Selasa, 26 November 2024   |   WIB
id | en
Selasa, 26 November 2024   |   WIB
Bela Tanah Air dan Bangun Kemaritiman Indonesia

Jakarta, Berita Geospasial BIG - Negeri Indonesia yang merupakan warisan pendiri bangsa ini yang wajib dipertahankan dan dijunjung tinggi. Oleh karena itu sebagai penerus generasi bangsa ini,menjadi keharusan untuk membela tanah air Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah perairan lebih luas daripada wilayah daratan, maka menjadi urgensi tersendiri bagi rakyat Indonesia untuk meningkatkan wilayah perairannya, baik dari segi pertahanan, keamanan, maupun sosial ekonomi. Tak heran pemerintahan saat ini mencanangkan pembangunan Indonesia dengan memprioritaskan poros maritim yang tertuang dalam program kebijakan nawacita.

"Untuk membangkitkan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, perlu disegarkan kembali ingatan tentang betapa luasnya negara ini, dan betapa banyaknya potensi kita sebagai bangsa dan negara Indonesia.  Hal ini penting untuk menanamkan rasa nasionalisme, cinta tanah air dan kemaritiman", ujar Wiwin Ambarwulan, Kepala Pusat Penelitian, Promosi, dan Kerja Sama (PPPKS) Badan Informasi Geospasial (BIG) bertindak mewakili Sekretaris Utama BIG, pada pembukaan seminar dalam rangka orientasi Calon Pegawai Negeri Sipil (PNS) BIG Tahun 2015. Seminar yang berlangsung pada Rabu, 13 Mei 2015 tersebut berlangsung di Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh, yang sedang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Wiwin menjelaskan bahwa seminar yang ke-10 kalinya diikuti para CPNS kali ini mengangkat tema tentang cinta tanah air dan kemaritiman, dengan materi yang diberikan oleh pihak TNI Angkatan Laut, dalam hal ini Komando RI Armada Maritim Barat.

Turut menyambut para CPNS BIG adalah Wakil Komando Kapal (Palaksa) KRI Banda Aceh Mayor Laut (P) Priyo Dwi Saputro, yang juga pernah bertugas sebagai Ketua Tim Operasional Kapal KRI Banda Aceh dalam rangka penyelamatan korban kecelakaan Air Asia QZ-8501. Dengan bersemangat Priyo menjelaskan bahwa KRI Banda Aceh ini adalah produk buatan bangsa Indonesia, yaitu PT. PAL di Surabaya, dan mulai beroperasi Maret 2011. Proses pembuatannya dilakukan selama 53 bulan, kata Priyo. "Salah satu cara menunjukkan rasa cinta tanah air adalah dengan menggunakan produk hasil dalam negeri, maka para generasi muda saat ini harus mulai menggunakan produk buatan bangsa sendiri untuk meningkatkan perekonomian negara dan kesejahteraan masyarakat" tegas Priyo.

Selanjutnya, Kepala Dinas Potensi Maritim Koarmabar, Letkol Laut Yonedi Aznofar, menekankan bahwa cinta tanah air adalah suatu sikap kepedulian terhadap nasib bangsa dan negara dengan segala macam permasalahan dan partisipasi aktif dalam pembangunan bangsa. Implementasi dari cinta tanah air antara lain diwujudkan dengan cara kesiapan dan kewaspadaan untuk membela bangsa dan negara terhadap segala bentuk hambatan dan ancaman, baik yang bersenjata maupun tidak. Misalnya terkait pelanggaran wilayah kedaulatan, dan bantuan untuk dalam penanggulangan bencana alam. Sementara yang tidak bersenjata contohnya dengan menggunakan produk dalam negeri dan mencintai budaya bangsa Indonesia, tidak terjebak pada budaya asing yang merajalela seperti yang dijelaskan Mayor Laut (P) Priyo Dwi Saputro tadi, sambung Yonedi.

"Hal ini menunjukkan pentingnya memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia", ungkap Yonedi. Sadar sebagai bangsa Indonesia dalam bentuk tingkah laku, sikap dan kehidupan pribadi di lingkungan permukiman, bermasyarakat sesuai dengan kepribadian bangsa; selalu mengaitkan diri dengan pencapaian cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia, membina kesadaran, kesatuan dan persatuan serta mencintai budaya bangsa; serta mengutamakan kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi dan golongan. "Untuk itu diperlukan sikap rela berkorban untuk bangsa dan negara, yang diwujudkan dengan cara bersedia mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan harta benda untuk kepentingan umum sehingga pada saatnya siap mengorbankan jiwa raga bagi kepentingan bangsa dan negara", pungkas Yonedi.

Untuk dapat membela negara, secara mental seseorang harus memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, keras, mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku, percaya akan kemampuan diri sendiri, tahan uji, dan pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai tujuan nasional. Sedang secara jasmani, berarti memiliki kondisi kesehatan dan keterampilan jasmani yang dapat mendukung kemampuan awal bela negara yang bersifat psikis. Yonedi kemudian juga memaparkan visi pembangunan kemaritiman yang dicanangkan saat ini, yaitu mewujudkan Indonesia menjadi Negara Maritim yang   mandiri,   maju,   dan   kuat  berbasiskan kepentingan nasional."Empat agenda pembangunan kemaritiman adalah kedaulatan maritim, infrastruktur, sumberdaya alam, serta IPTEK dan budaya maritim", lanjutnya.

Visi Indonesia sebagai poros maritim ini penting dilakukan untuk mengangkat Indonesia dari kelompok Lower Middle ($ 3.592) menuju Upper Middle Income  ($ 10.000) Country, dengan komponen maritim yang besar. "Oleh karena itu penting untuk memiliki sumberdaya manusia yang handal, kreatif, dan inovatif; adanya dukungan IPTEK; serta wawasan dan budaya bahari yang kuat", jelas Yonedi. Turut menjadi narasumber pada kesempatan itu adalah Asisten dari Yonedi Aznofar, yaitu Kapten Anton Parhusip. Ia membeberkan empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Menurutnya bela negara adalah sikap, perbuatan, dan tindakan yang spontan dari segenap warga negara yang didasarkan pada kesadaran berbangsa dan kecintaan terhadap tanah air, yang bisa dilakukan secara fisik maupun non-fisik. Ada 5 unsur bela negara, yaitu cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin akan Pancasila sebagai Ideologi Negara, rela berkorban untuk bangsa dan negara, dan memiliki kemampuan awal bela negara. Menutup presentasi pada hari itu Anton memberikan wejangan kepada para CPNS BIG untuk memiliki kesadaran dan motivasi tinggi dalam usaha bela negara, "Agar hujan batu bisa berubah menjadi hujan emas, dan yang wrong bisa berubah menjadi right", tegasnya.

Kemudian seminar ditutup dengan sesi diskusi tanya jawab. Peserta terlihat bersemangat untuk bertanya, terbukti dari banyaknya peserta yang mengacungkan jari untuk bertanya. Lalu dilakukan pemberian cinderamata dari BIG kepada para narasumber yang telah hadir, berupa peta NKRI dan buku-buku geospasial. Sebagai rangkaian acara pada hari itu, para peserta juga berkesempatan untuk melakukan tur berkeliling KRI Banda Aceh dengan tour leader dari para crew KRI Banda Aceh yang telah ditunjuk. Peserta diajak untuk mengunjungi anjungan dan dek isyarat dari KRI Banda Aceh. Kapal ini merupakan kapal perang berjenis Landing Platform Dock dengan ukuran panjang 22.004 m dan lebar 125 m, berat kapal ini mencapai 7.286 ton. Memiliki kecepatan maksimum 15 knot dan memiliki daya angkut sebanyak 344 personel dan dapat menampung 5 unit helikopter jenis MI-2 atau Bell 412, 2 unit LCVP, 3 unit meriam Howitzer, dan 20 Tank. Untuk persenjataan perang, kapal ini dilengkapi meriam kaliber 20 mm dan 40 mm.

Setelah puas berkeliling, para peserta mengucapkan terima kasih kepada seluruh jajaran KRI Banda Aceh yang bersedia menerima CPNS BIG untuk belajar tentang cinta tanah air dan kemaritiman di KRI Banda Aceh. Diharapkan melalui seminar itu rasa cinta tanah air dan bela negara diantara para peserta dapat semakin meningkat. Selain itu, pengetahuan kemaritiman peserta juga akan meningkat sehingga nantinya akan dapat diimplementasikan bila sudah selesai orientasi dan mulai bekerja nantinya. (LR/TR)