Rabu, 06 November 2024   |   WIB
id | en
Rabu, 06 November 2024   |   WIB
Informasi Geospasial Mendukung Indonesia Sebagai Laboratorium Bencana

Yogyakarta, Berita Geospasial BIG - Wilayah negara Indonesia sudah dideklarasikan sebagai laboratorium bencana. Berbagai bencana ada di Indonesia dan harus menjadi pembelajaran bagi kita untuk melakukan penanggulangan bencana yang efektif dan efisien. Indonesia sebagai negara kepulauan diakui oleh berbagai ahli kebencanaandunia sebagai wilayah yang unik. Keunikannya antara lain sebagai wilayah yang sangat rawan terhadap berbagai ancaman (hazards) baik bahaya alami (natural hazard) maupun non alam (man made/anthropogenic hazard), sementara kondisi lingkungan alam kitasemakin rusak akibat degradasi sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan. Dengan kondisi ini, wilayah Indonesia sangat rentan (high vulnerability) berbagai jenis bencana dan kecenderungan meningkatnya tingkat resiko bencana yang sangat tinggi.   Untuk itu semua, maka diperlukan peran informasi geospasial  untuk menangani permasalahan kebencanaan di Indonesia.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diamanatkan untuk mengkoordinasikan upaya penanggulangan bencana, telah menyusun dokumen Rencana Nasional Penanggulangan Bencana (Renas PB) untuk periode 2010-2014. Berdasarkan hasil review midterm terhadap implementasi dokumen tersebut, khususnya penelitian dalam penanggulangan bencana masih sangat lemah. Hasil penelitian belum banyak yang bisa diimplementasikan dalam kebijakan dan aksi penanggulangan bencana. Padahal Indonesia sudah banyak melakukan upaya penelitian dan riset yang terkait dengan kebencanaan, baik yang dilakukan oleh para pakar/peneliti di lembaga penelitian, maupun yang ada di perguruan tinggi.

Untuk itu diperlukan suatu rencana terintegrasi antara peneliti/periset kebencanaan di Indonesia. Menyadari kondisi tersebut, maka pada 5 Juni 2014, sekitar 350 ahli kebencanaan yang berasal dari para akademisi, birokrat, lembaga riset, para praktisi PB dan anggota masyarakat yang peduli bencana telah mendeklarasikan pembentukan Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) sebagai organisasi profesi nir laba bersamaan dengan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) ke-1 di Surabaya.

Pada kesempatan tersebut telah disusun blue print dan roadmap riset kebencanaan Indonesia. IABI dibentuk dengan tujuan untuk (1) mensosialisasikan perkembangan konsep dan pengetahuan tentang kebencanaan (knowledge development) kepada pemangku kepentingan terutama para penentu kebijakan, perguruan tinggi dan lembaga riset, swasta/industry, dan masyarakat/LSM kebencanaan, dan (2) melakukan riset kebencanaan yang strategis dan menjadi prioritas nasional untuk dipublikasikan dan disebarluaskan kepada pemangku kepentingan termasuk masyarakat akademis.

Periode tahun 2014-2017, riset akan diarahkan dan difokuskan pada pengembangan Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) terutama untuk bencana tsunami, banjir/banjir bandang, kekeringan, kebakaran lahan dan hutan dan gerakan massa/tanah longsor. Salah satu agenda kerja IABI tahun 2015 adalah penyelenggaraan PIT-2 dan Musyawarah Nasional Pertama IABI untuk mengesahkan AD/ART pada 26-28 Mei 2015 di Grha Sabha Pramana, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Momentum ini diselenggarakan bersamaan dengan peringatan (Commemoration) 9 tahun gempabumi di Yogyakarta dan Jawa tengah, dengan tema membangun kemandirian industrialisasi dan teknologi berbasis riset kebencanaan Indonesia.

Ketua IABI Periode 2014-2015, Sudibyakto dalam laporannya mengungkapkan alasan pemilihan tema tersebut  berangkat dari keyakinan bahwa  sebagai negara besar yang hidup dikawasan rawan bencana maka sudah sepatutnya Indonesia tidak bergantung ke negara lain dalam hal teknologi kebencanaan tetapi sebaliknya, Indonesia harus mampu mengembangkan industri yang mandiri dan tangguh menghadapi bencana dimasa mendatang. PIT ini dimaksudkan sebagai langkah awal IABI dalam menjembatani antara para pelaku riset kebencanaan dengan industri terkait kebencaaan.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala BNPB, Syamsul Ma'arif mengungkapkan bahwa saat ini kesadaran masyarakat tentang bencana nampaknya telah terbentuk, tetapi belum bertindak. Begitu juga dengan hasil  riset penelitian perguruan tinggi tentang kebencanaan, orang telah sadar dan tahu itu penting tapi tidak ada yang menggunakan. Jadi dari seminar IABI ini jangan hanya berhenti pada paparan riset saja, tapi harus dengan berbagai macam cara dan seni tertentu bisa membawa hasil riset ini ke tangan para pengambil keputusan di tingkat nasional. Syamsul juga menjelaskan bahwa Indonesia telah menjadi tempat laboratorium bencana, jadi dihimbau kepada para anggota IABI untuk jangan ada lagi muncul sebutan bahwa Indonesia sebagai supermarket bencana, karena itu adalah pendekatan kapitalistik, seolah-olah bencana dikomodifikasikan. Apalagi kalau disebut dengan Mall Bencana atau Pasar Bencana.

Jadi seharusnya hasil riset dari laboratorium bencana itu dapat dimanfaatkan dan dipakai sendiri serta berusaha agar  pengurangan resiko bencana ditingkat nasional, regional dan internasional harus menjadi outcome dari berkurangnya jumlah kematian, berkurangnya jumlah kerusakan, makin berkurangnya kerugian dibidang ekonomi dan pembangunan nasional. Jadi pengurangan resiko bencana harus menjadi kata kunci (keyword) dan pemikiran dasar (mainstream)didalam pembangunan nasional. Rangkaian kegiatan PIT ini terdiri 3 segmen utama yaitu (1) Pertemuan Ilmiah untuk mereview blueprint yang telah disusun pada PIT ke-1 di Surabaya serta diskusi kemandirian industrialisasi dan teknologi berbasis riset kebencanaan,merumuskan konsep gerakan nasional dan masterplan PRBI di Indonesia, (2) Musyawarah Nasional IABI membahas AD/ART, status hukum, struktur organisasi serta mekanisme pemilihan pengurus IABI periode 2015-2016,  dan (3) Kegiatan pendukung diantaranya pameran Kebencanaan, sesi poster dan pendaftaran anggota baru IABI.

Untuk acara seminar terdapat 170 abstrak dan dihadiri lebih dari 500 mahasiswa pascasarjana UGM serta peserta dari berbagai daerah. Untuk kegiatan pameran, diikuti 36 peserta dari kementerian, lembaga, swasta dan organisasi kemasyarakatan.  BIG mendukung acara ini dalam pameran yaitu menjadi salah satu exhibitornya. Dalam kesempatan ini BIG menyajikan berbagai macam produk buku dan Peta NKRI 2014 skala 1:5.000.000, Peta Foto Udara Gumuk Pasir Bantul, Poster One Map Pesisir dan Laut, Poster Rapid Mapping Banjir di Kudus dan Pati, Poster Proses Pemotretan serta Display Pesawat Fix Wing yang selama ini digunakan untuk melakukan pemotretan udara. Kesemua materi yang disosialisasikan tersebut adalah kontribusi BIG dalam mendukung penyelesaian permasalahan kebencanaan menggunakan informasi geospasial di Indonesia.(TN/TR)