Selasa, 05 November 2024   |   WIB
id | en
Selasa, 05 November 2024   |   WIB
BIG Gandeng UHO Kendari Sebagai PPIDS untuk Regional Timur Indonesia

Kendari, Berita Geospasial BIG - Pusat Pengembangan Infrastruktur Data Spasial (PPIDS) sudah dicanangkan oleh BIG akan dibangun di setiap provinsi pada universitas yang mewakili provinsi tersebut. Hingga saat ini, baru terbangun sebanyak 11 pusat tersebut dari yang dicanangkan sebanyak 34 pusat.  Adalah Universitas Halu Oleo (UHO) telah dibangun PPIDS  yang ke-12 untuk melayani tidak hanya Kawasan Timur Indonesia, namun untuk delapan penjuru mataangin.

Dalam pembangunan PPIDS di UHO tersebut diawali dengan penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama (NKB)/Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara BIG dengan Universitas Halu Oleo Kendari  yang dilaksanakan pada Selasa, 31 Maret 2015 di Gedung Rektorat UHO Kendari. NKB dan PKS tersebut sebagai payung hukum untuk melegal-formalkan kerja sama antara kedua pihak.

Kerja sama yang dibangun tersebut tentunya sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (UU-IG), dimana BIG selain sebagai penyelenggara tunggal Informasi Geospasial Dasar (IGD) di Indonesia, juga memiliki tugas utama lain, yaitu mengkoordinasikan penyelenggaraan IG di Indonesia. Salah satu bentuk koordinasi yang dilakukan BIG adalah menjalin kerja sama dengan sejumlah Kementerian/Lembaga, Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah dan Swasta.

Penandatanganan NKB antara BIG dengan UHO tentang Pemanfaatan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Terkait Informasi Geospasial, dilakukan oleh Kepala BIG Priyadi Kardono dengan Rektor UHO Usman Rianse.  Sedangkan PKS tentang Pembentukan Divisi Penelitian dan Pengembangan IG, dilakukan oleh Kepala Pusat Penelitian, Promosi dan Kerja Sama (PPPKS) BIG, Wiwin Ambarwulan, dengan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UHO, Marzuki Iswandi. Penandatanganan NKB dan PKS dihadiri oleh Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial (IIG), Yusuf Surachman Djajadihardja, dan sejumlah pejabat lainnya dari BIG, sementara dari UHO dihadiri oleh sejumlah Pembantu Rektor dan Dekan serta pejabat lainnya.

Dalam sambutannya, Kepala BIG, Priyadi Kardono menjelaskan bahwa BIG harus bekerja sama dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia, terutama yang mempunyai jurusan atau fakultas ilmu-ilmu kebumian. Hal ini karena negeri ini masih kesulitan dalam menyiapkan SDM-IG di daerah. Untuk itu perlu dikembangkan berbagai industri di bidang IG di wilayah Regional Timur Indonesia, khususnya di UHO Kendari yang ternyata sudah memiliki Fakultas Teknologi dan Ilmu Kebumian (FTIK) dengan salah satu prodinya Geografi, ini merupakan terobosan yang pembangunan di bidang IG di Regional Timur Indonesia.

Sementara Rektor UHO, Usman Rianse dalam sambutannya berharap agar hasil dari NKB dan PKS antara UHO dengan BIG dapat segera terealisasi dan dapat berjalan dengan baik. Dengan adanya kerja sama dengan BIG, maka tugas besar UHO untuk mencetak SDM yang andal dan kompeten di Kawasan Timur Indonesia khususnya Sulawesi Tenggara bisa terbantu. Ditambahkan oleh Usman bahwa Universitas Halu Oleo merupakan universitas delapan penjuru mataangin, sehingga wilayahnya meliputi semua mata angin tidak hanya di wilayah Sulawesi Tenggara saja.

Selain dengan BIG, UHO juga menandatangani NKB dengan ESRI. Dari ESRI, UHO mendapat software aplikasi IG berupa ArcGIS secara gratis dengan lisensi yang tidak terbatas. Diharapkan fasilitas ini akan menjadikan mahasiswa UHO, khususnya yang berasal dari banyak daerah di Indonesia Timur menjadi semakin melek IG dan dapat memanfaatkan melalui berbagai penelitiannya untuk pengembangan Indonesia Timur.

Diharapkan dengan adanya kerja sama BIG dengan UHO yang telah dilegalformalkan dengan payung hukum berupa penandatanganan NKB dan PKS ini, maka Divisi Penelitian dan Pengembangan Informasi Geospasial pada LPPM UHO yang berfungsi sebagai Pusat Pengembangan Infrastruktur Data Spasial (PPIDS) dapat menjadi corong dalam pengembangan SDM-IG dan industri IG di Regional Timur Indonesia. Dengan demikian penyebarluasan IG dengan sumber daya manusia IG-nya akan semakin merata di Nusantara, sehingga proses pengambilan kebijakan pembangunan di Indonesia berdasarkan pada IG yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan sumber daya alamnya. (ATM/LR/TR)