Selasa, 26 November 2024   |   WIB
id | en
Selasa, 26 November 2024   |   WIB
BIG Kerja Sama dengan LAPAN Manfaatkan Pesawat Udara Tanpa Awak untuk Pemetaan Garis Pantai

Tempuran, Berita Geospasial  BIG - Teknologi pemetaan menggunakan pesawat udara tanpa awak (nir-awak) sudah bukan barang asing lagi bagi beberapa kalangan. Teknologi ini sering disebut dengan Unmanned Aerial Vehicycle (UAV) atau Drone. Namun pemotretan untuk wilayah pantai menggunakan teknologi ini, masih sangat jarang dilakukan. Setelah dilakukan berbagai kajian mengenai ini, kini BIG kerja sama dengan LAPAN untuk percepatan pemetaan garis pantai.

Kerja sama adalah untuk melakukan kajian dan uji coba wahana UAV yang dimiliki LAPAN yaitu LSU (Lapan Surveillance Unmanned) untuk pemetaan garis pantai merupakan implementasi Perjanjian Kerja Sama antara BIG dan LAPAN yang ditandatangani pada 1 Juni 2105.  LAPAN sangat bersemangat dalam menunjukkan kehebatan beberapa unit UAV yang mereka miliki, karena wahana ini merupakan hasil penelitian dan pengembangan teknologi pesawat udara oleh LAPAN. 

Eksekusi lapangan yang dilakukan pada 7-8 Agustus lalu menjadi tanggal yang dipilih untuk uji coba pesawat yang dimiliki LAPAN tersebut.  Ada 3 wahana yang diujikan, yakni LSU-01a tipe sky walker, LSU-01b tipe sky hunter, dan LSU-02 tipe engine yang meggunakan bahan bakar pertamax plus sebagai energinya. Diungkapkan oleh Kepala Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN, Gunawan Setyo Prabowo, bahwa LAPAN sendiri sudah menghasilkan 5 jenis prototipe wahana UAV hingga LSU-05. Namun ketiga wahana yang diujicobakan dengan BIG saat itu kemampuannya sebelumnya sudah diujikan untuk keperluan pemetaan kebencanaan, pemetaan resolusi tinggi dan keperluan pertahanan. 

Pemanfaatan LSU untuk wilayah pantai sendiri masih dalam tahap uji kelayakan terbang di wilayah Pameungpek-Pantai Selatan Jawa, kerja sama dengan BIG inilah yang pertama kali dilakukan LAPAN. "LAPAN sendiri belum konsen melakukan pemetaan menggunakan LSU, masih hanya sebatas untuk pengembangan wahana saja, sehingga nanti perlu adanya masukan dari BIG untuk standar pemetaan yang baik seperti apa" tutur Gunawan. Selain Gunawan, uji coba LSU dihadiri juga oleh Kepala Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai Muhtadi Ganda Sutrisna, Koordinator tim Survei LAPAN Ari Sugeng, perwakilan Inspektorat BIG, serta tim teknis BIG dan LAPAN. 

Pukul 10.00, unit LSU-02 yang dipasangkan kamera dengan model perekaman gambar setiap 3 detik sekali, siap diterbangkan. Semua tim berkumpul bersama membentuk lingkaran berdoa untuk kelancaran uji coba yang akan dilakukan. Selama lebih kurang 1 jam, pesawat dapat terbang dan mendarat dengan baik.  Dengan kecepatan terbang 30,4 m/s pada kecepatan angin 30 km/jam tersebut pesawat mengalami gangguan apapun,. Meski pada saat hendak diterbangkan Gunawan sempat merasa sedikit was-was. "Meskipun sudah sering diterbangkan, saya tetap saja deg-deg-an setiap mau mulai", kata Gunawan sambil tertawa. 

Setelah LSU-02 berhasil mendarat dengan sempurna, selanjutnya dilakukan persiapan untuk penerbangan unit lainnya yaitu LSU-01b. Pesawat dengan tipe sky hunter ini prinsip kerjanya sama dengan LSU-02. Take-off dan landing pesawat yang dikendalikan secara manual oleh sang pilot, kemudian automatisasi ketika sudah mencapai ketinggian tertentu sesuai way point yang direncanakan sebelumnya. Namun pada saat percobaan kedua ini, pesawat mengalami lost contact dengan operator ketika hendak mendarat. Terlihat pada layar monitor koordinat posisi pesawat mendarat di luar lokasi yang diharapkan, namun demikian posisi pesawat masih dalam keadaan baik dengan mesin dan sensor yang masih aktif. Kegagalan mendarat diprediksi karena mesin pesawat terlalu panas karena beroperasi terlalu keras pada saat pesawat melaju berlawanan arah angin. 

Sedangkan untuk unit ketiga, LSU-01a tipe sky walker, diterbangkan sore hari pada saat kondisi air laut pasang, dimana pada pukul 16.30 persiapan penerbangan dilakukan. Pesawat ini terlihat begitu elok melaju di udara sore itu. Proses take-off dan landing pesawat berjalan lancar. Padahal tipe ini sempat sedikit dikhawatirkan akan tumbang karena bentuk fisik pesawat yang kecil dan ringan sedangkan kondisi angin cukup besar saat itu. Kekhawatiran berubah menjadi senyum lebar semua tim survei ketika pesawat mendarat indah di hadapan banyak orang. 

"Semoga pada kesempatan mendatang, LAPAN bisa memanfaatkan teknologi inframerah untuk mendeteksi beda darat dan air pada hasil foto dengan LSU" celetuk Nursugi sambil tertawa kepada Kepala Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN. Diharapkan melalui uji terbang ini didapatkan kesimpulan dan analisis yang berguna bagi perkembangan pesawat nir-awak di masa yang akan datang. Sehingga pemanfaatan teknologi pesawat nir-awak dapat semakin berkembang dan dapat membantu dalam percepatan pemetaan di Indonesia. (Ndy/YDSP/TR)