Rabu, 06 November 2024   |   WIB
id | en
Rabu, 06 November 2024   |   WIB
Penyusunan Dokumen RSNI Penyajian Atlas Taktual Tingkatkan Keakuratan Data

Cibinong, Berita Geospasial BIG - Atlas taktual merupakan atlas yang dibuat khusus dalam rangka membantu meningkatkan kemampuan spasial dan orientasi keruangan para penyandang tunanetra. Sampai saat ini Badan Informasi Geospasial telah menyusun lima edisi atlas taktual, yaitu: Wilayah Administrasi (2010), Transportasi Darat (2011), Sumberdaya Alam Abiotik (2012), Transportasi Laut dan Udara (2013), dan Sebaran Gunung dan Sungai (2014). Tema yang ditampilkan dalam atlas tersebut bervariasi dan terus berkembang sehingga simbol-simbol yang digunakan pun semakin beragam. Simbol tersebut dituangkan dalam spesifikasi teknis yang menjelaskan secara detail ukuran dan bentuk simbol dalam atlas aktual.

Setiap data dan informasi geospasial yang terkandung di dalam atlas taktual harus akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, oleh karena itu penting untuk merumuskan rancangan dokumen standar penyajian atlas taktual sebagai salah satu media pembelajaran informasi geospasial bagi para tunanetra. Untuk melegalkan spesifikasi teknis agar menjadi peraturan yang mengikat dalam setiap penyajian atlas taktual, disusunlah dokumen SNI (Standar Nasional Indonesia) Penyajian Atlas Taktual (Tactile). Sebagai salah satu tahapan dalam proses penyusunan SNI, pada Rabu 24 Juni 2015, dilakukan Focus Group Discussion (FGD) membahas RSNI 2 Atlas Taktual dengan mengundang berbagai pemangku kepentingan yang terlibat dalam penyusunan atlas taktual.

Pada sambutannya Kepala BIG Priyadi Kardono menuturkan bahwa penggarapan peta taktual ini sudah sangat ditunggu-tunggu. "Peta taktual ini memang tidak mudah untuk membuatnya, namun peta ini banyak dibutuhkan bagi para masyarakat Indonesia yang menyandang cacat", jelasnya. FGD yang bertempat di Ruang Rapat Gedung Utama tersebut dihadiri pula oleh Kepala Pusat Standarisasi dan Kelembagaan IG Suprajaka; Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Mulyanto Darmawan; Perwakilan Badan Standarisasi Nasional (BSN) Meira Rini; Perwakilan Dria Manunggal Setia Adi; serta beberapa Perwakilan Komite Teknis 07-01.

Standar ini disusun berdasarkan Pedoman Standarisasi Nasional (PSN) Nomor 8 Tahun 2007 tentang Penulisan Standar Nasional Indonesia. Penulisan skala tidak mengacu pada PSN Nomor 8 Tahun 2007. Kepala Bidang Atlas dan Pemetaan Sosial BIG, Sri Daryaka menyampaikan bahwa ruang lingkup dalam RSNI Penyajian Atlas Taktual menetapkan pedoman penyajian produk taktual yang meliputi ketentuan umum, simbol, teks, kode angka dan kode huruf. Dijelaskan pula acuan normatifnya adalah SNI 7657:2010 tentang Singkatan Nama Kota dan SNI 6502.4:2010 tentang Spesifikasi Penyajian Peta Rupabumi - Bagian 4 Skala 1:250.000.

Kepala Bidang Standardisasi Penyelenggaraan Informasi Geospasial BIG, Ari Dartoyo yang hadir pada kesempatan itu menyampaikan hasil FGD yang telah dilakukan sebelumnya pada 8 April 2015 sebagai pengingat. Dengan dimoderatori oleh Suprajaka, Kepala Pusat Standarisasi dan Kelembagaan IG, acara FGD saat itu mendapatkan beberapa masukan dan antara lain terkait tampilan peta taktual yang akan diseragamkan seperti peta akan selalu berada di sebelah kiri, sedangkan sebelah kanan berisi legenda. Untuk tampilan pertama pada atlas taktual berupa peta NKRI, baru kemudian diperinci menjadi per pulau dan kemudian per provinsi. Adapun uji keterbacaan peta taktual ini telah dilaksanakan di SLB-A YPAC Surabaya, MAN Maguwoharjo Yogyakarta, SLB-A Negeri Bandung, dan lain sebagainya, dimana atlas taktual tersebut mendapatkan respon yang sangat baik dari para pengguna peta yang notabene merupakan para penyandang tunanetra.

Namun terdapat kendala dalam atlas taktual ini yaitu permasalahan generalisasi simbol-simbol pada legenda atlas taktual. Akan tetapi permasalahan generalisasi masih bisa ditoleransi. Sebaiknya menyederhanakan gambaran dalam peta, semisal sungai hanya dipilih bentuk sungai, kemudian simbol bandara yang berada di sebuah pulau perlu diperhatikan agar para tunanetra memahami maksud dari gambar tersebut. Peletakan peta dan keterangan menjadi kendala lainnya, ketika peta pada berada posisi landscape namun keterangannya legenda pada posisi portrait. Hal tersebut dikarenakan belum adanya mesin braille untuk membuat peta pada posisi landscape. Solusinya dari kendala tersebut dengan meletakkan peta dan keterangan atas dan bawah, sehingga memudahkan tunanetra dalam membaca peta tersebut.

Selama kurang lebih dua jam, acara jajak pendapat berlangsung dengan seru. Para hadirin menyampaikan berbagai materi dan pengetahuan yang berguna bagi penyusunan RSNI tersebut. Setiap detail tidak lolos dari perhatian peserta, termasuk penggunan huruf kapital, singkatan, maupun istilah-istilah. Setiap bagian RSNI dibahas, mulai dari judul, daftar isi, hingga lampiran. Hal itu dilakukan agar nantinya dokumen SNI yang dihasilkan benar-benar mengakomodir berbagai ketentuan dan peraturan yang terkait dalam penyajian atlas taktual. Diharapkan dengan penyusunan SNI penyajian atlas taktual ini dapat meratakan penyebaran IG bagi para pengguna kebutuhan khusus di Indonesia. (RB/LR/TR)