Selasa, 26 November 2024   |   WIB
id | en
Selasa, 26 November 2024   |   WIB
BATAN Menggandeng BIG dalam Pemanfaatan Informasi Geospasial untuk Ketenaganukliran

Cibinong, Berita Geospasial BIG - Beberapa bulan ini ramai dibicarakan kenaikan tentang Tarif Dasar Listrik (TDL) dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Masalah energi di Indonesia kerap menjadi polemik meskipun Indonesia terbilang kaya dengan sumber energi alternatif. Namun di sisi lain, keinginan untuk menjaga stabilitas lingkungan hidup juga patut menjadi perhatian demi keberlangsungan alam Indonesia. Maka berbagai pilihan sumber energi dari yang tidak terbarukan hingga yang terbarukan kerap dijadikan wacana dalam berbagai kajian ilmiah dan tataran praktis. Untuk itu BATAN menggandeng BIG dalam pemanfaatan informasi geospasial untuk mendukung pemanfaatan tenaga nuklir sebagai energi alternatif terbarukan.

Sehubungan dengan hal itu, pada Selasa, 19 Mei 2015, ditandatangani Nota Kesepahaman antara BIG dengan BATAN tentang Pemanfaatan Data dan Informasi Geospasial untuk Mendukung Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir di Kantor BIG Cibinong Bogor. Penandatanganan MoU tersebut dilakukan bersamaan dengan Sosialisasi Program BATAN di BIG.  Sosialisasi ini bertujuan untuk membangun kerja sama antara Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) di bawah koordinasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) untuk bersama-sama mendukung implementasi teknologi listrik tenaga nuklir. Demikian dijelaskan oleh Kepala BATAN Djarot Sulistio Wisnubrotoyang didampingi Sekretaris Utama BATAN Falconi Margono, Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir BATAN Taswanda Taryo, beserta jajaran terkait. Lebih jauh Djarot menjelaskan bahwa sosialisasi ini telah dilaksanakan kepada para pemegang kepentingan, tidak hanya di kalangan ilmuwan, masyarakat, LSM, hingga kalangan birokrasi sendiri.

Sementara itu Kepala BIG Priyadi Kardono yang didampingi Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial Yusuf Surachman Djajadihardja, Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik Nurwadjedi, beserta jajaran terkait di BIG, mengutarakan bahwa BIG siap mendukung dalam mengedukasi para pemegang kepentingan bersama-sama BATAN, baik kerja sama dalam hal kajian ilmiah, penyediaan data, hingga membantu menginisiasi pembentukan Kelompok Kerja yang khusus menangani masalah-masalah dalam hal ketenaganukliran.

Tindak lanjut dari Nota Kesepakatan ini dapat diterjemahkan dengan dukungan data dan informasi geospasial serta penelitian dan pengembangannya. Secara teknis dukunganya meliputi (1) Evaluasi Data Tapak dilakukan dengan memanfaatkan data spasial berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG), (2) Informasi geospasial sangat diperlukan, seperti Peta Rupa Bumi, Peta Topografi, Peta Demografi, Peta Tataguna Lahan,  Peta Geologi, Peta Hidrologi, Peta Gunung Api, dll dengan skala 1: 500 ~ 1.000 untuk Radius 1 km (R1) dari Pusat Reaktor Nuklir, 1: 5.000 untuk Radius 5 km (R2) dari Pusat Reaktor Nuklir, 1: 50.000 untuk Radius 25 km (R3) dari Pusat Reaktor Nuklir dan 1: 500.000 untuk Radius 150 km (R4) dari Pusat Reaktor Nuklir; dan (3) Secara khusus, perlu pemetaan tematik pada  R1, R2, R3, seperti peta tataguna lahan.

Selanjutnya secara lebih detil Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir BATAN Taswando Taryo menjelaskan bahwa implementasi pemanfaatan teknologi nuklir untuk kelistrikan baru memasuki tahap awal pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Master di Serpong dan Bangka Belitung yang dalam bahasa teknisnya disebut dengan Reaktor Daya Serba Guna (RDSG) atau disebut juga dengan Reaktor Daya Eksperimental (RDE). Rencananya, RDE ini akan dibangun di beberapa titik di Indonesia. Pembangunan RDE adalah pembelajaran penguasaan PLTN dan sekaligus sebagai induk PLTN Komersial. Demi efisiensi, pembangunan RDE akan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, misalnya, berdasarkan tingkat persebaran penduduk dan kebutuhan yang berbeda, pembangunan instalasi skala kecil lebih dibutuhkan di wilayah Kalimantan dan untuk pembangunan instalasi skala besar lebih tepat untuk wilayah Pulau Jawa.Dengan demikian, kajian komprehensif lebih detail yang melibatkan para pemegang kepentingan masih sangat diperlukan.

Taswando juga menyampaikan bahwa pemanfaatan energi terbarukan, khususnya tenaga nuklir, bukan lagi sekedar alternatif melainkan sudah menjadi kebutuhan. Dari hasil kajian dalam bidang ekonomi, biaya pembangunan instalasi di Bangka Belitung untuk kapasitas 1.000 MegaWatt bisa memakan biaya sekitar 3 Trilyun rupiah. Akan tetapi, biaya produksi masih lebih murah dibandingkan dengan pemanfaatan teknologi listrik dengan sumber energi tenaga matahari maupun batu bara. Jadi, angka dukungan 72% masyarakat Indonesia pada jejak pendapat tersebut dirasa cukup tinggi mengingat jejak pendapat di Amerika Serikat saja hanya mencapai 70-71%. Setelah melalui tantangan dari aspek psikologis, sosiologis, politik, budaya, dan lain-lain, pada akhirnya, pada tahun 2014, 72% masyarakat Indonesia setuju terhadap pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Sehubungan dengan itu Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) yang bertugas untuk melakukan inisiasi pembangunan PLTN telah melakukan berbagai upaya Sosialisasi Program BATAN untuk mendapat dukungan dari para pemegang kepentingan.

Lebih lanjut, Taswando mengemukakan pada akhirnya nanti, sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran," operasionalisasi RDE, tidak akan dikelola oleh BATAN, melainkan melibatkan para investor. Dalam hal ini, pihak yang direkomendasikan untuk mengelola RDE adalah BUMN. Namun karena hingga saat ini tim khusus perumusan lebih lanjut tentang tata kelola RDE belum dibentuk, maka percepatan investasi belum dapat dilakukan. Maka dari itu, pihak BATAN menyambut dengan baik bantuan dari BIG bilamana bersedia bersama BATAN mengusulkan pembentukan Kelompok Kerja yang secara khusus menelaah permasalahan di ketenaganukliran mengingat konsep bisnis yang ditawarkan dalam RDE adalah sebuah bisnis baru.

Selain itu, pihak BATAN juga menyempatkan mensosialisasikan kegiatannya iradiasi, khususnya di bidang pangan. BATAN telah melakukan eksperimen iradiasi bibit padi demi menghasilkan padi unggulan. Bilamana memungkinkan, pihak BIG dan BATAN akan menjalin kerja sama melalui koperasi BIG dan koperasi BATAN untuk pendistribusian beras hasil rekayasa BATAN. (YIY/TR)