Teknologi informasi berkembang mengikuti kebutuhan akan konten informasi itu sendiri. Jika sebelumnya informasi tersaji dalam bentuk tulisan di selembar daun atau dipahat di pohon dan ditulis di kertas, selanjutnya berkembang menjadi informasi dengan konten suara (audio), kontengambar (visual)berupa foto hingga menjadi video. Begitu juga juga dengan konteks penyajian datanya berkembang dari bentuk data analog menjadi data digital.
Konten dan konteks berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan produk yang dihasilkan.Begitu juga dengan perkembangan informasi geospasial (ruang kebumian) mengikuti kebutuhan konteninformasi geospasial di masyarakat. Konten yang menyangkut aspek informasi geospasial bila digabungkan dengan teknologi multimedia audio visual akan menjadi hal yang digandrungi masyarakat seperti yang telah disediakan oleh Google melalui Google Maps maupun Google Earth. Konteks informasi geospasial juga telah bergeser dari analog berupa peta cetak menjadi peta digital berupa portal geospasial.
Kepala BIG, Asep Karsidi dalam Kuliah Umum dengan tema Pembangunan dan Pemanfaatan informasi Geospasial di Indonesia yang diselenggarakan di Kampus Universitas Tanjungpura Pontianak pada 26 Agustus 2014 mengungkapkan bahwa pemanfaatan konten informasi geospasial (ruang kebumian) seringkali dilupakan padahal jika dikembangkan akan membawa efek bagi pertumbuhan perekonomian masyarakat.
Dihadapan 80 Mahasiswa Jurusan Teknologi Informatika Untan,Asep Karsidi menambahkan bahwa seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, penggunaan peta cetak telah mulai ditinggalkan, para pengguna telah beralih ke peta digital berbasis komputer dan internet. Disinilah peran para mahasiswa Teknologi Informatika untuk meningkatkan dan menambah wawasan di bidang Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System).
Pada prinsipnya teknologi informasi tidak dapat dilepaskan dari konten Informasi Geospasial. Salah satu contohnya adalah Satelit Palapa yang telah mempersatukan informasi dan komunikasi di Indonesia,satelit observasi yang menghasilkan citra dan satelit GPS yang menunjukkan posisi di muka bumi. Perkembangan teknologi ini jangan sampai menjebak masyarakat Indonesia hanya sebagai pemakai, harusnya bangsa Indonesia juga harus mampu membuat satelit sendiri, ungkap Asep Karsidi.
Pada kenyataannya semua aspek pekerjaan tidak dapat dipisahkan dari konten berbasis informasi geospasial sebagai contoh konten informasi geospasial mengenai tempat wisata di Indonesia, jika dipadukan dengan konteks pemasaran yang tepat dan dilakukan secara besar-besaran maka akan menimbulkan rasa penasaran dikalangan masyarakat untuk mengunjungi tempat wisata tersebut seperti yang sedang dibicarakan saat ini yaitu Sail Raja Ampat.
Lebih jauh Asep Karsidi menjelaskan bahwa informasi geospasial ke depannya diarahkan untuk mengintegrasikan dan mensintesa informasi, menghilangkan hambatan, dan menghubungkan dengan solusi. Informasi geospasial juga dapat dimanfaatkan untuk perencanaan logistik, perencanaan wilayah perkebunan, patroli laut, penentuan akses fasilitas kepolisian, manajemen patroli, perencanaan lalu lintas, simulasi genangan banjir, wilayah risiko bencana, pemetaan perkebunan atas kebakaran hutan dan sebagainya. (Tommy Nautico/TR).