Cibinong, Berita Geospasial BIG -Penutup lahan adalah istilah yang berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi. Pengetahuan tentang penggunaan lahan dan penutup lahan penting untuk berbagai kegiatan perencanaan dan pengelolaan lahan di permukaan bumi. Citra penginderaan jauh merupakan sumber data utama pada pemetaan penutup lahan. BIG telah menggunakan berbagai jenis citra penginderaan jauh seperti Landsat, SPOT, ASTER, ALOS dan lainnya untuk pemetaan penutup lahan. BIG juga terus berusaha meningkatkan kemampuan untuk menghasilkan peta penutup lahan yang akurat, karena dengan tingkat keakuratan yang tinggi akan memberikan kemudahan dalam mewujudkan One Map Policy.
Hal tersebut dibahas pada Workshop Remote Sensing "Assessing Map Accuracy", yang dilaksanakan pada Selasa, 17 Maret 2015 di Aula Utama BIG. AdalahDr. Ross S. Lunetta, dari U.S Environmental Protection Agency (EPA), National Exposure Research Laboratory Research Triangle Park, NC, sebagai narasumbernya.Pada paparannya Ross menjelaskan tentang penilaian keakuratan pemetaan terutama terkait perubahan penutup lahan menggunakan citra satelit MODIS (MODerate Resolution Imaging Spectoradiometer) multi temporal. Hal itu dikarenakan ketersediaan data tersebut hampir setiap hari selalu ada dengan resolusi tinggi dan sedang, selain itu data yang dihasilkan juga berkelanjutan sehingga bisa mengkategorisasikan penutup lahan yang dinamis.
Ross juga menjelaskan bahwa penelitiannya menggunakan pendekatan fenologi yang dapat memperbandingkan objek pada citra berdasarkan karakteristik spektral dengan siklus tanaman. Kurva pola fenologi yang diperoleh dari nilai spektral tiap objek dapat dijadikan masukan analisis perubahan lahan. Data referensi sebaiknya diambil secara bersamaan atau tidak jauh dari waktu perekaman citra. Ross menjelaskan perbedaan studi kasus di Amerika dan Indonesia adalah pada luas persil lahan dimana di Indonesia lebih kecil atau bisa dikatakan variabilitas penutup lahannnya lebih tinggi dibanding di Amerika. Ukuran persil lahan juga terkait dengan ukuran atau resolusi spasial citra yang digunakan dalam analisis, yang selanjutnya akan menentukan tingkat akurasi hasil pemetaan penutup lahan. Terkait dengan metode uji akurasi hasil pemetaan, penggunaan analisis statistik kappa dapat dipertimbangkan, hanya saja tidak memberikan informasi detil akurasi pada setiap kelas penutup lahan.
Selama kurang lebih 2 jam, Ross menjelaskan penelitiannya kepada peserta yang hadir, yang berasal dari BIGjuga dari LAPAN dan BPPT. Sesi tanya jawabpun berlangsung seru, terutama terkait kegiatan pemetaan one map penutup lahan Indonesia yang akan dikerjakan BIG. Melalui kegiatan workshop ini diharapkan pengetahuan para pegawai BIG terkait penginderaan jauh dapat semakin meningkat, sehingga proses pemetaan di BIG pun semakin cepatdan memperoleh hasil pemetaan yang akurat pula. (LR/HR/TR)