Selasa, 26 November 2024   |   WIB
id | en
Selasa, 26 November 2024   |   WIB
Roadshow Geospasial di Kampus Universitas Sam Ratulangi Manado

Manado, Berita Geospasial BIG - Universitas Sam Ratulang (Unsrat) Manado, Sulawesi Utara menjadi tempat ketiga Roadshow Geospasial di Pulau Sulawesi, setelah sebelumnya dilaksanakan di Universitas Halu Oleo Kendari dan Universitas Hasanuddin Makassar. Kegiatan roadshow dikemas dalam seminar sehari ini, dilaksanakan dalam rangka untuk mengenalkan pentingnya IG, dan program peningkatan kompetensi SDM Informasi Geospasial serta pemanfaatan Ina-Geoportaluntuk mendukung penelitian dan pengembangan informasi geospasial kepada para mahasiswa dan akademisi di Unsrat Manado Sulawesi Utara.

Seminar Sehari yang diselenggarakan pada Rabu, 8 April 2015, bertempat di Gedung Pasca Sarjana Unsratini dibawakan oleh Kepala BIG, Priyadi Kardono dan Kepala Pusat Penelitian, Promosi dan Kerja Sama (PPPKS), Wiwin Ambarwulan serta Faris Sofi, GIS Trainer dari ESRI Indonesia. Kegiatan ini merupakan rangkaian kerja sama antara BIG dengan Unsrat dalam rangka mengembangkan SDM IG di wilayah Sulawesi Utara. Melalui kegiatan kerja sama ini Unsrat akan menjadi porosnya, dengan dilegalformalkan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama (NKB) antara BIG dengan Unsrat, serta Unsrat dengan ESRI sebagai penyedia software SIG, pada keesokan harinya.

Seminar sesi pertama yang dipimpin oleh Pembantu Rektor IV, Prof. Dr. Sangker tadi sebagai moderator, di hadapan sekitar 200 (dua ratus) mahasiswa dan dosen Unsrat dari berbagai fakultas, tidak hanya kebumian, Kepala BIG Priyadi Kardono menjelaskan tentang apa itu Informasi Geospasial (IG) dan BIG beserta segala yang terkait dengannya. Disampaikan bahwa saat ini pemanfaatan data dan IG pada proses penyusunan rencana pembangunan belum optimal, hal ini karena IG yang dihasilkan oleh K/L masih dimanfaatkan secara parsial oleh instansi pembuatnya. Terdapat pula beberapa instansi pemerintah yang membangun IG dengan tema yang sama, sehingga  pengelolaan data dan IG tidak efektif dan efisien/tumpang tindih.  Permasalahan lain adalah SDM di bidang IG masih terbatas dan jauh dari tersertifikat.

Kondisi itu harus diubah, BIG sebagai penyelenggara IG - berdasarkan UU No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial - mengambil beberapa strategi untuk mengatasi beragam permasalahan IG di atas, diantaranya dengan menyelenggarakan Rakornas IG, penyelenggaraan IGD skala 1:5.000 untuk mendukung RDTR dan pemetaan desa, penguatan fungsi koordinasi melalui Kebijakan Satu Peta (One Map Policy), serta penguatan kemitraan antar akademisi, dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat dalam pembangunan industri IG Nasional, dan kemandirian teknologi penyelenggaraan IG.

Priyadi Kardono mendorong para mahasiswa Unsrat yang berasal dari berbagai program studi untuk meningkatkan kompetensi dengan belajar IG, ini karena kebutuhan SDM IG sangat tinggi baik di pusat maupun daerah. Untuk memenuhi penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) misalnya, itu mutlak memerlukan SDM yang mumpuni. Apalagi untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA), SDM yang kompeten dan bersertifikat sangat menentukan.

Sementara itu, Kapus PPKS Wiwin Ambarwulan menjelaskan bahwa pentingnya informasi geospasial untuk melakukan penelitian dan pengembangan di segala bidang, terlebih untuk kebutuhan mahasiswa dalam menyusun tugas akhirnya.  Dengan adanya laman Ina-Geoportal untuk berbagi pakai IG yang bisa diakses di laman www.tanahair.indonesia.go.id, banyak pihak bisa berkontribusi. Sampai saat ini sudah ada sekitar 40-an instansi yang menjadi simpul, dari 600-an instansi - yang terdiri dari sekitar 50 Kementerian/Lembaga (K/L), 34 Provinsi dan sekitar 500 Kabupaten/Kota -yang ada di Indonesia. Dengan memanfaatkan Ina-Geoportal, maka mahasiswa dapat mengakses semua data yang dipunyai instansi yang telah tersambung di dalamnya.  Selain Ina-Geoportal, maka ditampilkan juga bagaimana memperoleh Informasi Geospasial Dasar yang sudah menjadi milik publik, yang terdiri dari Peta Rupabumi Indonesia (RBI) hingga skala 1:25.000, Peta Lingkungan Pantai (LPI) skala 1:250.000 dan 1:50.000. Peserta dapat mengunduh sendiri secara gratis tanpa harus membayar untuk memperolehnya, tambah Wiwin.

Di akhir presentasi, Wiwin mendemokan aplikasi Ina-Geoportal dengan memperlihatkan cara mengakses, mulai dari alamat laman dan cara meng-overlay-kan/tumpang-tindihkan berbagai data dari K/L lain dalam peta dasar yang buat oleh BIG. Ditunjukkan juga cara untuk memasukkan data dalam bentuk excel ke dalam aplikasi Ina-Geoportal. Contoh yang diambil adalah Kantor Polres di Indonesia yang ada data koordinatnya (lintang bujur) yang didapat dari POLRI dimasukkan (drag and drop) ke aplikasi Ina-Geoportal. Para peserta kuliah umum pun tertarik dengan aplikasi ini, mereka terlihat ingin mengetahui lebih lanjut.

Sesi kedua Seminar yang dimoderatori oleh Dr. Linda Tondobala, Koordinator Pusat Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Unsrat, mengundang Faris Sofi GIS Trainerdari ESRI Indonesia. Faris menyampaikan materi Technology and ArcGIS Platform for Geospatial Information, bagaimana perangkat lunak ArcGIS dapat digunakan secara mudah untuk menganalisis berbagai keperluan.  Dijelaskan bahwa dengan mudahnya ArcGIS digunakan untuk menentukan tujuan travel yang dilakukan, dicontohkan adalah travelling ke Bunaken.  ArcGIS ini akan diberikan kepada Unsrat secara gratis dengan lisensi tidak terbatas (unlimited), yang dapat digunakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan tugas akhirnya maupun untuk penelitian dan pengembangan yang akan dilakukan oleh para akademisi.  Dengan adanya hibah software ini diharapkan dapat mempercepat peningkatan SDM IG dalam jumlah maupun kualitasnya. (TR)