bandung dengan desain industri kreatifnya pastinya akan optimal dengan memanfaatkan informasi geospasial.
Sebelumnya, Walikota Bandung yang fenomenal, Ridwan Kamil yang dikenal dengan Kang Emil dalam presentasinya menjelaskan paparan berjudul "Creative Environment Architecture". Disampaikan bahwa orang Bandung banyak yang kreatif karena 3 faktor: Alam yang dingin (cuaca), suka berkumpul serta persaingan yang tinggi. Ini harus diwadahi dengan membuat Creative Center dan Innovative Center di Bandung supaya orang-orang kreatif bisa saling berbagi dan menularkan ide-ide kreatifnya. Ide lain yang disampaikan Kang Emil adalah One Village One Product. Dipetakan kampung-kampung dengan hasil produksinya masing-masing yang unik. Kampung Cepot misalnya, di kampung ini para pengunjung bisa melihat cara produksi wayang, gantungan dan aneka produk lainnya bertema Cepot. Ini merupakan langkah-langkah yang diambil agar Bandung menjadi kota ekonomi kreatif terbaik di Indonesia.
Acara seminar yang berlangsung selama 2 hari (1 dan 2 Desember 2015) ini diisi dengan pemaparan materi oleh sejumlah pemakalah dari Itenas, ITB, UGM dan lain sebagainya. Disamping tempat seminar, ada pameran berbagai perusahaan industri yang banyak diisi oleh SDM anak negeri ini yang berdedikasi tinggi. (ATM/TR)