Selasa, 05 November 2024   |   WIB
id | en
Selasa, 05 November 2024   |   WIB
Penyiapan SDM Informasi Geospasial untuk Menghadapi Pasar Kerja Berbasis Kompetensi

Yogyakarta, Berita Geospasial BIG – Pasar bebas perdagangan jasa tidak mungkin dihindari. Dari awalnya wilayah ASEAN, Asia bahkan Global. Untuk itu diperlukan kompetensi SDM yang andal tidak terkecuali SDM Informasi Geospasial. Pengembangan SDM berbasis kompetensi sesungguhnya menjadi trend dunia. Untuk mempercepat penyediaan SDM yang berkompeten dan berkualitas, BIG telah menetapkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Informasi Geospasial. Pengembangan SDM IG berbasis SKKNI ditempuh melalui 2 kelembagaan yaitu BIG untuk ASN dan LPJIG untuk Profesional.

Hal tersebut selaras dengan kuliah umum yang diadakan di Gedung Baru Fakultas Geografi UGM, pada Senin, 9 Februari 2015. Adalah Kepala BIG, Dr. Priyadi Kardono menjadi pembicara utamanya. Kuliah umum (stadium generale) yang menandai awal perkuliahan tahun ajaran 2015 bertema “Peluang Pasar Lulusan Geografi”.  Kuliah umum yang dibuka oleh Dekan Fakultas Geografi UGM, Prof. Dr. R. Rijanta, juga mengundang satu pembicara lainnya yaitu Kepala Kelompok Peneliti Dinas Hidro-Oseanografi (Dishidros), Kolonel Laut Drs. Haris Djoko Nugroho, M.Sc.

Dalam sambutannya R. Rijanta menyampaikan bahwa para pembicara tersebut dihadirkan seiring dengan fokus pemerintah dalam hal penguatan kemaritiman. Mengingat kedua pembicara adalah lulusan Fakultas Geografi UGM yang terbukti telah dapat menduduki karir pada jenjang tertinggi di pemerintahan dan menjadi penggiat dalam bidang Informasi Geospasial (IG) kemaritiman, tentu akan menarik banyak minat mahasiswa untuk mengikuti dan dapat menjadi penyemangat para mahasiswa di Fakultas Geografi UGM.

Sesuai dengan tema acara, Priyadi Kardono menyampaikan paparan yang bertajuk “Penyiapan SDM Informasi Geospasial dalam Pasar Kerja Berbasis Kompetensi”. Priyadi menyampaikan bahwa peran ilmu geografi dapat menjangkau hampir segala bidang, mulai dari penanganan bencana alam hingga perencanaan tata ruang dan perijinan pengelolaan sumber daya alam. Selanjutnya dijelaskan juga bahwa dalam rangka merespon kebutuhan IG Nasional untuk Pemetaan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) yang menghendaki pemetaan pada skala 1:5.000, hingga ke pemetaan tingkat desa, BIG pada tahun 2015 berencana akan membeli citra resolusi tinggi di bawah 1 meter, mencakup seluruh wilayah dari Papua hingga Aceh. Data ini tentunya akan dikombinasikan dengan Citra SPOT 6 yang telah diakuisisi oleh LAPAN. Dalam hal ini, BIG akan menerapkan paradigma pemetaan baru; jika sebelumnya prioritas pemetaan diawali dari skala kecil ke skala besar, kini dibalik, yaitu dari skala besar ke skala kecil.

Peta Desa juga harus dibuat sebagai respon dari kebijakan Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan pembangunan desa sesuai dengan Undang-Undang Desa. Terkait dengan pemetaan desa ini tentunya perlu dilakukan ajudifikasi batas desa. Sejauh ini masih banyak batas desa yang bermasalah. Penyelesaian permasalahannya dapat diawali dari tingkat desa atau kelurahan, jika masalah batas desa dapat diselesaikan maka batas kecamatan, kabupaten dan seterusnya akan lebih mudah diselesaikan. Penyelesaian batas desa dengan melibatkan kepala desa yang sangat memahami batas-batas desanya akan mempercepat proses penataan batas, apalagi jika tersedia bantuan berupa citra satelit resolusi tinggi, penyelesaian tata batas desa akan dapat lebih mudah dan lebih cepat.

Kepala BIG berpesan bahwa lulusan geografi tidak perlu berkecil hati, karena peluang pekerjaan yang membutuhkan keilmuan geografi terbuka luas, dimana ilmu geografi adalah ilmu yang banyak dibutuhkan dalam penyelenggaraan kehidupan dan pemerintahan. Namun demikian, dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan IG yang berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan tujuan dari UU Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, penyelenggaraan IG harus dilakukan sesuai dengan standar. Dukungan sumber daya manusia (SDM) dan industri IG yang berkualitas sudah mendesak diperlukan. Priyadi mengungkapkan bahwa kini masih ada gap antara ketersediaan dan kebutuhan SDM IG untuk menangani berbagai masalah seperti penataan ruang, tata batas wilayah, tumpang tindih perijinan pemanfaatan ruang, sertifikasi tanah dan sebagainya. Disamping itu, peluang untuk membuka perusahaan yang menangani bidang IG di luar Jawa sangat terbuka. Industri-industri seperti perminyakan dan gas, pertambangan dan perkebunan, banyak membutuhkan SDM geografi.

Kepala BIG mengatakan bahwa Remote Sensing dan GIS adalah tools yang harus dikuasai, harus ada paling tidak satu spesifikasi ilmu geografi yang dikuasai. Disamping itu juga harus menguasai ilmu kartografi, sehingga dapat menampilkan hasil analisis berupa peta dengan baik. Demikian dikatakan Priyadi dalam merespon pertanyaan mengenai materi substantif apa yang harus dikuasai para lulusan geografi agar dapat berkompetisi dengan bidang lain.  

Sementara itu Kolonel Laut Drs. Haris Djoko Nugroho, M.Sc. menyampaikan paparan dengan judul “Peran Dinas Hidro-Oseanografi sebagai Lembaga Hidrografi Nasional Untuk Mendukung Pembangunan Kelautan RI”. Haris menyampaikan bahwa alumni geografi yang bergabung dengan TNI AL di Dishidros akan dapat berperan sangat banyak. Untuk itu dia mengundang alumni geografi untuk lebih banyak lagi berkarir di TNI AL untuk turut berperan memperkuat pembangunan kemaritiman Indonesia. Wilayah maritim Indonesia merupakan wilayah yang  vital dan penting (check-point) dalam kancah perdagangan dunia. Komoditi perdagangan dunia 80% diantaranya diangkut melalui laut, dan 45% diantaranya melalui Indonesia. Jalur perdagangan laut tersebut melalui 8 selat penting, 4 diantaranya di Indonesia, yaitu selat Malaka, Sunda, Makassar, dan Lombok. Faktor keamanan navigasi menjadi prioritas, dan keamanan navigasi ini perlu dukungan pemetaan hidrografi yang kuat mengacu pada standar internasional. “Lulusan geografi akan bisa berperan banyak karena pilar Dishidros adalah geografi”, demikian dikatakan Kolonel Haris menutup paparannya.

Selamat kepada civitas akademika Fakultas Geografi UGM, semoga dengan menempati gedung baru dapat menambah semangat baru, mengembangkan ilmu dan kompetensi sebagai bekal untuk mengabdi membangun negeri dengan ilmu geografi, sekarang dan di kemudian hari. (HR/LR/TR)