Selasa, 05 November 2024   |   WIB
id | en
Selasa, 05 November 2024   |   WIB
Sinergi Peningkatan Kapasitas SDM IG Nasional Antara BIG dan UGM

Yogyakarta, Berita Geospasial BIG - Pemanfaatan Informasi Geospasial (IG) dalam penyelenggaraan pembangunan secara nasional masih terkendala dengan ketersediaan sumberdaya manusianya. Berbagai upaya perlu dilaksanakan melalui koordinasi dan kerja sama antara instansi pemerintah, lembaga pendidikan dan kalangan dunia usaha. Untuk itu BIG dengan beberapa perguruan tinggi di Indonesia, termasuk UGM bersinergi untuk meningkatan kapasitas SDM Informasi Geospasial Nasional.

Salah satu yang sedang dilaksanakan adalah kerja sama antara Badan Informasi Geospasial (BIG) bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada adalah melalui Pusat Pengembangan Infrastruktur Data Spasial (PPIDS). Kunci sukses dari keberhasilan PPIDS sebagai sarana untuk memberikan kemudahan akses dan pemanfaatan informasi geospasial tertumpu pada ketersediaan sumberdaya manusia (SDM) IG yang berkualitas, sebagaimana terungkap dalam Diskusi Panel bertajuk “Pengembangan SDM Informasi Geospasial (IG) di Indonesia” yang diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada bersama BIG pada Rabu, 18 Februari 2015 bertempat di Multimedia Room Gedung Pusat UGM, Bulaksumur, Yogyakarta.

Diskusi Panel ini merupakan rangkaian acara penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama (MoU) antara BIG dan UGM. Acara dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P2M) UGM, Prof. Dr. Suratman. Dalam sambutannya Prof. Suratman mengatakan bahwa lulusan UGM disiapkan menjadi pemimpin global yang tangguh tetapi sangat menguasai permasalahan dalam negeri, tidak terkecuali dalam bidang teknologi informasi terkait IG. Perjanjian Kerja Sama sebagai tindak lanjut dari Nota Kesepahaman Bersama yang telah ditandatangani diharapkan dapat melahirkan pusat-pusat studi baru seperti studi kebencanaan, humaniora, kedokteran, ketahanan pangan termasuk penguatan sektor kemaritiman. Terobosan pengembangan dan inovasi teknologi di UGM diarahkan sebagai “lintas dan multi disiplin ilmu” serta mendorong tumbuhnya jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) dimulai selama dalam proses studi, tentunya termasuk untuk memajukan industri geospasial nasional.

Mengawali acara diskusi panel ini, Kepala BIG, Dr. Priyadi Kardono sebagai pembicara kunci pada acara ini menyampaikan paparan dengan judul “Arah dan Penerapan Informasi Geospasial di Indonesia”. Kepala BIG menyampaikan bahwa masih banyak kendala dalam penerapan IG di Indonesia, diantaranya pengetahuan masyakarat yang rendah mengenai peta menjadi salah satu kendala. Peta tidak populer dalam kehidupan masyarakat, salah satunya tercermin dalam pembahasan Undang-Undang IG yang sangat “alot”. Demikian juga dengan perencanaan pembangunan nasional yang dilakukan oleh Bappenas pada awalnya mengandalkan data statistik yang a-spasial. Namun sekarang Bappenas telah mencanangkan bahwa seluruh perencanaan pembangunan harus didasarkan pada data spasial sehingga sangat tergantung pada ketersediaan IG baik IG dasar maupun IG tematik. Kendala utama terkait pada ketersediaan IG adalah ketersediaan SDM-nya. Sejauh ini banyak IG yang dihasilkan oleh berbagai institusi belum mengacu satu standar nasional, serta belum dimutakhirkan dan divalidasi. Koordinasi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, distribusi, dan pemanfaatan IG mendesak untuk dikembangkan melalui peningkatan kapasitas SDM, kelembangaan, IPTEK, serta Indsutri IG. Pembangunan PPIDS merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh BIG bekerjasama dengan perguruan tinggi. PPIDS diharapkan dapat menjadi simpul yang dapat melayani kebutuhan akan akses dan pemanfaatan IG serta peningkatan kapasitas SDM. Kepala BIG mengatakan bahwa peluang pengembangan industri IG di Indonesia masih sangat terbuka terutama di luar Jawa. Terkait dengan ketersediaan IG untuk mengakomodasi berbagai kepentingan dan kebijakan pemerintah yang baru, BIG akan menerapkan kebijakan baru yaitu menyelenggarakan IG yang dimulai dari skala besar ke skala yang lebih kecil.

Pengembangan SDM IG tentunya tidak terlepas dari perangkat pendukungnya. Sangat menggembirakan bahwa ESRI Indonesia salah satu industri software Sistem Informasi Geografis (SIG) papan atas di dunia meluncurkan program ”ESRI Indonesia Education Program” dengan memberikan grand license untuk software ArcGIS yang tidak terbatas bagi dosen, peneliti dan mahasiswa di 30 perguruan tinggi di Indonesia termasuk UGM, sebagaimana disampaikan oleh Ir. Bima Priyadi , CEO ESRI Indonesia. Pemberian grant ini dimaksudkan untuk mendukung peningkatan SDM dengan menghilangkan satu kendala untuk mendapatkan software yang legal untuk pendidikan. Nota Kesepahaman antara UGM dan ESRI telah dilakukan bersamaan dengan penandatangan MoU antara BIG dan UGM.

Diskusi Panel juga menghadirkan Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial (IIG) BIG, Dr. Yusuf Surachman Djajadihardja dengan paparannya “Pengembangan SDM IG di Indonesia Menyongsong MEA”. Yusuf Surachman menyampaikan kebutuhan SDM IG secara nasional mencapai lebih dari 30.000 dan sekarang masih sangat jauh dari mencukupi. SDM IG yang handal diperlukan untuk menjamin IG yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan. BIG mempersiapkan SDM yang memenuhi persyaratan teknis untuk melaksanakan penyelenggaraan IG baik IG dasar maupun tematik melalui sertifikasi dan standarisasi SDM dan produk serta kalibrasi peralatan yang digunakan. Lembaga Pengembangan Jasa Informasi Geospasial (LPJIG) sebagai lembaga yang diberi amanat untuk menjalankan fungsi akreditasi dan sertifikasi di bidang Informasi Geospasial, yang telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala BIG Nomor 4 Tahun 2014, diharapkan akan segera terbentuk organisasinya pada tahun 2015 ini.

Berkenaan dengan arah pendidikan SIG di Indonesia, Dr. Taufik Heri Purwanto dari Fakultas Geografi UGM menyampaikan bahwa geo-teknologi, merupakan bagian ilmu pengetahuan yang sangat penting disamping bioteknologi. Geospatial is special, kata Taufik, karena geospasial selalu berkaitan dengan kebutuhan hidup sehari-hari. Informasi geografi mampu menjawab pertanyaan apa, dimana dan mengapa yang merupakan dasar aplikasi SIG yang sangat beragam. Taufik menggarisbawahi bahwa kemampuan berpikir secara spasial merupakan dasar kemajuan bangsa seperti yang telah dicapai oleh negara maju seperti Amerika, yang ditempuh melalui pembelajaran geografi di sekolah. Ironisnya pelajaran geografi di Indonesia tidak mendapat porsi yang cukup, bahkan di tingkat SLTA pelajaran geografi hanya diperuntukkan untuk siswa klas sosial.

Terkait dengan penelitian bidang IG, Dr. Heri Sutanta, dari Fakultas Geodesi UGM sekaligus Kepala PPIDS UGM, menyampaikan bahwa persentase penelitian terkait IG masih sangat kecil (0,99%) atau 119 dari 12.069 judul proposal penelitian yang dibiayai oleh Dikti. Tema aplikasi mendominasi riset IG di Indonesia, riset fundamental masih sangat minim. Sebaran Perguruan Tinggi (PT) asal peneliti cukup merata, PPIDS masih sedikit yaitu 3 dari 10 PPIDS yang sudah terbentuk. Hal yang menarik adalah bahwa penelitian IG tidak hanya dilakukan oleh PT yang memiliki program studi geospasial (Geografi/Geodesi) saja. Heri Sutanta menyampaikan bahwa sejauh ini belum ada grand design penelitian IG nasional dan belum ada organisasi yang mewadahi peneliti dan praktisi dalam bidang Sistem Informasi Geospasial. PPIDS diharapkan dapat berperan dan terlibat lebih intensif dalam penelitian dan pengembangan IG untuk kepentingan nasional. Semoga dengan adanya PPIDS ini peningkatan kuantitas dan kualitas SDM IG di seluruh Indonesia dapat meningkat secara merata untuk memenuhi kebutuhan nasional. (HR/TR)