Jakarta, Berita Geospasial BIG - Badan Informasi Geospasial mempunyai tugas menyelenggarakan informasi geospasial yang andal, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Manfaat informasi geospasial dapat dirasakan dalam berbagai aspek, baik dalam bidang ekonomi, maupun terkait lingkungan. Dalam hal pemantauan kondisi lingkungan hidup dan sumber daya hutan sangat diperlukan dukungan informasi geospasial. Untuk itu BIG mendukung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam memantau sumber daya yang dikelolanya. Kerja sama yang sudah dibangun sejak dulu perlu dilanjutkan agar memberikan manfaat yang berkesinambungan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dilakukan Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara BIG dengan KLHK sebagai kelanjutan dari MoU yang sebelumnya sudah berakhir. Acara penandatanganan diselenggarakan di Auditorium Utama Gedung Manggala Wanabakti Jakarta pada Selasa, 16 Juni 2015, yang kemudian dilanjutkan dengan dua Seminar Nasional dengan tajuk "Menanam Pohon dan Monitoring Hutan untuk Warisan Generasi Mendatang" dan "Monitoring Hutan Nasional".
Pada kesempatan tersebut dilakukan juga Penandatanganan MoU antara KLHK dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dengan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), dengan Kementerian Agama (Kemenag), dan dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Hadir acara tersebut adalah Mendikbud Anis Baswedan, Menristek dan Dikti M. Nasir, Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin, Kepala BIG Priyadi Kardono dan para pejabat eselon 1 dan 2 dari semua instansi tersebut. Selain itu dilakukan pula penandatanganan beberapa Perjanjian Kerja Sama sebagai implementasinya.
MoU tersebut merupakan spirit juga sebagai payung hukum dalam melakukan aktivitas bagi pihak yang bekerja sama. Inti kerja sama dengan KLHK adalah dalam program menjaga lingkungan hidup dengan menanam pohon bagi semua penduduk Indonesia, juga bagaimana memantau sumber daya hutan dengan berbagai dukungan teknologi dan inovasi. Hal ini karena Indonesia merupakan salah satu hutan tropis yang paling luas dan paling kaya keanekaragaman hayatinya di dunia. Puluhan juta masyarakat Indonesia mengandalkan hidup dan mata pencahariannya dari hutan, baik dari mengumpulkan berbagai jenis hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka atau bekerja pada sektor industri pengolahan kayu. Hutan tropis ini merupakan habitat flora dan fauna yang kelimpahannya tidak tertandingi oleh negara lain dengan ukuran luas yang sama. Bahkan sampai sekarang hampir setiap ekspedisi ilmiah yang dilakukan di hutan tropis Indonesia selalu menghasilkan penemuan spesies baru.
Namun demikian, suatu tragedi terus berlangsung di Indonesia. Sekarang Indonesia menjadi sorotan dunia internasional, karena permasalahan lahan kritis di Indonesia yang berasal degradasi atau kerusakan hutan yang mencapai 24,3 juta ha dari luas hutan Indonesia sekitar 130 juta ha atau dari luas Indonesia 189 juta ha. Kalangan di dalam negeri dan masyarakat internasional begitu gusar menyaksikan perusakan sumber daya alam yang semena-mena di negeri ini.
Untuk itu Menteri LHK Siti Nurbaya menekankan dan mendukung bahwa komitmen yang ditandatangani ini dapat menjadi gerakan. Pemerintahan saat ini bertekad untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup tidak boleh hanya wacana belaka saja, kita semua harus bisa menjadikan komitmen tersebut harus menjadi sebuah aksi. Permasalahan lingkungan hidup ini tidak bisa hanya ditangani oleh salah satu pihak saja, namun semua elemen harus bersatu padu untuk mengatasinya. Konsep pendekatan sebuah komitmen menuju aksi sudah dilakukan dengan bantuan media. Dengan bantuan media, beberapa waktu lalu masyarakat Indonesia berhasil mengagalkan ekspor ilegal Burung Kakatua Jambul Kuning. "Semoga aksi ini, terus bergema ke seluruh penjuru negeri demi kembalinya lingkungan Indonesia yang lestari" pungkas Siti Nurbaya.
KLHK menargetkan menumbuhkan pemahaman pentingnya arti hadirnya sebuah pohon kepada seluruh civitas akademika dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, untuk itu bekerja sama dengan Kemndikbud. KLHK juga menggandeng Kementerian Agama untuk memprakarsai penanaman pohon bagi para calon pengantin. Setiap tahunnya di Indonesia terdapat empat juta pasang mempelai pengantin yang tercatat di Kementerian Agama, jika setiap pasangan menanam lima pohon maka bisa tertanam 20 juta batang pohon setiap tahunnya atau setara dengan 20.000-40.000 ha. Selain itu Kemenag juga mengelola dunia pendidikan mulai dari RA (TK), MI, MTs hingga MAN, juga banyak perguruan tinggi serta pesantren.
Melalui generasi muda maka semua gerakan dapat dijalankan dengan semangat dan kerja keras. Perguruan tinggi juga memegang peranan dalam penyelamatan lingkungan, berikut dengan perkembangan penelitian dan teknologi, dapat mempercepat program lingkungan ini, untuk itu KLHK bekerja sama dengan Kemenristekdikti. Dua LPNK yang tidak kalah pentingnya dalam memantau lingkungan dan sumber daya hutan, yaitu LAPAN dan BIG. Pemantauan secara cepat dapat dilakukan dengan data penginderaan jauh seperti citra satelit dan wahana lainnya, inilah urgensi kerja sama dengan LAPAN.
Dan yang menentukan bagaimana semua dapat dipantau secara presisi dan cepat adalah dengan informasi geospasial. Informasi geospasial dasar (IGD) sangat menentukan bagaimana One Map Policy dapat terlaksana. "Dengan IGD yang standar dan mencakup wilayah yang luas serta dengan resolusi yang besar, maka pemantauan dan pencatatan sumber daya hutan dan lingkungan dapat dicapai dengan cepat" jelas Kepala BIG Priyadi Kardono pada setiap kesempatan. Paradigma pemetaan akan dirubah, kalau dahulu dimulai dari yang skala kecil ke besar, sekarang akan dimulai dari yang skala besar ke kecil. "Dengan diperolehnya batas desa, maka batas-batas selanjutnya seperti batas kecamatan, kabupaten/kota hingga provinsi tinggal menggabungkan saja. Permasalahan batas wilayah secara otomatis dapat terselesaikan" tambah Priyadi.
Acara ini pun dihadiri oleh beberapa seniman dan artis Ibukota yang juga merupakan pemerhati lingkungan diantaranya Taufik Ismail, Sam Bimbo, dan juga Puteri Indonesia Tahun 2015 yang juga merupakan Duta Lingkungan. Acara hari itu ditutup dengan penyerahan bibit pohon kepada para tamu undangan, serta meminum madu hutan secara bersama-sama. Diharapkan acara ini bisa menyebarluaskan serta menanamkan kecintaan masyarakat Indonesia akan lingkungan, sehingga lingkungan Indonesia bisa terjaga demi masa depan anak cucu bangsa. Pada kesempatan ini LAPAN memberikan Citra Satelit Landsat seluruh wilayah Indonesia dan BIG menyerahkan Peta Liputan Lahan seluruh Indonesia, yang secara simbolis diserahkan dalam 1 lembar peta dalam frame. Dengan adanya peta liputan lahan pada setiap periode maka pemantauan lingkungan dan sumber daya hutan dapat dilakukan secara berkala, sehingga degradasi lingkungan dapat dicegah, karena lingkungan yang baik akan memberikan dampak yang baik juga kepada generasi mendatang. (RB/LR/TR)