Kendari, Berita Geospasial BIG - Universitas Halu Oleo (UHO) di Kendari, Sulawesi Tenggara menjadi tempat kedua Road Show Kuliah Umum tentang Informasi Geospasial (IG) di Pulau Sulawesi, setelah sebelumnya dilaksanakan di Universitas Hasanuddin, Makassar. Kegiatan kuliah umum ini kembali dilaksanakan dalam rangka untuk mengenalkan pentingnya IG, dan program peningkatan kompetensi SDM Informasi Geospasial serta melakukan demo aplikasi Ina-Geoportal kepada para mahasiswa dan akademisi di UHO, kampus delapan penjuru mataangin.
Kuliah umum kali ini dibawakan oleh Kepala BIG, Priyadi Kardono dan Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial (IIG) BIG, Yusuf Surachman Djajadihardja. Kegiatan ini merupakan rangkaian kerja sama antara BIG dengan UHO dalam rangka mengembangkan SDM IG di wilayah Sulawesi Tenggara. Melalui kegiatan kerja sama ini UHOakan menjadi porosnya, dengan dilegalformalkan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama (NKB) antara BIG dengan UHO, serta UHO dengan ESRI sebagai penyedia software aplikasi IG. Adapun acara ini diselenggarakan pada Selasa, 31 Maret 2015, bertempat di Auditorium Gedung Rektorat UHO di Kendari.
Di hadapan rektor, dekan dan sekitar 300 (tiga ratus) orang mahasiswa UHO dari berbagai fakultas, tidak hanya kebumian, Kepala BIG Priyadi Kardono menjelaskan tentang apa itu IG dan BIG beserta segala yang terkait dengannya. Disampaikan bahwa saat ini, pemanfaatan data dan IG pada proses penyusunan rencana pembangunan dan kebijakan publik masih belum optimal. Hal ini karena IG yang dihasilkan oleh K/L masih dimanfaatkan secara parsial oleh instansi pembuatnya. Terdapat pula beberapa instansi pemerintah yang berwenang dan bertanggung jawab dalam pengelolaan data dan IG sehingga pengelolaan data dan IG tidak efektif dan efisien/tumpang tindih, serta tenaga surveyor masih terbatas dan belum banyak yang tersertifikasi.
Kondisi itu harus diubah, BIG sebagai penyelenggara IG (UU No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial) mengambil beberapa strategi untuk mengatasi beragam permasalahan IG di atas, diataranya dengan melalui: Rakornas IG, penyelenggaraan IGD skala 1:25.000 dan 1:5.000 untuk mendukung RDTR dan pemetaan desa, penguatan fungsi koordinasi melalui Kebijakan Satu Peta (One Map Policy), serta penguatan kemitraan antar akademisi, dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat dalam pembangunan industri IG Nasional, dan kemandirian teknologi penyelenggaraan IG.
Priyadi Kardono mendorong para mahasiswa UHO yang berasal dari beberapa program studi ilmu-ilmu kebumian untuk meningkatkan kompetensi. Ini karena kebutuhan SDM IG tingkat nasional sangat tinggi baik di pusat maupun daerah. Untuk memenuhi penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detil Tata Ruang misalnya, itu mutlak memerlukan SDM yang mumpuni.
Sementara itu, Deputi IIG BIG, Yusuf Surachman Djajadihardja dalam paparannya menjelaskan bahwa Indonesia adalah negeri pabrik bencana alam, mulai dari banjir, erupsi gunung berapi, kekeringan, longsor, tsunami dan lain sebagainya. Semua itu harus dianalisis penyebab dan penanganannya melalui peta. Diharapkan dengan adanya software untuk mengolah IG dari ESRI, IG akan semakin membumi, terutama di UHO sebagai pencetak SDM di Sulawesi Tenggara.
Yusuf memberikan contoh kegiatan yang tidak berdasarkan peta, yaitu jika ada penggalian kabel fiber optik PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) misalnya di pinggir jalan. Jika kemudian Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) menggali juga untuk selokan atau lain-lain dan kena kabel fiber optik Telkom, maka Kemenpupera tidak bisa dituntut karena Telkom sebelumnya tidak memberikan informasi. Oleh karena itu, harus ada koordinasi dan sinkronisasi supaya tidak ada tumpang tindih kepentingan.
Ditambahkan oleh Yusuf, bahwa BIG sebagai penghubung simpul jaringan IG yang tersebar di sekitar 600 simpul yang terdiri dari sekitar 500 Kabupaten/Kota, 34 Provinsi dan sekitar 50 Kementerian/Lembaga (K/L), berupaya supaya semuanya itu bisadibagi-pakaikan, hal ini sesuai Perpres No. 27 Tahun 2014. Dengan adanya laman Ina-Geoportal untuk berbagi pakai IG yang bisa diakses di laman www.tanahair.indonesia.go.id, banyak pihak bisa berkontribusi. Sampai saat inisudah ada sekitar 40-an instansi yang menjadi simpul, dari 600-an instansi yang ada di Indonesia. Dengan adanya penandatangan NKB antara BIG-UHO, UHO telah resmi menjadi Pusat Pengembangan Infrastruktur Data Spasial (PPIDS) yang sekaligus menjadi simpul jaringan, maka UHO bisa berbagi pakai IG secara nasional.
Di akhir presentasi, Yusuf mendemokan aplikasi Ina-Geoportal. Diperlihatkan cara aplikasi mulai dari alamat laman dan cara meng-overlay-kan/tumpang-tindihkan berbagai data dari K/L lain dalam peta dasar yang buat oleh BIG. Ditunjukkan juga cara untuk memasukkan data dalam bentuk excel ke dalam aplikasi Ina-Geoportal. Contoh yang diambil adalah sebaran masjid yang ada data koordinatnya (lintang bujur) yang didapat dari Kementerian Agama dicemplungkan (drag and drop) ke aplikasi Ina-Geoportal. Para peserta kuliah umum pun tertarik dengan aplikasi ini, mereka terlihat ingin mengetahui lebih lanjut. (ATM/LR/TR)