Selasa, 26 November 2024   |   WIB
id | en
Selasa, 26 November 2024   |   WIB
Peta, Representasi Spatial Thinking dari Sudut Pandang Implementasi Informasi Geospasial

Yogyakarta, Berita Geospasial BIG - Terdapat banyak jenis kemampuan berpikir diantaranya verbal, logika, metaforis, hipotetis, matematis, statistikal, dan lain sebagainya. Kemampuan ini dibedakan berdasarkan sistem representasinya. Terdapat satu lagi kemampuan berfikir yaitu kemampuan berfikir secara spasial (spatial thinking) merupakan salah satu kemampuan kognitif yang dapat dioperasikan untuk mentranformasi dan mengkombinasikan informasi. Peta merupakan representasi dari spatial thinking dan dengan mempelajarinya dapat meningkatkan kemampuan spatial thinking tersebut.

Kemampuan berfikir ini merupakan salah satu kemampuan dalam berfikir yang berdasarkan pada amalgam dari tiga proses, yaitu konsep keruangan, alat perepresentasian, dan proses dalam berfikir. Dengan mengetahui konsep keruangan, kita dapat memperhatikan aspek dimensionalitas, kontinuitas, proksimiti dan separasi sebagai salah satu mesin untuk memperhatikan suatu struktur permasalahan, menjawab pertanyaan dan mengkomunikasikan solusi.

Dengan menyadari pentingnya untuk berfikir secara spasial dan memberikan pemahaman mengenai pentingnya kemampuan berfikir secara spasial sejak dini, maka pada Senin, 26 Januari 2015 bertempat di Ruang Auditorium Merapi Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada diselenggarakanlah Workshop Olimpiade Geografi Nasional 2015 dengan tema "Learning to Think Spatially" diikuti seluruh Guru Pendamping Peserta Olimpiade Geografi Nasional 2015 Tingkat SMP dan Umum. Kegiatan workshop ini merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan Olimpiade Geografi Nasional 2015 yang berlangsung sejak 26-30 Januari 2015.

Badan Informasi Geospasial mendapatkan kehormatan untuk berpartisipasi dalam workshop tersebut sebagai narasumber yaitu Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar BIG, Ir. Dodi Sukmayadi, M.Sc dengan paparannya yang berjudul "Geo-spatial thinking dari sudut pandang Implementasi Informasi Geospasial".  Dodi mengungkapkan bahwa spatial thinking merupakan proses berfikir keruangan (spatial) yang menerapkan aspek eksplorasi dan pemahaman. Ahli spasial, selalu melakukan proses eksplorasi guna memvisualisasikan suatu hubungan, membayangkan transformasi dari suatu skala ke yang lain, mengorientasikan visualisasi objek untuk melihat sisi lainnya, guna menciptakan pemahaman terhadap sudut pandang baru atau perspektif, serta mengingat gambaran tempat-tempat objek di suatu ruang. Berpikir secara spasial, memungkinkan untuk mewujudkan proses operasi visualisasi keruangan dengan cara menciptakan bentuk representasi, antara lain seperti Peta.

Kemampuan untuk berfikir secara spasial masih mendapatkan sedikit perhatian dalam pengimplementasiannya. Substansi spasial yang secara tidak disadari selalu berada di sekitar kita berlalu begitu saja. Tren yang terjadi adalah kepentingan akan kemampuan berfikir secara spasial mulai dirasakan ketika seseorang telah menginjak bangku kuliah. Namun alangkah lebih baik jika kemampuan berfikir secara spasial dapat diperkenalkan sejak dini. Kemampuan ini akan menambah pengetahuan seseorang dalam memproyeksikan dirinya sebagai objek di permukaan bumi. Dengan adanya kemampuan ini, objek kajian lain juga dapat diproyeksikan secara bersamaan yang akan mengarahkan dalam observasi yang lebih menyeluruh pada suatu kajian objek. Penentuan jarak relatif terhadap suatu tempat, atau hubungan antara satu unit pengukuran dengan unit pengukuran lainnya. Kemampuan ini merupakan manifestasi yang dapat diaplikasikan pada berbagai bidang disiplin ilmu.

Spatial Thinking, dimulai dengan kemampuan untuk menggunakan ruang sebagai kerangka kerja. Sebuah objek dapat diinterpretasikan dan ditentukan relatif terhadap pengamat, lingkungan, struktur intrinsik sendiri, atau benda-benda lain yang ada di lingkungannya. Setiap instance membutuhkan adopsi kerangka acuan spasial tertentu atau konteks. Proses interpretasi data spasial, dimulai dengan data bebas konteks, teks, atau simbol, kemudian dilakukan tingkatan seleksi, organisasi, dan dipersiapkan untuk suatu tujuan, dalam hal ini penyajian informasi dalam konteks spasial. Misalnya, data elevasi di lokasi tertentu, akan memiliki makna ketika ditempatkan dalam konteks permukaan laut. Konteks spasial seperti ini sangat penting saat melaksanakan interpretasi data.

Pembicara selanjutnya adalah Dosen Fakultas Geografi, Barandi Sapta Widartono, S.Si.,M.Sc dengan paparan berjudul "Spatial thinking, semakin mudah dan semakin penting". Barandi mengutip dari Howard Garner yang mengatakan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja sukses untuk masa depan seseorang, sehingga IQ saja tidak cukup. Kecerdasan spasial merupakan salah satu kecerdasan yang dimiliki manusia. Konsep tentang berpikir spasial cukup menarik untuk dibahas mengingat banyak penelitian sebelumya bahwa anak menemukan banyak kesulitan untuk memahami objek atau gambar bangun geometri. Berpikir spasial merupakan kumpulan dari ketrampilan-ketrampilan kognitif, yaitu terdiri dari gabungan tiga unsur yaitu konsep keruangan, alat repsentasi dan proses penalaran.

Ciri khusus dari kecerdasan spasial adalah pemahaman tentang arah, serta berpikir dan merencanakan sesuatu dalam tiga dimensi. Sedangkan ciri umum dari kecerdasan spasial adalah (1) sangat senang bermain dengan bentuk dan ruang, (2) tidak mengalami kesulitan membaca peta, (3) lebih tertarik pada gambar dari pada tulisan, (4) peka terhadap warna, (5) suka fotografi atau videografi, (6) mampu membayangkan sebuah benda dilihat dari berbagai sudut, (7) imajinatif (suka membayangkan), dan (8) pandai menggambar. Untuk ini semua maka BIG selalu menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk meningkatkan berfikir spasial sejak dini misalnya melalui lomba gambar peta, membuat berbagai permainan berbasis peta, melakukan roadshow ke sekolah-sekolah dan kampus dan sebagainya. (TN/LR)