Surakarta, Berita Geospasial BIG - Salah satu dari Trigatra Perguruan Tinggi adalah menjalankan fungsi pembinaan penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Untuk itu Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menyelenggarakan Seminar Nasional yang bertajuk "Peran Geograf dan Peneliti dalam menghasilkan Penelitian dan Pengabdian yang Berdayaguna Bagi Masyarakat" di Hotel Pramesthi, Kartasura pada 7 Maret 2015. BIG turut mendukung seminar ini dengan mengisi pembicara kunci, mengirim beberapa tulisan ilmiah dan mengikuti pameran geospasial.
Pembicara kunci pada seminar adalah Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), Dr. Priyadi Kardono paparannya mengenai "Peran Data Geospasial Dalam Mendukung Penyelesaian Masalah Lingkungan". Dalam paparannya Kepala BIG menyampaikan bahwa sekarang ini dunia sedang mengalami permasalahan yang serius. Permasalahan lingkungan global telahmenyebabkan kenaikan temperatur rata-rata tahunan yang memicu perubahan iklim global. Hal ini ditunjukkan dari beberapa indikator seperti intensitas hujan dan angin puting beliung yang semakin tinggi yang berakibat pada peningkatan bencana alam seperti banjir dan kekeringan serta terjadinya gelombang panas dan penyimpangan musim yang semakin sering terjadi.
Lebih jauh Priyadi menjelaskan bahwa konversi hutan tropis yang tidak terkendali merupakan salah satu penyebabnya, seperti yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan. Deforestasi juga disebabkan oleh terbakarnya lahan gambut. Deforestasi di Indonesia menduduki peringkat ke-2 setelah Brasil.Deforestasi merupakan sumber antropogenik terbesar kedua karbon dioksida ke atmosfer setelah pembakaran bahan bakar fosil. Untuk itu diperlukan langkah antisipatif dalam bentukadaptasi terhadap perubahan iklim. Kebijakan nasional terkait dengan target dan distribusi reduksi emisi karbon di Indonesia sebesar 26% dengan sumbangan terbesar dari sektor kehutanan.
Kemudian bagaimana peran Informasi Geospasial dalam mendukung penyelesaian permasalahan lingkungan tersebut? Kepala BIG mengatakan bahwa "Kebijakan Satu Peta" atau yang lebih dikenal dengan "One Map Policy" diyakini akan dapat mendukung kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien termasuk di dalamnya pengawasan dan pengelolaan lingkungan. Deforestasi yang tidak terkendali salah satunya adalah karena tidak tersedianya peta atau informasi geospasial yang terintegrasi pada setiap kementerian dan lembaga, sehingga terjadi tumpang tindih dalam pemberian ijin usaha. Permasalahan ini sangat terkait dengan pemetaan tataruang daerah. Keterbatasan ketersediaan informasi geospasial dan sumberdaya manusia yang memahami tentang informasi geospasial dan analisis keruangan menjadi salah satu penyebab utama dari rendahnya kualitas penataan ruang.
Untuk turut menyelesaikan permasalahan tersebut, BIG bertekad untuk dapat menyediakan informasi geospasial yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan dengan strategi pemetaan dimulai dari pemetaan skala besar. BIG merencanakan akan melakukan akuisisi data penginderaan jauh resolusi tinggi yang dapat digunakan untuk pemetaan tingkat desa. Ketersediaan peta skala besar tentunya akan sekaligus mendukung penyelesaian tata batas administrasi yang selama ini belum terselesaikan. Lulusan perguruan tinggi ilmu kebumian termasuk para geograf yang berkualitas sangat dinantikan agar penataan ruang wilayah menjadi semakin baik sehingga permasalahan lingkungan dapat ditekan, ungkap Priyadi.
Dalam rangka sosialisasi kepada masyarakat di daerah agar mengetahui lebih jauh mengenai informasi geospasial, BIG juga berpartisipasi pada pameran yang diselenggarakan di Pelataran Aula Hotel Pramesthi dalam rangka menyemarakkan kegiatan Seminar Nasional Geografi UMS 2015. Dalam pameran ini stan BIG dikunjungi kurang lebih 50 pengunjung dan mereka sangat antusias dalam menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan informasi geospasial dan khususnya BIG. (HR-AD/TR)